Bertolak dari pengalaman
meminumkan obat pada anak pertama kami Kayla yang menurutku tidak/kurang
berhasil (sampai sekarang Kayla sangat sulit minum obat. Aku coba cari infa
sana sini bagaimana agar kita bisa meminumkan obat pada bayi bisa berlangsung
dengan mudah. Kebetulan Athiyah mendapatkan obat penurun panas pertama karena
imunisasi DPT.
Pertama kali minum obat
Athiyah menangis dan berusaha mengeluarkan sebagian obatnya, bahkan saat minum
yang kedua sempat dimuntahkan sehingga harus diminumkan obat lagi.
Alhamdulillah, tidak sampai panas tinggi, hanya “anget” saja atau orang Jawa
bilang “sumer”, tapi tidak lama. Dengan
minum obat 3 kali besoknya sudah tidak anget lagi.
Memang ada sebagian bayi
yang langsung menyembur atau melepehnya, atau menutup rapat-rapat mulutnya
ketika diberi obat. Pengalaman kemarin, Athiyah mau buka mulut tapi begitu
terasa obatnya langsung mengernyit-ngernyitkan wajahnya lalu menangis dan
sebagian dilepehnya. Nah, tentu sebagai orang tua ketika anak sakit dan harus
minum obat kita berharap bagaimana bayi dapat minum obat dengan nyaman sehingga
kedepannya anak tidak benci/takut minum obat. Ngiri juga kalau ada anak minum
obatnya gampang banget.
Selama ini, untuk Kayla
karena dia susah minum obat maka aku
agak memaksanya saat minum obat, sampai sekarang. Bahkan terkadang harus dengan “marah-marah”
dulu. Makanya sampai sekarang Kayla paling tidak suka dan bahkan takut minum obat.
Nah, untuk anak kedua
ini, Athiyah, tentunya kami barharap hal tersebut tidak terulang lagi, sehingga
aku mencoba berusaha bagaimana caranya agar Athiyah bisa minum dengan mudah dan
“enjoy”.
Dari browsing sana sini
ada beberapa hal yang mesti aku perhatikan saat meminumkan obat pada bayi.
Check it out...
1.
Tidak boleh
melakukan pemaksaan seperti dipegangi agar tidak meronta-ronta agar nantinya
tidak trauma dan semakin sulit minum obat. Selain itu dengan perlakuan seperti
ini anak akan menangis dan bisa membuatnya tersedak. Pengalaman pertama Athiyah
aku gendong meski dia sedikit berontak danmenangis. Pada kesempatan berikutnya
dia aku tidurkan dengan posisi bantal agak tinggi. Meski sebagian dilepeh dan
menangis (tapi tidak meronta) obat bisa masuk lebih banyak.
2.
Menggunakan
alat bantu seperti sendok takar, pipet atau spuit tanpa jarum suntik. Untuk
bayi, pemakaian sendok takar mungkin kurang efektif karena bila bayi meronta
obat banyak yang tumpah. Untuk pemakaian pipet pilih yang berbahan plastik.
Kalau pipet dari kaca beresiko pecah. Bila menggunakan pipet, jaga agar tidak
mengenai mulut bayi agar tidak terkena bakteri. Nah ini aku yang belum lakukan,
pipet masih aku masukkan ke mulut Athiyah tapi setelah itu aku cuci dan
sterilkan biar aman. Selain cara di atas bisa memakai dot bayi. Obat dicampur
dengan air gula lalu diminumkan pakai dot. Tapi airnya jangan terlalu banyak,
misal 1 sendok teh obat sirop dengan 5-10 cc air lalu kocok sampai rata.
Langkah ini tidak/belum aku lakukan karena Athiya masih sulit minumpakai dot.
3.
Bayi dalam
posisi tegak (bayi duduk di pangkuan ibu) sehingga obat lebih mudah dimasukkan
dan meminimalkan bayi tersedak.
4.
Memasukkan
obat lewat samping mulut, tidak di tengah karena bisa masuk ke saluran
pernafasan. Lebih aman memasukkan obat di kantong pipi kiri atau kanan.
5.
Berikan obat
sebelum makan setengah jam sebelumnya, terutama ketika bayi yang sering muntah.
Obat yang diberikan saat bayi kekenyangan bisa merangsang bayimemuntahkan
makanan.
6.
Jangan
membohongi. Meski masih bayi, tidak baik mengatakan bahwa rasanya manis. Bayi
memiliki daya ingat yang tajam. Beri sedikit penjelasan meski kemampuan
komunikasinya masih terbatas bahwa obat ini dapat menyembuhkan penyakitnya.
7.
Perhatikan
dosis obat agar penyakit yang diderita bayi segera sembuh.
8.
Perhatikan
tanggal kadaluarsa danlihat dengan seksama
warna , rasa dan baunya. Bila semuanya sudah berubah lebihbaik obat
dibuang.
9.
Perhatikan
cara penyimpanan obat. Puyer jangan disimpan di kulkas karena dapat
mempengaruhi tekstur puyer. Bila obat
disimpan di kulkas, keluarkan lebih dulu
pada suhu ruangan sekitar 10 menit agar bayi kaget dengan rasa dinginnya.
10.
Bila bayi
mendapat lebih dari satu obat, memberikannya boleh bergiliran tapi dalam waktu
yang berdekatan.
11.
Hindari
mencampur puyer denga sirop karena bisajadi puyer tidak larut dalam sirop.
Larutkan obat puyer dengan air putih atau air gula. Cara membuat air gula :
campur 1 sdm gula dengan segelas air, direbus sampai mendidih. Simpan air gula
dalam wadah bersih dan tertutup.
12.
Hindari
mencampur obat dengan madu atau jus buah. Bila dicampur dengan madu
dikhawatirkan mengandung bakteri clostridium
botulinum penyebab gangguan pencernaan pada bayi. Bila usia anak lebih dari
satu tahun bisa dilakukan pencampuran obat dengan madu karena pencernaannya
sudah lebih kuat. Bila dicampur dengan jus buah dikhawatirkan obat tidak larut.
13.
Tunggu
setengah jam bila ingin minum susu karena ada beberapa obat tidak larut dalam
susu.
Nah pada waktu minum obat yang lalu, ada 2 kali dimuntahkan kembali oleh
Athiya, setelah aku konsultasi ternyata bila dimuntahkannya setelah diminumkan
(kurang dari 10 menit) maka harus diulang dengan dosis dan takaran yang sama
karena obat tersebut belum tercerna oleh bayi.
Mbak Reni apa kabar? maaf baru bisa mampir ternyata linknya belum aku update lagi nih sejak hilang.
BalasHapusmbak reni apa kabar? maaf banget aku baru mampir lagi ternyata linknya gak update sejak bloglistku hilang
BalasHapusLidya - Mama Cal-Vin : Alhamdulillah mbak baik dan sehat. iyaa mbak, gak apa-apa...
BalasHapusaku juga jarang bw mbak, kalo sempat aja baru bw hehehe
makasih tipsnya
BalasHapusSebenarnya ada rasa bangga ketika anak saya susah minum obat, karena saya juga nggak suka minum obat. Jadi, anak saya nurun saya dong, bukan nurun ibunya yang sedikit-sedikit minum obat kalu badan agak capek atau mulai kena flu.
BalasHapusTapi, kalau anak saya lagi sakit seperti kemarin yang sakit radang dan badannya panas, ya mau tidak mau saya harus ikutan pusing bagaimana cara agar anak saya mau minum obat.
Tips yang menarik. Makasih
Bagus sekali artikel nya terimakasih
BalasHapus