Ini cerita saat hari raya lebaran kemarin.
Tapi masih tersimpan rapi di draft. Karena sesuatu dan lain hal masih
terposting deh saat ini. Nggak apalah...sayang kalo Cuma di draft aja,
itung-itung buat ngisi blog yang sudah lama lumutan...
Seperti rutinitas tiap tahun di saat Lebaran,
kami mudik ke kampung halaman di Trenggalek. Karena aku dan Kayla sudah libur
duluan, maka dengan diantar suami mudik
lebih dulu tepatnya pada hari Minggu, 12 Juli. Suami balik lagi ke Gresik karena
baru dapat libur H-2.
Semuanya berjalan seperti biasanya. Kayla dan
Athiyah juga terlihat senang di rumah mbah utinya. Namun lebaran H-1 ada hal
yang menyedihkan bagi kami semua. Bagaimana cerita sedih itu terjadi?
Ketika itu lebaran kurang sehari, tepatnya
hari Kamis, 16 juli 2015.
Selama Ramadhan ini Athiyah sering tidurnya malam-malam, antara jam 10 sampai 11 malam. Begitu juga malam Sabtu, dia masih asyik mainan sampai jam 11 malam. Beberapa kali aku ajak tidur selalu tidak berhasil, sampai aku tertidur lebih dulu. Nah, biasanya kalau tidurnya malam, jam bangun pagi Athiyah pun bergeser, bisa sampai jam 9 pagi.
Namun kali itu sekitar jam 5 pagi dia sudah bangun. Setelah nenen, saya pikir dia tidur lagi seperti biasanya, ternyata dia nggak tidur dan malah bilang, “Bu, nyanyi...nyanyi...”
Selama Ramadhan ini Athiyah sering tidurnya malam-malam, antara jam 10 sampai 11 malam. Begitu juga malam Sabtu, dia masih asyik mainan sampai jam 11 malam. Beberapa kali aku ajak tidur selalu tidak berhasil, sampai aku tertidur lebih dulu. Nah, biasanya kalau tidurnya malam, jam bangun pagi Athiyah pun bergeser, bisa sampai jam 9 pagi.
Namun kali itu sekitar jam 5 pagi dia sudah bangun. Setelah nenen, saya pikir dia tidur lagi seperti biasanya, ternyata dia nggak tidur dan malah bilang, “Bu, nyanyi...nyanyi...”
Itu artinya Athiyah minta diputarkan VCD lagu
anak-anak. Setelah aku putarkan, dia pun melihatnya sambil tiduran.
Dia pun menirukan nyanyian di VCD yang berisi lagu-lagunya Dea Ananda pada saat Dea masih kecil dulu seperti: “Baju Baru, 25 Rasul, Surga di Telapak Kaki Ibu, dll. Bahkan mbah kakungnya sempat bilang, “Wah, nduk pinter nyanyi tibak e...” (Wah, Athiyah ternyata pintar menyanyi). Saya pun juga merespon kata-kata mbah kakungnya, “Hampir satu VCD “hapal” lagunya Kung...”
Dia pun menirukan nyanyian di VCD yang berisi lagu-lagunya Dea Ananda pada saat Dea masih kecil dulu seperti: “Baju Baru, 25 Rasul, Surga di Telapak Kaki Ibu, dll. Bahkan mbah kakungnya sempat bilang, “Wah, nduk pinter nyanyi tibak e...” (Wah, Athiyah ternyata pintar menyanyi). Saya pun juga merespon kata-kata mbah kakungnya, “Hampir satu VCD “hapal” lagunya Kung...”
Athiyah pun masih nyanyi-nyanyi meski suaranya
pelan dan sambil tiduran. Saat itu, entahlah tiba-tiba saya pegang dahinya
terasa hangat (tidak panas). Dalam hatipun berkata...”ooo...mungkin Athiyah mau
pilek”. Seingat saya sampai 3 kali aku memegang dahinya dan masih terasa hangat
(tidak panas) dengan tenggang waktu sekitar 15 menit, tapi tetap berpikir
positif yang ada di otakku saat itu.
Akupun melanjutkan aktivitas “nge-sum” baju barunya Kayla yang dibuatkan/dijahit mbah utinya. Juga nge-sum bajunya tetangga yang menjahitkan ke ibuku (ibuku seorang penjahit). Sempat juga pas aku jalan melewati Athiyah yang lagi tiduran, kakiku menyenggol telapak kakinya dan terasa dingin (anyep). Saat itu aku pikir karena memang udara cukup dingin saat itu dan pintunya juga terbuka sehingga wajar kalau kakinya dingin.
Akupun melanjutkan aktivitas “nge-sum” baju barunya Kayla yang dibuatkan/dijahit mbah utinya. Juga nge-sum bajunya tetangga yang menjahitkan ke ibuku (ibuku seorang penjahit). Sempat juga pas aku jalan melewati Athiyah yang lagi tiduran, kakiku menyenggol telapak kakinya dan terasa dingin (anyep). Saat itu aku pikir karena memang udara cukup dingin saat itu dan pintunya juga terbuka sehingga wajar kalau kakinya dingin.
Athiyah sempat tiduran di lantai tanpa alas
apapun. Akupun ditegur ibuku dan menyuruh aku memberi alas tidur buat Athiyah.
Aku pun mengambil selimut tebal untuk alas tidur Athiyah di lantai. Tapi
Athiyah tidak mau dan malah marah. Aku pun mengambil selimut itu dan dia pun
tiduran tanpa alas apapun, padahal saat itu udara cukup dingin.
Akupun masih melanjutkan aktivitasku ngesum
dan pasang kancing baju. Aku tidak curiga apapun saat itu...(apa karena aku
kurang peka kali yaa...) sehingga itu menjadi penyesalanku sampai saat ini). Sekitar jam 7 pagi dia minta nenen
dan bilang, “Minum ibu...mimik ibuu...”
Akupun meninggalkan aktivitasku dan nenenin
Athiyah sampai dia tertidur. Lalu aku pindah dia ke atas kasur. Sekitar
setengah jam Athiyah tidur. Setelah dia tidur aku menyapu rumah. Setelah
selesai menyapu aku melanjutkan pasang kancing baju yang tadi belum selesai.
Sekitar jam 7.30 Athiyah bangun dan minta diputarkan VCD nyanyi lagi.
Setelah aku putarkan VCD dan Athiyah
melihatnya seperti biasanya. Akupun melanjutkan pasang kancing baju yang kurang
sedikit lagi selesai. Beberapa saat setelah aku selesai aktivitas itu sekitar
jam 8. Lalu aku melihat Athiyah mengangkat kedua tangannya ke atas dan terlihat
gerakannya. Dia juga menggerak-gerakkan kedua kakinya.
Awalnya aku menyangka Athiyah joged-joged mengikuti musik karena Athiyah sering kalau mendengar suara musik langsung menggoyangkan badannya. Aku pun menghampirinya untuk melihatnya. Tapi sekilas aku heran kok dia nggak senyum atau ketawa-ketawa karena biasanya kalo joget-joget dia mesti ceria.
Akupun tersenyum melihat tingkahnya. Tapi seketika senyum itu berubah menjadi kecemasan yang sangat ketika ternyata aku menyadari kalau gerakan Athiyah itu bukan joged-joged. Ternyata itulah yang dinamakan “kejang atau step”. OMG... betapa bodohnya aku sebagai ibu... yang tidak peka akan kondisi anakku saat itu. Atau aku yang terlalu santai..., yang pasti aku tidak menduga hal itu terjadi pada anakku saat itu.... karena kejadiannya begitu tiba-tiba dan tidak sakit sebelumnya...
Awalnya aku menyangka Athiyah joged-joged mengikuti musik karena Athiyah sering kalau mendengar suara musik langsung menggoyangkan badannya. Aku pun menghampirinya untuk melihatnya. Tapi sekilas aku heran kok dia nggak senyum atau ketawa-ketawa karena biasanya kalo joget-joget dia mesti ceria.
Akupun tersenyum melihat tingkahnya. Tapi seketika senyum itu berubah menjadi kecemasan yang sangat ketika ternyata aku menyadari kalau gerakan Athiyah itu bukan joged-joged. Ternyata itulah yang dinamakan “kejang atau step”. OMG... betapa bodohnya aku sebagai ibu... yang tidak peka akan kondisi anakku saat itu. Atau aku yang terlalu santai..., yang pasti aku tidak menduga hal itu terjadi pada anakku saat itu.... karena kejadiannya begitu tiba-tiba dan tidak sakit sebelumnya...
Karena masih seperti itu terus dan matanya
mendelik ke atas, aku pun teriak-teriak memanggil ibuku yang saat itu sedang
berada di dapur. Kayla yang juga ada disitu terlihat sangat panik dan menangisi
adiknya. Kayla teriak-teriak memanggil adiknya sambil menangis. Aku juga
menyuruh kayla segera memanggil ibuku dan bapakku.
Aku berusaha menyadarkan Athiyah dengan memanggil-manggil namanya dan menoel-noel pipinya. Yang akhirnya ternyata aku dapat informasi menangani anak kejang tidak seperti itu. Tapi dengan cara melepaskan seluruh bajunya dan meletakkannya di lantai. Dan satu lagi kalau nge cek suhu tubuh anak itu tidak di dahi tapi di sekitar ketiak...(Aduuh...kemana aja aku selama ini...) Kurang lebih 5 menit Athiyah mengalami kejang dan sejurus kemudian Athiyah seperti pingsan, lemas dan pucat pasi.
Aku berusaha menyadarkan Athiyah dengan memanggil-manggil namanya dan menoel-noel pipinya. Yang akhirnya ternyata aku dapat informasi menangani anak kejang tidak seperti itu. Tapi dengan cara melepaskan seluruh bajunya dan meletakkannya di lantai. Dan satu lagi kalau nge cek suhu tubuh anak itu tidak di dahi tapi di sekitar ketiak...(Aduuh...kemana aja aku selama ini...) Kurang lebih 5 menit Athiyah mengalami kejang dan sejurus kemudian Athiyah seperti pingsan, lemas dan pucat pasi.
Setelah ibu datang (tentu dengan wajah cemas
juga dan bertanya-tanya mengapa ini tadi kok bisa begini?...) lalu dipijatlah
telapak kaki Athiyah dengan minyak kayu putih. Namun Athiyah terlihat seperti
pingsan. Kekhawatiranku lebih tinggi saat pingsan itu. Cukup lama Athiyah nggak
sadar-sadar.
Ibuku pun membaluri punggungnya, kakinya dan ubun-ubunnya dengan minyak kayu putih yang dicampur dengan parutan bawang merah dan air perasan jeruk nipis, katanya untuk menurunkan panasnya. Aku pun terus berusaha untuk menyadarkannya dengan memanggil-manggil namanya. Mbah Kungnya dan bulikku yang saat itu sudah berkumpul juga sibuk menelpon dokter dan bidan terdekat. Tapi tidak ada yang tersambung. Kami pun menyadari karena orang sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan lebaran esok harinya.
Ibuku pun membaluri punggungnya, kakinya dan ubun-ubunnya dengan minyak kayu putih yang dicampur dengan parutan bawang merah dan air perasan jeruk nipis, katanya untuk menurunkan panasnya. Aku pun terus berusaha untuk menyadarkannya dengan memanggil-manggil namanya. Mbah Kungnya dan bulikku yang saat itu sudah berkumpul juga sibuk menelpon dokter dan bidan terdekat. Tapi tidak ada yang tersambung. Kami pun menyadari karena orang sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan lebaran esok harinya.
Akhirnya bulikku berhasil menelpon sepupuku
yang seorang perawat. Alhamdulillah tersambung dan diminta bergegas untuk
datang ke rumah. Kami pun menunggu agak lama karena memang rumahnya agak jauh
berjarak beberapa desa.
Sampai sepupu kami datang pun Athiyah masih belum sadar. Setelah dicek suhu badannya mencapai 39 derajat Celcius. Sepupu kami menyarankan agar segera dibawa ke UGD saja agar mendapatkan penanganan yang maksimal. Setelah Athiyah mulai nampak menggeliat dan menangis, aku pun langsung menyusuinya. Setelah siap-siap kami pun berangkat ke rumah sakit umum daerah (RSUD) Dr. Soedomo, kira-kita 11 km dari rumah.
Sampai sepupu kami datang pun Athiyah masih belum sadar. Setelah dicek suhu badannya mencapai 39 derajat Celcius. Sepupu kami menyarankan agar segera dibawa ke UGD saja agar mendapatkan penanganan yang maksimal. Setelah Athiyah mulai nampak menggeliat dan menangis, aku pun langsung menyusuinya. Setelah siap-siap kami pun berangkat ke rumah sakit umum daerah (RSUD) Dr. Soedomo, kira-kita 11 km dari rumah.
Sesampainya di UGD Athiyah langsung
diobservasi oleh dokter jaga dan dinyatakan panas kejang. Dokter pun menyatakan
Athiyah harus diopname. Dalam hatiku bertanya-tanya separah itukah sehingga
harus diopname...padahal kan besok lebaran... Aku pun sempat “menawar”
keputusan dokter tersebut. Disaat semua keluarga, teman, tetangga dan saling
berkumpul dan bertemu ... masak kita harus tinggal di rumah sakiitt...??? Belum lagi saat malam takbiran, disaat
seharusnya kita bersuka ria dengan ramainya suara anak-anak bergembira ria,
tapi kita tidak ikut di dalamnya dan justru berada di RS...?
Dokter pun menjelaskan mengapa Athiyah harus
diopname. Hal itu untuk mengantisipasi bila terjadi kejang berulang. Dan selain
itu saya harus menandatangani surat pernyataan bahwa kalau terjadi “apa-apa)
dengan Athiyah maka orangtua tidak akan menuntut pihak rumah sakit karena penanganan
yang belum tuntas.
Akhirnya aku pun membicarakan hal tersebut dengan suamiku melalui telpon (suami masih berada di Gresik yang rencananya baru besok mudik ke Trenggalek karena masih harus menyelesaikan kerjaannya). Akhirnya kami memutuskan mengikuti saran dokter demi kesehatan Athiyah.
Akhirnya aku pun membicarakan hal tersebut dengan suamiku melalui telpon (suami masih berada di Gresik yang rencananya baru besok mudik ke Trenggalek karena masih harus menyelesaikan kerjaannya). Akhirnya kami memutuskan mengikuti saran dokter demi kesehatan Athiyah.
Setelah prosedur administrasi dan lainnya
selesai kami pun menempati ruangan Paviliun Arjuna 203. Athiyah masih harus
beradaptasi dengan jarum infus yang menancap di tangan kirinya. Awal-awal di
ruangan dia sering nangis minta selang infusnya di lepas. Dia juga banyak gerak
sehingga seringkali darahnya keluar lewat selang. Bahkan beberapa kali dia akan
mencabutnya sendiri. Athiyah pun sering minta keluar ruangan.
Suasana di paviliun sangat sepi. Di lantai 2 hanya ada 2 pasien. Di lantai 3 ada 1 pasien. Memang lokasi paviliun RS ini terpisah dengan kamar rawat inap lainnya. Ini bangunan baru di RS. Ruangannya sangat luas dan nyaman. Tapi senyaman-nyamannya ruangan di RS masih tetap kalah nyaman dengan di rumah...ya iyaaalllaaahhh...
Selama di RS, kakak Kayla selalu nungguin adiknya. Ketika kakak Kayla keluar bersama bapaknya, Athiyah pasti akan nyari-nyari terus dan bisa jadi rewel minta ikut. Saat hari pertama sore hari Athiyah sudah terlihat ceria dan seperti “tidak sakit”. Sehingga harapan besarku besok sudah boleh pulang.
Tak sabar menunggu hari esoknya dengan harapanku tadi. Malam pun menjelang. Selama di dalam kamar tak terdengar suara takbir yang biasanya kita dengar bersahut-sahutan. Ataupun iring-iringan kendaraan konvoi takbiran. Akan lamat-lamat terdengar bila kita keluar kamar. Athiyah pun bisa tidur dengan baik malam itu hingga pagi pun datang.
Kayla dan suami pun bersiap untuk sholat Ied. Athiyah pun minta di luar ruangan terus minta ikut bapaknya dan kakaknya. Akupun berusaha untuk mengalihkan perhatiannya. Setelah Bapak dan kakaknya datang, Athiyah pun lebih ceria. Bahkan nyanyi-nyanyi dan joged-joged. Semakin besar harapanku hari ini bisa pulang melihat Athiyah yang ceria. O iya, kami juga mendapatkan kunjungan dari para perawat yang bertugas di hari itu. Kunjungan yang berbeda karena ini lebaran...
Akhirnya harapanku musnah tak tersisa saat dokter yang memeriksa Athiyah siang itu mengatakan kalau hari ini masih belum boleh pulang. Pingin nangis rasanya. Kecewa berat deh pokoknya. Aku pun bertanya mengapa belum boleh pulang...dokter pun menjelaskan kalau antibiotiknya baru satu hari dan masih harus dilanjutkan. Minimal 3 hari...
Aku pun mengajukan permintaan bagaimana kalau rawat jalan saja dan antibiotiknya masih terus diberikan. Dokter pun menjelaskan bahwa antibiotiknya dosisnya beda dengan yang diminum, jadi harus lewat injeksi. Lemesss deh rasanya...Mungkin akan berbeda kondisinya bila saat itu tidak bertepatan dengan lebaran.
Akupun menyampaikan hal tersebut ke suami
sepulang dari sholat Jumat. Suamiku sih tenang-tenang saja. Katanya nggak
apa-apa biar pengobatannya bisa tuntas. Kita pun memupuk harapan lagi besok
bisa pulang ke rumah.
Selama sakit Athiyah maunya makan sendiri. Tidak mau disuapi.
Hingga hari ketiga pagi. Aku melihat spreinya basah. Awalnya aku kira Athiyah bocor diapersnya. Padahal belum 2 jam diganti. Ternyata setelah aku cek basah itu berasal dari infus. Aku pun melapor ke perawat jaga. Setelah diperiksa ternyata jarumnya lepas (tidak pada tempatnya) mungkin karena athiyah banyak gerak.
Aku pun sempat khawatir karena itu berarti harus diganti dengan proses awal lagi yang pasti akan membuat Athiyah menangis kesakitan. Tapi kekhawatiranku berubah kelegaan ketika mbak perawat mengatakan, “Bu, infusnya tidak usah saya pasang lagi yaa...kemungkinan besar adik hari ini sudah boleh pulang. Melihat perkembangannya bagus dan suhu badan relatif stabil. Tinggal nanti nunggu dokter memeriksa dulu yaa...”
Berbunga-bunga rasanya hatiku saat itu. Aku
pun semakin semangat untuk beres-beres. Athiyah pun sudah main dan lari-larian
di kamar.
Setelah dokter memeriksa dan menyatakan kondisi Athiyah sudah baik daann....boleh pulaaaaanngggg.... Pesan dokter agar kami selalu siap di rumah termometer dan obat turun panas. Saat Athiyah mulai panas badannya harus segera diminumkan obatnya agar tidak terjadi kejang berulang. Sebelum suhunya mencapai 38 derajat harus segera diantisipasi.
Syukur alhamdulillah atas nikmat yang telah
Kau beri Ya Alloh...
Nikmat sakit pun kami rasakan agar kami lebih
hati-hati dan care pada kesehatan kami...
semoga sehat terus yaa
BalasHapusamin...amin yaa robbal "alamiin. terima kasih mbak...
HapusAllhamdulillah sekarang sudah pulang ya, sehat selalu ya
BalasHapusiya mbak. amiiin. terima kasih
HapusDeg2an banget kalau anak sampai kejang gitu ya, Mbak. Athiyah, sehat selalu ya, sayang. :)
BalasHapusbetul mbak, sampai sekarang aja kalo badannya anget dikit sudah parno aja
HapusJadi kebayang lagi waktu liat Fai kejang demam pas uisanya setahunan ....waktu itu pas kejangnya kita udah di UGD..kita udah curiga karena matanya ngeliat keatas terus bu...
BalasHapussehat2 terus ya Athiyah, Kayla sayang adik bgt ya