Liburan kali ini sudah direncanakan
sebelumnya, meski saat itu belum memastikan jadi atau tidaknya karena beberapa
hal, salah satunya adalah bisa tidaknya suami mengambil cuti kerja.
Salah satu tujuan liburan kali ini adalah agar
Kayla lebih banyak mengetahui daerah-daerah di Indonesia meski sampai sekarang
masih di seputar Pulau Jawa saja. Setelah tahun 2013 Kayla diajak ke
Jakarta-Bandung, tahun 2014 ke daerah Jawa Timur - Jawa Tengah (Magetan, Solo,
Semarang), kali ini giliran ke wilayah Situbondo-Bondowoso-Banyuwangi dengan
titik tujuan obyek-obyek wisata di daerah tersebut. Ada beberapa destinasi yang
kami tuju antara lain kawah Ijen (Bondowoso), Pantai Boom, Pulau Merah, Pantai
Grajagan, Wisata Bedul (Banyuwangi) dan Pantai Pasir Puktih Situbondo.
Kami berangkat hari Kamis tanggal 1 Januari
2015 sekitar jam tujuh malam. Kami berangkat berlima, suami, aku, Kayla,
Athiyah dan Hana. Sebenarnya kami mau berangkat sekitar jam 4 sore tapi
ternyata hujan turun sangat deras disertai petir, sehingga kami pun menunda
waktu keberangkatan. Perjalanan pun alhamdulillah sangat lancar. Untuk menjaga
kondisi fisik agar tidak terlalu capek sampai Situbondo kami pun mencari hotel
untuk istirahat. Sampai di hotel sekitar jam 12 malam. Namun kami tidak
langsung istirahat karena Athiyah yang di sepanjang perjalanan tidur justru
tidak mau tidur dan malah ngajak bermain-main. Baru sekitar jam setengah dua
malam baru bisa tidur.


Setelah beberapa saat singgah disana, kami pun
melanjutkan perjalanan. Masih agak jauh juga perjalanan yang harus ditempuh.
Kami melewati beberapa pos jaga. Sampai juga kami di kaki gunung Ijen. Rintik-rintik
gerimis menyambut kedatangan kami. Sekedar untuk diketahui saja Kawah Ijen
merupakan salah satu gunung yang masih aktif sampai sekarang. Terletak diantara Kabupaten Bondowoso dan
kabupaten Banyuwangi. Ketinggian 2443 dpl. Kawah Ijen merupakan pusat danau
kawah terbesar di dunia. Untuk mencapai kawah Gunung Ijen kita masih harus
berjalan 3 km dari pos akhir Paltuding. Saat itu banyak juga pengunjungnya. Ada
beberapa tenda terpasang di area tertentu. Di sekitar pintu gerbang utama ada beberapa warung
makanan dan juga warung yang menjual keperluan pendakian. Namun, saat itu
pendakian ditutup sementara karena cuaca yang kurang bersahabat.
Setelah beberapa saat menikmati suasana
disana, kami pun melanjutkan perjalanan ke Banyuwangi. Kalau saat berangkat
kami lewat jalur Bondowoso – Wonosari – Tapen – Sempol – Paltuding, Kali ini
dari paltuding kami melewati desa Banyusari Kecamatan Licin menuju Banyuwangi.

Perjalanan hari itu diakhiri dengan menerima
tawaran menginap di rumah teman, tapi rumahnya ternyata masih jauh dari pusat
kota. Tepatnya di desa Purwoasri. Teman kami sering pula menginap di rumah bila
sedang ada acara ke Surabaya. Selain itu, menurut informasi dari teman kami,
Pulau Merah yang kami tuju lebih dekat lokasinya dari desa tersebut. Setelah
dipikir-pikir, akhirnya kami mengiyakan permintaannya agar kami menginap.
Karena kalau menginap di hotel biasanya paginya tidak segera bergegas dan masih
males-malesan. Belum lagi perjalanannya yang masih jauh lagi ke Pulau Merah
yang ada di bagian selatan Banyuwangi, sekitar 60 km dari pusat kota. Untuk menuju kerumah teman kami harus melewati hutan karet yang gelap banget
dan guyuran hujan yang begitu deras.
PAGI DI DESA PURWOASRI
Setelah bangun tidur dan sarapan, ada dua
teman yang datang menemui kami. Masih sama, teman suami waktu masih pondok
pesantren. Sebelum berangkat ke Pulau Merah, sambil menunggu teman yang juga
mau gabung, kami pun keliling-keliling di sekitar daerah situ, melihat-lihat
sawahnya teman kami dan melihat suasana di desa tersebut. Kami pun sempat
mampir ke rumah salah seorang teman yang juga mau turut ke Pulau Merah. Setelah
formasi lengkap kami pun berangkat dengan dua mobil, 6 orang dewasa, 1 remaja,
4 anak-anak...Rameee...

Setelah sekitar satu jam lebih di atas mobil,
kami pun sampai. Parkir sudah hampir penuh. Tempat parkir sudah disediakan di
bawah pepohonan. Ternyata, pantai ini juga tak kalah indah. Pulau Merah yang
membuat kita penasaran itu ternyata bentuknya menyerupai pegunungan yang ada di
tengah pantai. Pasir putihnya menghampar di sepanjang bibir pantai , di bagian
timur berjejer gunung-gunung. Mengapa disebut Pulau Merah? Setelah cari tahu
sana sini ternyata gunung yang di tengah pantai itu tanah dan pasirnya berwarna
merah.
Terlihat pula ada wisatawan yang berselancar disana. Disediakan juga persewaan papan
selancar. Disediakan juga tempat berjemur di sepanjang pantai. Kami juga
menyewa tempat berjemur tersebut per 2 jam dua puluh ribu. Tapi kami tidak
berjemur karena kulit kami sudah cukup gosong hahahaha... malah justru tempat
itu kami jadikan tempat berteduh sambil menunggu Kayla dan Mbak Hana turun
berbasah basah di pantai.
Ada
yang bilang Pulau Merah ini Pantai Kuta nya pulau Jawa. Disini dilengkapi juga
petugas pengawas pantai atau istilahnya baywatch yaa...hihihi...bertugas
mengawasi pengunjung yang berenang, begitu juga petugas kebersihannya juga ada.
Sekitar 2 jam kami menikmati keindahan Pulau
Merah. Kayla dan Hana pun “turun” ke pinggir pantai bermain dengan ombak, air
dan pasir. Athiyah masih takut-takut diajak turun. Akhirnya Athiyah aku ajak
duduk-duduk di tenda sambil makan bakso
dan minum es degan... sesekali juga aku ajak gabung dengan Kayla
sebentar-sebentar. Tapi dia takut ketika ombak datang menyapu pantai...itu
karena kami mesti teriak kegirangan, tapi justru Athiyah menunjukkan ekspresi
ketakutan.
Sebelum meninggalkan pantai kami sholat dulu
di mushola. Setelah sholat selesai, tiba-tiba mendung sangat tebal disertai
hujan dan angin bertiup kencang. Aku yang sudah ada di dekat mobil duluan pun
panik mencari Kayla yang waktu itu sholat bersama Bapaknya. Ternyata Kayla
sudah ada di dekat mobil. Hana yang pergi membeli kaos pun segera berlari
menuju mobil. Semua pengunjung panik dan bergegas meninggalkan pantai. Keadaan
itu terjadi begitu tiba-tiba. Yang ada dalam benak kami waktu itu khawatri
kalau ada tsunami, mengingat di pantai itu beberapa tahun yang lalu pernah juga
terjadi tsunami. Para petugas pantai pun sibuk memberi peringatan kepada
pengunjung agar segera meninggalkan pantai. Semua berebut untuk bisa segera
keluar dari lokasi parkir. Syukurnya, mobil kami dekat dengan pintu keluar
sehingga termasuk bisa cepat keluar lokasi. Kami membayangkan bagaimana yang
waktu itu masih berenang di pantai, apalagi yang masih baru datang... tapi
bagaimanapun juga keselamatan jiwa lebih dari segalanya. Alhamdulillah ... kami
ppun bisa keluar dengan selamat.
Setelah itu kami pun mencari tempat untuk makan siang. Kami menemukan warung di tengah sawah. Kami pun memutuskan
untuk makan disitu sembari menikmati semilir angin sawah. Setelah makan siang
perjalanan dilanjutkan ke kebun jeruk milik teman. Disana kami diajak memetik
buah jeruk.
Perjalanan berlanjut ke Pantai Grajagan yang
terletak di bagian selatan kota Banyuwangi kira-kira sekitar 52 km dari kota. Terletak
di desa Grajagan kecamatan Purwoharjo.

Entah kenapa Athiyah tidak terlalu nyaman di
pantai ini, padahal kami sangat ingin menikmati ombak yang besar. Athiyah
seperti ketakutan mendengar suara ombak. Aku pun mengajak Athiyah menjauh dari
pantai untuk menenangkannya.
Kami pun tidak terlalu lama di pantai itu.
Kami pun melanjutkan ke wisata mangrove blok Bedul.
Terletak di desa Sumberasri kecamatan
Purwoharjo, diantara pantai grajagan dan alas purwo serta Plengkung. Disini
kami bisa melihat ribuan pohon mangrove atau bakau. Hutan Mangrove ini menaungi
perairan blok Bedul. Jalan menuju wisata merupakan jalan hotmix. Dari pintu
masuk Bedul kami berjalan kaki sekitar 5 menit menuju dermaga sepanjang 225
meter. Disepanjang dermaga kanan kiri penuh denga tanaman mangrove. Di ujung
dermaga ada perahu yang digerakkan dengan mesin diesel. Sayangnya kita tidak
bisa naik perahu karena sudah terlalu sore, tidak ada petugas yang menjalankan
perahunya. Namanya perahu Gondang gandung.
Wisata Bedul ini sangat cocok untuk wahana
pendidikan sekaligus rekreasi. Di sini akan
ditemukan beberapa jenis ikan dan tumbuhan, ada ikan bedul sejenis ikan gabus yang bersirip (yang menjadi nama tempat wisata ini), ikan kerapu, ikan putihan dll. Ada juga kepiting. Pas kita kesana ada nelayan yang sedang mencari kepiting. Ada juga berbagai fauna yang lain, namun karena kita kesana sudah senja hari jadi gak bisa melihat mereka-mereka...
ditemukan beberapa jenis ikan dan tumbuhan, ada ikan bedul sejenis ikan gabus yang bersirip (yang menjadi nama tempat wisata ini), ikan kerapu, ikan putihan dll. Ada juga kepiting. Pas kita kesana ada nelayan yang sedang mencari kepiting. Ada juga berbagai fauna yang lain, namun karena kita kesana sudah senja hari jadi gak bisa melihat mereka-mereka...
Setelah dari sana waktu sudah gelap, maghrib pun tiba. Kita
menuju ke rumah teman kami dimana kami menginap kemarin. Kami pun berpamitan
kepada tuan rumah. Kami memutuskan menginap di Banyuwangi di Hotel Selamet.
Maunya di hotel Santika, tapi ternyata
masih belum buka karena belum selesai proses akhir pembangunannya.
Paginya setelah sarapan kami keliling kota
Banyuwangi sambil mencari nasi khas banyuwangi, namun setelah muter-muter bolak
balik gak menemukannya...sekali ketemu eee... sudah habis... belum rejeki. Oh
ya...saat itu juga ketepatan ada peringatan Maulid Nabi SAW, namanya ndog
ndog-an... . ada iring-iringan naik mobil ada juga iring-iringan dengan naik
becak. Semuanya dihiasi dengan pohon pisang atau pohon-pohonan dan telur yang dihias-hias.
Kemudian
mengantar Kayla cari pernak-pernik, terus mampir ke pasar membeli hiasan
ndog-ndog an tadi, juga beli nangka
kupas. Kemudian lanjut perjalanan pulang. Eee...tanpa rencana mampirlah kami di
Pantai Pasir Putih Situbondo, tapi tujuan utamanya menikmati makan ikan bakar
di pinggir pantai. Gak terlalu menikmati suasana pantai, tapi menikmati
makannya. Kami juga membeli baju untuk oleh-oleh disini, tadinya mau beli di
Banyuwangi tapi tidak menemukan tempatnya. Di Banyuwangi hanya beli oleh-oleh
berupa makanan seperti bagiak, kripik-kripik dan roti.
Lanjut perjalanan menuju Gresik...
Alhamdulillah sampai di rumah dengan selamat