12 Juni 2010

LATIHAN MENULIS TEGAK BERSAMBUNG

Bulan kemarin Kayla minta latihan menulis tegak bersambung. Awalnya aku sih masih belum serius menanggapinya, karena pikirku biar menulis lepas aja dulu agar lebih rapi. Untuk menulis lepas Kayla sudah lancar, bahkan Kayla sudah punya diary sendiri meski masih sering harus diingatkan untuk lebih telaten lagi dalam menulis diari.
Sepertinya keinginan Kayla untuk menulis tegak bersambung sudah tak terbendung lagi...ceilee... Maknya aja yang kurang tanggap nih...dengan agak nggak serius (karena kupikir ini hanya keinginan Kayla sesaat) akhirnya aku kasih tugas untuk berlatih menebalkan aja LKS-LKS yang ada tegak bersambungnya (menebalkan titik-titik). Setelah beberapa hari LKS habis, nampaknya Kayla mulai bosan kalau hanya menebalkan huruf maupn kata.
Mulai dari sini aku mulai ngeh kalau Kayla memang pingin banget belajar ini (orangtua yang tidak dicontoh nih...Mestinya kan ini kesempatan emas kan...).
Akhirnya aku beri beberapa tugas dari yang mudah...yaitu menyalin huruf tegak bersambung, lalu menyalin kata, dikte huruf tegak bersambung, dikte kata, menyalin kata dari huruf lepas ke huruf tegak bersambung, dan akhirnya bisa membuat cerita berdasar gambar dengan menggunakan huruf tegak bersambung.

Pelajaran yang bisa dipetik:
Ketika anak sudah minta belajat sesuatu, kita harus segera memenuhinya dengan antusias agar kesempatan emas tersebut tidak melayang begitu saja.

Ini beberapa tulisan dari latihan Kayla:
05 Juni 2010

MENGENALKAN KONSEP TUHAN KEPADA ANAK

Seringkali kita lihat anak balita kita menirukan gerakan-gerakan kita saat sholat. Tentu kita senang, bukan? Kadang terlihat lucu sekali. Mungkin anak kita belum memahami mengapa kita harus sholat, berdoa atau ibadah yang lain.
Tapi, sebagai orangtua kita sudah seharusnya dan bahkan wajib untuk mengenalkan konsep Tuhan kepada anak kecil kita. Semakin dini, insya Allah semakin baik, tentunya harus disesuaikan dengan perkembangan pola pikirnya.

BAGAIMANA CARANYA???

Usia 2-7 tahun merupakan tahap berpikir pra-operasional (Jean Piaget), artinya untuk memahami dan mengerti sesuatu anak batita kita membutuhkan sesuatu yang konkret. Namun sebenarnya anak sudah mampu membayangkan sesuatu yang abstrak asalkan kita bisa memberikan penjelasan yang tepat. Jadi, anak usia 1-3 tahun sudah bisa merasakan sosok/sesuatu yang tidak terlihat namun sebenarnya ada.

1. Bermain petak umpet. Awalnya kita yang bersembunyi, lalu ganti dengan anak yang sembunyi. Tanyakan dimana kita tadi bersembunyi. Ketika anak bisa menunjukkan tempat persembunyian, berarti ia mulai memahami bahwa ada konsep hilang dan muncul. Anak batita bisa memahami bahwa kita sebenarnya ada meski tidak terlihat olehnya. Konsep ini menjadi modal dasar baginya untuk memahami sesuatu yang gaib.

2. Ajak anak merasakan sesuatu yang tak terlihat.
Misalnya, tiuplah wajah, tangan atau bagian tubuh anak yang lain. Jelaskan padanya itu adalah udara yang kita tiup. Memang udara tidak bisa dilihat tapi kita bisa merasakan. Contoh ini menunjukkan pada batita bahwa sesuatu yang tidak terlihat belum tentu tidak ada.

3. Nikmati keindahan alam dan pujilah Tuhan
Saat mengunjungi tempat-tempat wisata yang indah atau ketika melihat tata surya yang kita lihat sehari-hari jelaskan pada anak bahwa itu adalah ciptaan Tuhan, Tak perlu panjang lebar menjelaskan, yang penting kita mencoba mengenalkan. Apakah anak mengerti atau tidak bukan masalah besar. Dengan sesuatu yang terlihat konkret, besar, ajaib, megah akan menimbulkan persepsinya terhadap Sang Pencipta.

4. Berbicara dengan penuh cinta
Perlakukan anak dengan cinta karena akan membangun jiwa anak secara positif, dengan harapan anak akan memandang dunia dengan penuh cinta pula. Hal ini akan memudahkan anak memahami arti cinta yang dikaruniakan Sang Maha Kasih. Ucapkan pada anak, “Ibu sayang sama kamu, Tuhan juga saying sama kamu…”

5. Mendongeng
Cerita tentang alam semesta, makhluk laut, tumbuh-tumbuhan dsb bisa kita gunakan untuk mengenalkan konsep Tuhan. Mendongeng dengan cara yang menarik dan menyenangkan akan membuatnya tertarik sehingga ia akan lebih focus dan semakin mudah memahami keberadaan Tuhan.

6. Ajak anak selalu berdoa
Biasakan anak berdoa ketika mau melakukan sesuatu dan selesai melakukan sesuatu. Hal ini akan semakin mendekatkan diri anak pada-Nya. Berdoa akan memberikan kesan pada anak bahwa ia sedang meminta “sesuatu” yang bisa melindungi dan menyayanginya yaitu Tuhan.

7. Ajak anak bersyukur
Bersyukur adalah manifestasi dari rasa syukur kita kepada Tuhan. Ajak anak bersyukur setiap kali mendapatkan sesuatu, atau ketika sudah sembuh dari sakit. Rasa syukur membuat anak merasakan bahwa ada Yang Maha Besar telah memberinya banyak anugrah.

BAGAIMANA KALAU ANAK TIDAK MEMAHAMI?

Kita sudah menjelaskan pada anak, tapi ia tak paham juga. Bagaimana?
Kita tak perlu khawatir, anak-anak batita terutama 2 tahun ke atas, sudah bisa menyerap informasi yang masuk.Setidaknya sudah ada informasi yang masuk tentang konsep Tuhan ke dalam otaknya, yang nantinya akan membantu perkembangan kognitifnya.

Ketika menjelaskan konsep yang abstrak pada batita gunakan kalimat sesederhana mungkin agar ia tidak bingung. Misal: “Gunung itu ciptaan Tuhan, lho sayang.”

Hindari jawaban yang asal apalagi menakut-nakuti dengan sesuatu yang tidak relevan. Misal, “Kalau kamu nangis terus, Tuhan marah lho, terus nanti masuk neraka…” Konsep Tuhan seharusnya dikenalkan sebagai Yang Maha Penyayang, jangan malah sebaliknya.

Bisa juga penjelasan tentang konsep Tuhan disampaikan oleh gurunya di play group, karena seringkali penjelasan dari guru cepat “diakui” kebenarannya oleh anak.


Sumber: nakita