05 Oktober 2015

KETIKA IBU BERANGKAT BEKERJA


Ketika Athiyah sudah mulai “mengerti” ketika ditinggal, ada beberapa cara yang aku lakukan, menyesuaikan kondisi Athiyah pada saat itu. Sebagian cara itu, sebenarnya menurut teori tidak baik. Tapi mengapa masih aku lakukan? Yaaa... itu tadi, ketika kondisi yang kurang memungkinkan. Itu sih alasanku saja ...karena sebenarnyakondisi itu bisa diciptakan.
Reaksi Athiyah ketika aku pergi (terutama bila berangkat kerja). Di usia sebelum 20 bulan masih sering menangis mau ikut, meski sebelumnya sudah aku siapkan waktu sebentar untuk bersamanya termasuk memandikannya sehingga akupun sering pergi dengan diam-diam....nah ini  nih yang tidak baik...


Mengapa anak usia batita (termasuk Athiyah tentunya) tidak mau berpisah atau lepas dari orangtuanya? Perilaku ini wajar-wajar saja, karena di usianya itu dia masih sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang  dari orang terdekatnya, terutama orangtua. Selain itu, anak juga belum memahami mengapa orangtuanya pergi, mengapa dia nggak diajak, dll.

Kita ingat, dari bayi anak sudah mengembangkan bonding/kelekatan dengan orangtua terutama ibu yang banyak terlibat dalam pengasuhan anak sehari-harinya seperti menyusui, menyuapi, menggendong, memandikan, menidurkan dan tetek bengek lainnya.Tapi sebagian anak justru dekat dengan ayahnya. Tapi kayaknya sih paling banyak ya dekat dengan ibunya.  Saat itu anak mengembangkan rasa percaya pada orang-orang terdekatnya. Ia merasa nyaman dengan orang-orang terdekatnya. Makanya ketika ditinggal, anak batita cenderung menangis dan minta ikut.

Namun sekitar usia 21 bulan, seiring dengan kemampuan kognitif dan bahasanya Athiyah sudah mulai jarang menangis saat ditinggal. Memang aku terus sounding Athiyah bahwa ibu bekerja Athiyah di rumah bersama mbak Hana, tantenya, nanti Ibu pulang ketemu Athiyah lagi. Itu terus aku lakukan, meski aku nggak tahu dia sudah paham atau belum, tap i lama-lama akhirnya Athiyah mengerti juga. Memberikan penjelasan semacam itu penting  banget agar anak merasa lebih nyaman dan yakin bahwa ibu hanya pergi sementara dan akan pulang. Meskipun anak masih belum mengerti pada awalnya, namun lama-lama dia akan ngerti juga sesuai perkembangan kemampuan berpikirnya.


Di usia 23 bulan, apalagi habis mandi pagi, terus aku pakai bedak dan lipstik Athiyah sudah otomatis bilang, “Ibu ija, adik umah, Bapak ija, kakak uyah...” (Ibu kerja, adi di rumah, Bapak kerja, kakak sekolah...). selalu begitu. Bahkan sore habis mandi pun ketika aku di depan kaca sambil pakai bedak Athiyah mengira aku akan bekerja. Jadi sampai sekarang ketika aku pakai bedak dan lipstik itu bagaikan sebuah kode bagi Athiyah bahwa aku akan pergi kerja, hehehe... Kalau sudah gitu tentu aku bilang padanya, “Nggak, sekarang ibu tidak kerja, tapi mau main bersama adik...”

Selain memberikan penjelasan pada Athiyah tentang “kepergian” itu, biasanya aku sempatkan waktu sebentar bersamanya atau istilahnya ritual kali yaa... Athiyah senang kalau diajak keluar rumah sehingga setelah bangun tidur aku ajak dia keluar menikmati udara pagi hanya di depan rumah saja nggak jauh-jauh. Biasanya sambil melihat kucing, atau lihat orang-orang lewat saja. Nggak lama sih... tergantung rentang waktu yang aku punya saat itu. Biasanya sebelum mandi pagi, saat dari luar mulai sambil dibujuk/diajak mandi, terus dibilanginkalau habis mandi main dengan Laqif (tetangga yang seumuran dengannya), atau nanti naik sepeda/kereta dengan mbak Hana, dan lain lainnya sehingga dia lebih siap untuk ditinggal.


Selalu muluskah?

Kadang gagal juga, tapi jarang-jarang gagalnya. Gagal biasanya kalau akunya juga agak nampak tergesa-gesa. Namun, kegiatan itu kadang skip juga saat waktunya mepet banget dan kadang nggak tega membangunkan Athiyah, atau saat Athiyah lagi nggak enak badan.

Tapi terkadang juga saat Athiyah nggak rewel, aku pergi tanpa pamit (sekali lagi, waktunya mepet sehingga harus gas pol saat naik sepeda motor). Mengapa? Karena meski dia nggak rewel terus aku pergi, dia pingin nenen dulu...lha ini yang sulit untuk dipercepat. Dia akan merengek, “inum uyuuu...” (minum dulu) dan perkiraanku justru dia akan menangis...jadi agar tidak merusak moodnya pergilah aku dengan diam-diam. Kata tantenya, kadang dia nyari-nyari aku ke kamar mandi, ke depan, ke mushola... ini yang bikin kasihan kalau nggak dipamiti. Sebenarnya hal ini tidak baik karena bisa jadi setelah anak mencari-cari dan tidak menemukan ibunya, bisa-bisa akan semakin “nempel” kemanapun ibu pergi. Dan itu terjadi juga pada Athiyah...ada suatu saat aku ke kamar mandi pun dia ngikut...hufff...jangan ditiru ini yaaa...

Tapi menjelang usia 2 tahun, Athiyah jarang menangis kala ditinggal. Aku pamiti dia salim dan da da da da .... sambil berkata, “Ibu ija, adik umah...”

“da da... da da... mmmuaachh...”

Tapi kadang juga nggak mau salim, kadang juga nggak mau da da tapi anaknya nggak nangis, hanya ngeliatin aja... Athiyah sudah nyaman dengan tantenya karena tantenya sangat telaten dengan Athiyah, bahkan tiap hari diajak naik kereta atau didorong jalan-jalan naik sepeda kecilnya.


Di lain waktu saat aku berangkat kerja Athiyah di teras atau di depan rumah bersama tantenya, atau bersama bapaknya (aku berangkat kerjanya lebih dulu, sementara suami ngantor jam 8. Tempat kerjanya juga lebih dekat,hanya 10 menit dari rumah).

7 komentar:

  1. Anakku udah hampir lima tahun ga mau pisah dari ibunya, padahal dulu udah sempet mau nginep di rumah neneknya tanpa saya, kenapa ya sekarang ngga mau?

    BalasHapus
    Balasan
    1. iramanya anak-anak kadang memang susah ditebak mak...itu berarti dia merasa kurang nyaman kalo tanpa ibunya...

      Hapus
  2. Ada aja alasan untuk menahan ibunya kalau mau pergi kerja ya

    BalasHapus
  3. Anak2 memahaminya kalau Ibu di depan cermin, dandan, mau pergi, ya. :
    Tante juga ija nih, Athiyah. :D

    BalasHapus
  4. wah Athiyah dah gede ajah ya...pinter ya lepas ibu kalau mau kerja

    BalasHapus
  5. berarti anak juga nyaman sama ibunya :)

    BalasHapus