14 Juni 2012
HAID PERTAMA UNTUK SI PRINCESS, DAN MIMPI BASAH UNTUK SI PRINCE
 Kali ini aku tidak menulis tentang Kayla. Karena memang belum waktunya dia mengalami hal tersebut. Namun, kalau sudah masanya pastilah itu akan dialami juga. Tulisan ini selain sebagai ulasan terhadap beberapa kondisi tentang hal tersebut pada anak-anak usia puber, sekaligus juga sebagai “persiapan” wawasan bagiku sebagai ibu untuk suatu waktu yang akan datang dan pasti dialami oleh putri kecilku (yang kini sudah mulai beranjak besar lhoo... bahkan dia tidak mau lagi disebut “adik” dan kadang ngambeg kalau aku lupa menyebutnya seperti itu. Dia maunya dipanggil “kakak” padahal belum punya adik juga...) Pada saat ini, masa puber anak-anak sudah mengalami pergeseran usia. Kalau dulu anak laki-laki dan perempuan memasuki masa puber pada usia sekitar 12-16 tahun, kini masa puber itu terjadi lebih dini, yaitu sekitar usia 9-10 tahun. Hal ini bisa terjadi karena asupan gizi yang baik yang dapat memacu proses pematangan kerja organ-organ reproduksi maupun hormon-hormon yang dihasilkan. Ketika anak sudah memasuki masa puber, diikuti dengan perubahan pada diri anak, baik secara fisik, psikis dan sekaligus pematangan fungsi seksual. Ketika putri kita mendapatkan haid pertamanya (menarche), hal itu menandakan bahwa organ reproduksinya mulai bekerja. Pada awalnya, bisa saja haid yang dialami belum teratur seperti pada wanita dewasa yang mengalaminya rutin setiap bulan dengan siklus 28-29 hari. Tapi ada juga yang langsung haid teratur setiap bulan. Ketidakteraturan haid bisa disebabkan oleh aktivitas anak yang tinggi. Tapi bisa diupayakan agar haid setelah haid pertama (biasa disebut masa perimenarch) dapat segera teratur, antara lain dengan istirahat cukup, gizi baik dan seimbang serta cukup berolahraga. Pada remaja putri akan nampak payudara mulai membesar, tumbuh bulu-bulu halus di ketiak dan bagian luar kelamin, serta tubuhnya mulai “berbentuk”. Selain itu, mereka juga mulai jerawatan, mulai aktifnya kelenjar keringat dan perubahan suara. Untuk si jagoan kita yang memasuki masa puber akan mengalami mimpi basah (nocturnal emission), mulai tumbuh rambut halus di kemaluan dan ketiak, tumbuh kumis, berjerawat, berjakun, suaranya mulai membesar dan keringat makin bertambah banyak. Dari beberapa kondisi di atas yang biasanya menjadi banyak perbincangan adalah mimpi basah. Mimpi basah yaitu keluarnya air mani yang terdiri atas campuran sperma dan semen ketika anak sedang tidur. Ejakulasi yang terjadi di alam unconsiousness ini terjadi akibat testis sudah terisi penuh oleh sperma hingga keluar dengan sendirinya. Jadi, saat itu testis mulai berproses menghasilkan air mani yang mengandung sperma. Alat kelamin pun menjadi tegang akibat pengaruh kerja saraf dan hormon sehingga air mani akan keluar secara spontan saat anak tidur. APA YANG HARUS DILAKUKAN ORANGTUA ??? Dalam menghadapi proses alami tersebut, orangtua harus berperan agar anak tidak gelisah atau kaget dengan apa yang dialaminya. Namun, biasanya anak enggan bercerita dengan orangtuanya. Mereka malu bicara tentang perubahan yang terjadi pada dirinya. Untuk menghindari hal tersebut terjadi, orangtua harus bersikap pro aktif, dengan mengajak anak berbicara soal mimpi basah maupun menstruasi sebelum mereka mengalaminya. Misalnya sekitar usia 8 tahun. Bahkan untuk Kayla sendiri aku sudah mempersiapkannya sejak usia 7 tahun atau bahkan sebelumnya ya.... Saat ia sering bertanya “Mengapa ibu tidak sholat?”. Nah, saat itulah aku menjelaskannya sedikit demi sedikit dengan bahasa yang tentunya bisa dipahaminya. Tahu apa reaksi Kayla??? “Waaah...enak, Ibu nggak sholat...” Duuueeeeenggggg.......... Maklum, Kayla masih agak susah kalau diajak sholat.... Harus agak dikencengin agar mau sholat. Kembali ke pembahasa awal... Singkatnya kita harus menceritakan perubahan-perubahan yang akan dialaminya anak puber kita, termasuk saat mimpi basah maupun saat menstruasi. Sebenarnya, seiring dengan perkembangan teknologi yang kian canggih, anak bisa mencari informasi sendiri tentang hal tersebut, bisa lewat internet maupun majalah, atau dari temannya. Tapi, untuk menghindari anak malu atau enggan bercerita saat ia mengalaminya, maka orangtua harus tetap memberikan wawasan pembuka/prolog tentang hal tersebut. Ini juga dapat digunakan sebagai wahana membuka komunikasi dan kedekatan orangtua dengan anak. Jangan biarkan anak mencari-cari sendiri informasi sehingga mereka menjadi enggan bercerita kepada orangtuanya karena malu. Untuk itu, orangtua harus menjelaskan dengan baik meski mungkin sebagian masyarakat masih menganggapnya tabu. Sampaikan pada anak bahwa mereka akan mengalami perubahan hormonal sehingga secara alami akan mengalami menstruasi atau mimpi basah.  
BAGAIMANA SELANJUTNYA ??? Orangtua jangan hanya memberikan informasi seputar mimpi basah atau menstruasi saja, tetapi juga harus menjelaskan bahwa ada suatu bentuk tanggung jawab yang harus dilakukan satelah mereka mengalami hal tersebut. Misalnya, untuk anak perempuan yang mulai haid, berikan pentingnya menjaga kebersihan selama haid, bagaimana cara memakai pembalut wanita, sarankan anak untuk mandi secara teratur dan berganti pakaian dalam setiap 4 jam sekali untuk mencegah infeksi, terutama saat masih “deras-derasnya”. Bahkan terjadinya perubahan emosi ketika haid. Berikan informasi juga bahwa sebagian orang akan mengalami rasa sakit saat haid (dilep), atau gangguan dalam lama atau jumlah darah haid, kadang tubuh agak lemas sehingga harus diimbangi dengan gizi yang cukup. Selain itu, saat payudara membesar harus mulai menggunakan bra, “mengendalikan” bau keringat, tetap PD saat tumbuh jerawat sampai pada suatu saat ketika mereka digoda oleh lawan jenisnya. Untuk anak laki-laki, mereka harus dibekali informasi tentang aktifnya hormon-hormon seksual yang menyebabkan di dalam dirinya akan muncul dorongan seksual. Orangtua harus siap dengan kiat-kiat mengontrol dorongan itu, misalnya dengan berolahraga, tidak membaca bacaan porno, atau tidak melihat tayangan untuk orang dewasa. Berikan penjelasan secara terbuka dan jelas, sehingga anak memiliki persiapan baik fisik maupun psikologis. Orangtua harus tetap menjadi teman terbaik dan menjadi informan utama bagi anak. Untuk dapat memenuhi itu semua, maka kita sebagai orangtua harus selalu memperkaya wawasan dan update informasi. Intinya adalah kemauan bagi para orangtua untuk terus dan terus belajar. Semua kita lakukan demi yang terbaik buat putra-putri kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar