Ketika Athiyah sudah mulai “mengerti” ketika ditinggal, ada beberapa cara yang aku lakukan, menyesuaikan kondisi Athiyah pada saat itu. Sebagian cara itu, sebenarnya menurut teori tidak baik. Tapi mengapa masih aku lakukan? Yaaa... itu tadi, ketika kondisi yang kurang memungkinkan. Itu sih alasanku saja ...karena sebenarnyakondisi itu bisa diciptakan.
Reaksi Athiyah ketika aku pergi (terutama bila
berangkat kerja). Di usia sebelum 20 bulan masih sering menangis mau ikut, meski
sebelumnya sudah aku siapkan waktu sebentar untuk bersamanya termasuk
memandikannya sehingga akupun sering pergi dengan diam-diam....nah ini nih yang tidak baik...
Mengapa anak usia batita (termasuk Athiyah
tentunya) tidak mau berpisah atau lepas dari orangtuanya? Perilaku ini
wajar-wajar saja, karena di usianya itu dia masih sangat membutuhkan perhatian
dan kasih sayang dari orang terdekatnya,
terutama orangtua. Selain itu, anak juga belum memahami mengapa orangtuanya
pergi, mengapa dia nggak diajak, dll.
Kita ingat, dari bayi anak sudah mengembangkan
bonding/kelekatan dengan orangtua terutama ibu yang banyak terlibat dalam
pengasuhan anak sehari-harinya seperti menyusui, menyuapi, menggendong,
memandikan, menidurkan dan tetek bengek lainnya.Tapi sebagian anak justru dekat
dengan ayahnya. Tapi kayaknya sih paling banyak ya dekat dengan ibunya. Saat itu anak mengembangkan rasa percaya pada
orang-orang terdekatnya. Ia merasa nyaman dengan orang-orang terdekatnya.
Makanya ketika ditinggal, anak batita cenderung menangis dan minta ikut.
Namun sekitar usia 21 bulan, seiring dengan
kemampuan kognitif dan bahasanya Athiyah sudah mulai jarang menangis saat
ditinggal. Memang aku terus sounding Athiyah bahwa ibu bekerja Athiyah di rumah
bersama mbak Hana, tantenya, nanti Ibu pulang ketemu Athiyah lagi. Itu terus
aku lakukan, meski aku nggak tahu dia sudah paham atau belum, tap i lama-lama
akhirnya Athiyah mengerti juga. Memberikan penjelasan semacam itu penting banget agar anak merasa lebih nyaman dan
yakin bahwa ibu hanya pergi sementara dan akan pulang. Meskipun anak masih
belum mengerti pada awalnya, namun lama-lama dia akan ngerti juga sesuai
perkembangan kemampuan berpikirnya.
Di usia 23 bulan, apalagi habis mandi pagi,
terus aku pakai bedak dan lipstik Athiyah sudah otomatis bilang, “Ibu ija, adik
umah, Bapak ija, kakak uyah...” (Ibu kerja, adi di rumah, Bapak kerja, kakak
sekolah...). selalu begitu. Bahkan sore habis mandi pun ketika aku di depan
kaca sambil pakai bedak Athiyah mengira aku akan bekerja. Jadi sampai sekarang
ketika aku pakai bedak dan lipstik itu bagaikan sebuah kode bagi Athiyah bahwa
aku akan pergi kerja, hehehe... Kalau sudah gitu tentu aku bilang padanya,
“Nggak, sekarang ibu tidak kerja, tapi mau main bersama adik...”
Selain memberikan penjelasan pada Athiyah
tentang “kepergian” itu, biasanya aku sempatkan waktu sebentar bersamanya atau
istilahnya ritual kali yaa... Athiyah senang kalau diajak keluar rumah sehingga
setelah bangun tidur aku ajak dia keluar menikmati udara pagi hanya di depan
rumah saja nggak jauh-jauh. Biasanya sambil melihat kucing, atau lihat
orang-orang lewat saja. Nggak lama sih... tergantung rentang waktu yang aku
punya saat itu. Biasanya sebelum mandi pagi, saat dari luar mulai sambil
dibujuk/diajak mandi, terus dibilanginkalau habis mandi main dengan Laqif
(tetangga yang seumuran dengannya), atau nanti naik sepeda/kereta dengan mbak
Hana, dan lain lainnya sehingga dia lebih siap untuk ditinggal.
Selalu muluskah?
Kadang gagal juga, tapi jarang-jarang
gagalnya. Gagal biasanya kalau akunya juga agak nampak tergesa-gesa. Namun,
kegiatan itu kadang skip juga saat waktunya mepet banget dan kadang nggak tega
membangunkan Athiyah, atau saat Athiyah lagi nggak enak badan.
Tapi terkadang juga saat Athiyah nggak rewel,
aku pergi tanpa pamit (sekali lagi, waktunya mepet sehingga harus gas pol saat
naik sepeda motor). Mengapa? Karena meski dia nggak rewel terus aku pergi, dia
pingin nenen dulu...lha ini yang sulit untuk dipercepat. Dia akan merengek,
“inum uyuuu...” (minum dulu) dan perkiraanku justru dia akan menangis...jadi
agar tidak merusak moodnya pergilah aku dengan diam-diam. Kata tantenya, kadang
dia nyari-nyari aku ke kamar mandi, ke depan, ke mushola... ini yang bikin
kasihan kalau nggak dipamiti. Sebenarnya hal ini tidak baik karena bisa jadi
setelah anak mencari-cari dan tidak menemukan ibunya, bisa-bisa akan semakin
“nempel” kemanapun ibu pergi. Dan itu terjadi juga pada Athiyah...ada suatu
saat aku ke kamar mandi pun dia ngikut...hufff...jangan ditiru ini yaaa...
Tapi menjelang usia 2 tahun, Athiyah jarang
menangis kala ditinggal. Aku pamiti dia salim dan da da da da .... sambil
berkata, “Ibu ija, adik umah...”
“da da... da da... mmmuaachh...”
Tapi kadang juga nggak mau salim, kadang juga
nggak mau da da tapi anaknya nggak nangis, hanya ngeliatin aja... Athiyah sudah
nyaman dengan tantenya karena tantenya sangat telaten dengan Athiyah, bahkan
tiap hari diajak naik kereta atau didorong jalan-jalan naik sepeda kecilnya.
Di lain waktu saat aku berangkat kerja Athiyah
di teras atau di depan rumah bersama tantenya, atau bersama bapaknya (aku
berangkat kerjanya lebih dulu, sementara suami ngantor jam 8. Tempat kerjanya
juga lebih dekat,hanya 10 menit dari rumah).
Anakku udah hampir lima tahun ga mau pisah dari ibunya, padahal dulu udah sempet mau nginep di rumah neneknya tanpa saya, kenapa ya sekarang ngga mau?
BalasHapusiramanya anak-anak kadang memang susah ditebak mak...itu berarti dia merasa kurang nyaman kalo tanpa ibunya...
HapusAda aja alasan untuk menahan ibunya kalau mau pergi kerja ya
BalasHapus1001 alasan kayaknya dia punya mbak
HapusAnak2 memahaminya kalau Ibu di depan cermin, dandan, mau pergi, ya. :
BalasHapusTante juga ija nih, Athiyah. :D
wah Athiyah dah gede ajah ya...pinter ya lepas ibu kalau mau kerja
BalasHapusberarti anak juga nyaman sama ibunya :)
BalasHapus