09 Juni 2008

PENDIDIKAN SEKS UNTUK ANAK, WHY NOT?

Pendidikan seks bagi anak sangatlah diperlukan agar mereka mempunyai pemahaman yang benar tentang seksual. Selama ini banyak juga kita temui dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak kekeliruan dalam hal pengertian, cara penyampaian, penggunaan istilah maupun perumpamaan yang tidak tepat dari orangtua sehingga anak mendapatkan pemahaman yang salah kaprah. ya kan Bu... Dan yang lebih parah lagi, sebagian orang berpendapat bahwa pendidikan seksual untuk anak belumlah dirasa perlu, toh nanti kalau dewasa juga akan tahu dengan sendirinya, dan yang lebih gawat lagi...deeuui itu kan hal tabu, jorok,dan tidak pantas untuk dibicarakan. Masa iya sih?

Nah, karena hal ini berkaitan dengan anak balita, maka orangtua yang harus memegang peran utamanya. Jadi aktor utamanya gitu nih ceritanya. Makanya, orangtua harus paham nih tentang fase-fase psikoseksual anak-anak. Dalam menjelaskan pun orangtua harus menggunakan bahasa yang tepat, mudah dipahami dan..."jangan berbohong" (lagian berbohong kan akhlak yang tidk terpuji kan...meski dengan anak sendiri...). Kenapa emangnya? Yaa kan anak akan bingung (kasihan kan...) menafsirkan apa yang disampaikan orangtua sehingga dia akan punya pemahaman yang keliru. Makanya, jika anak bertanya jawablah dengan benar, singkat, padat dan sesegera mungkin plus dengan sikap yang tenang. Jangan memberikan jawaban yang "asbun alias asal bunyi" apalagi sampai memarahinya.

Sebelum dibahas lebih lanjut, kita harus menyepakati dulu bahwa pengertian "seksual" tidak melulu pada hubungan seksual antara dua orang anak manusia. Tapi, pengertian seksual menyangkut berbagai hal, mulai dari jenis kelamin, alat kelamin dan seluk beluknya, organ-organ reproduksi termasuk hubungan seksual itu sendiri.
Pertanyaan dari anak-anak seputar seksual seringkali membuat orangtua merasa jengah, bingung, dan kesulitan untuk menjawabnya. Sehingga saat ada pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak sedikit orangtua yang mencari "jalan aman" ketika menjawabnya misalnya melarang bertanya tentang hal-hal tersebut atau bahkan memberikan jawaban yang salah. Yang penting anak segera diam dan nggak bertanya lagi. Hal ini tentu tidak baik karena akan mematikan rasa ingin tahu anak yang sangat besar. Hindari jalan aman tersebut dan berikan jawaban serta penjelasan yang benar pada anak balita kita, gunakan bahasa khas anak-anak, sederhana, tidak bertele-tele dan jawab sesuai porsi pertanyaan.

Pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul pada anak-anak biasanya seperti berikut ini:

  1. "Mama, mengapa perut Mama gendut?"
  2. "Ma, kok adik bayi bisa ada di dalam perut Mama?"
  3. "Ma, darimana adik bayi di dalam perut Mama nanti bisa keluar?"
  4. "Mama, mengapa Mama berdarah?"
  5. "Mengapa Papa tidak punya buah dada?"
  6. "Pa, apakah disunat itu sakit?"
Nah, berikut ini ilustrasi seputar pertanyaan-pertanyaan di atas yang mungkin bisa menjadi salah satu referensi bagi orangtua saat pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul dari bibir mungil buah hati kita.

ILUSTRASI PERTAMA
"Mama, mengapa perut Mama gendut?"
"Ini namanya Mama sedang hamil, Sayang..."
"Hamil? Hamil itu apa Ma?"
"Hamil itu karena di dalam perut Mama ada adik bayi?"
"Bagaimana Mama bisa hamil?"
"Itu karena cairan mani Papa bersatu dengan sel telur Mama, lalu tumbuh adik bayi dalam perut Mama"
"Mengapa adik bayi tidak ada di perut Papa?"
"Sayang, Papa kan laki-laki. Jadi tidak mungkin dalam perut Papa ada adik bayinya."
"Aku kan perempuan Ma, tapi kok dalam perutku nggak ada adik bayinya?"
"Adik bayi itu hanya ada di dalam perut perempuan dewasa. Kalau nanti kamu sudah dewasa dan sudah menikah, baru bisa perutmu berisi adik."
"Berapa lama adik bayi itu dalam perut Mama?"
"Sekitar sembilan bulan"
"Apakah adik bayi itu juga makan Ma?"
"Tentu"
"Bagaimana adik bayi itu makan?"
"Adik bayi mendapat makanan dari darah yang membawa sari makanan yang Mama makan. Jadi, kalau Mama makan itu untuk Mama dan untuk adik bayi ini."
"Apakah adik bayi yang ada di perut Mama juga bernafas?"
"Tentu, Sayang."
"Bagaimana cara bernafasnya?"
"Bernafas itu kan untuk mendapatkan zat asam. Nah, adik bayi yang ada di perut Mama akan mendapatkan zat asam dari darah Mama yang datang melalui pusar Mama."
"Dari mana adik bayi nanti keluar?"
"Dari lubang tertentu yang ada diantara paha Mama, Sayang."
"Bisakah adik bayi keluar sekarang?"
"Tidak, adik bayi perlu tumbuh besar dulu hingga nanti waktunya keluar."
"Bisakah adik bayi yang sudah keluar terus masuk lagi ke dalam perut Mama?"
"Tentu tidak, Sayang?"
"Mengapa Ma?"
"Karena adik bayi hanya bisa keluar dari perut Mama, tapi tidak bisa masuk kembali."
ILUSTRASI KEDUA
"Mama, mengapa Mama berdarah?"
"Sayang, ini namanya Mama sedang menstruasi."
"Kok bisa sih, Ma?"
"Iya, Sayang. Dengerin ya...di dalam tubuh Mama ada yang namanya ovarium atau indung telur. Nah, ovarium yang Mama miliki itu setiap sebulan sekali akan melepaskan satu sel telur. Jika sel telur Mama tidak bertemu dengan sel sperma Papa, maka sel tersebut akan dibuang keluar dari tubuh Mama bersama kelupasan selaput rahim dan sedikit darah. Nah, itulah yang disebut proses menstruasi, Sayang."
"Berarti Mama sakit dong kalau sampai berdarah begitu?"
"Mama memang mengeluarkan darah, namun Mama tidak sedang sakit dan juga tidak terluka."
"Lalu, itu darah apa Ma?"
"Itu darah kotor, Sayang. Darah kotor itu akan keluar dari tubuh Mama sebulan sekali."
"Kok aku tidak mengeluarkan darah kotor?"
"Sayang, darah kotor itu hanya keluar dari perempuan yang sudah besar, seperti Mama ini..."
ILUSTRASI KETIGA
"Ma, mengapa Papa tidak punya buah dada seperti Mama?"
"Papa kan laki-laki, Sayang. Jadi Papa tidak punya buah dada. Buah dada itu ciri untuk wanita dewasa seperti Mama ini."
"Apakah aku nanti juga punya buah dada?" (anak perempuan)
"Ya, Sayang. Nanti kalau kamu sudah dewasa, kamu pasti juga akan mempunyainya."
"Mengapa kakak tidak besar buah dadanya, padahal Kakak kan sudah besar?"
"Kakakmu itu masih remaja, biarpun tubuhnya besar. Buah dadanya belum tumbuh sempurna. Nanti kalau kakak sudah dewasa, buah dadanya juga akan membesar."
ILUSTRASI KEEMPAT
"Pa, apakah disunat itu sakit?"
"Ya. Tapi sakitnya sedikit dan hanya sebentar."
"Kok sakitnya sedikit. Kan penisnya dipotong?"
"Sayang, yang namanya sunat itu bukan penisnya yang dipotong. Tapi kulit diujung penis yang dikerat atau dipotong. Kulit yang sudah dipotong kemudian disatukan lagi dengan cara dijahit."
"Dipotong terus dijahit itu kan sakit, Pa?"
"Tidak, Sayang. Sebelum kulit itu dipotong dan dijahit, dokter akan melakukan penyuntikan pemati rasa terlebih dulu. Jadi, waktu dipotong atau dijahit, kamu nanti tidak akan merasakan sakit."
"Terus sakitnya waktu kapan, Pa?"
"Waktu kamu nanti disuntik pemati rasa. Sakitnya kira-kira seperti digigit semut."
"Pa, kenapa sih kok harus disunat?"
"Dengan disunat, kamu akan dapat semakin menjaga kebersihan penismu. Kamu akan terhindar dari beberapa penyakit yang bisa terjadi kalau seorang lelaki tidak menjaga kebersihan penisnya."
Nah, itu sedikit ilustrasi yang barangkali berguna bagi para orangtua.
Namun ada beberapa hal yang sangat penting lagi bagi anak-anak seputar pendidikan seks, yaitu:
  1. Apapun jenis kelamin buah hati kita, meski terkadang tidak sesuai dengan yang kita harapka, kita HARUS tetap MEMPERLAKUKAN ANAK KITA SESUAI KODRATNYA. Jika hal ini tidak dilakukan hanya karena kepentingan egoisme orangtua maka ini sangat berbahaya bagi perkembangab jiwa dan kepribadian anak. Anak bisa mempunyai orientasi seksual yang salah. Kelak jika sudah besar, kemungkinan ia akan mengidap satu kelainan seksual atau penyimpangan seksual karena perlakuan yang salah pada dirinya sejak ia kecil.
  2. HINDARI KECEROBOHAN!!! Jangan biarkan balita Anda melihat ketelanjangan orangtuanya, melihat kedua orangtuanya sedang berhubungan seksual, melihat sesuatu yang erotis atau porno.
Seringkali orangtua, terutama ibu, mengajak mandi bersama-sama anak balitanya. Hal ini seolah-olah menyenangkan dan digunakan sang ibu agar anaknya mau mandi. Meskipun tujuannya semula untuk kebaikan namun sesunggunya itu adalah cara yang tidak benar!!! Dan harus dihindari. Jika orangtua membiasakan diri membiarkan anak balitanya melihat ketelanjangannya, secara langsung itu akan menurunkan rasa hormat anak pada orangtua. Selain itu, "pemandangan aneh" yang dilihatnya sedikit banyak berpengaruh pada perasaannya.

Baca juga Pendidikan Seks Untuk Anak Part 2

Nah, sekarang bagaimana dengan Anda??? Silahkan beri komentar...
Source: Mr. Guno Asmoro about Sex Education 4 Kids

6 komentar:

  1. tulisan yg sangat bermanfaat!
    dari dulu udah denger yang namanya pendidikan seks, tapi gak pernah bener2 ngerti gimana mengaplikasikannya. tx loh mbak

    BalasHapus
  2. Topik yang bagus nich Mbak...Terima kasih sudah berbagi...Keren!!!
    Saya cuma bisa bilang"Ooooh gitu yah...."

    BalasHapus
  3. Setuju bu... sy jg termasuk ibu yg tdk mentabukan pendidikan seks kpd anak2. Cm ya itu d kadang2 msh suka cengar-cengir kl anak2 ty ttg seks. Hehehe... tp sy sependapat dg mbak, menjawab scr jujur disesuaikan dg pola pikir anak-anak.

    BalasHapus
  4. Yap daripada belajar dari orang lain or media lain lebih baik belajar dari orang terdekat.

    BalasHapus
  5. Bener sekali ...

    sepatutnya para orang tua bisa mengarahkan anak dengan cara yang baik. Soalnya sering tuh kejadian kyk kata @ke2nai, orang tua cengar-cengir aja ...

    BalasHapus
  6. sebagai orang tua pun harus tahu juga mengenai seksologi. pendidikan seks untuk orang dewasa pun perlu. tengok saja, manakala ada seminar2 mengenai seks pasti banyak pesertanya dan pasti sold out. pernah ada serial tv di inggris yang ngebahas seks secara komprehensif ditinjau dari berbagai ilmu kedokteran. info secuilnya ada di: http://duniamaya98.blogspot.com/2008/10/
    pendidikan-seks-khusus-untuk-kalangan.html

    BalasHapus