Ibuku lahir pada 29 Desember 1956, berarti usia beliau sekarang 59 tahun.
SELAMAT ULANG TAHUN, IBU...
SUGENG AMBAL WARSO INGKANG KAPING 59...
Maaf...aku masih belum bisa banyak membahagiakan beliau, hanya lantunan doa yang setiap hari aku panjatkan untuk kesehatan belaiu, ketenangan hati dan pikiran beliau, dimudahkan selalu rejekinya dan semua doa yang terbaik yang dapat kami persembahan.
Ibuku....
Sosok yang kuat, tegar, tak gampang menyerah, lembut tapi juga tegas. Ketika kami kumpul-kumpul bersama, ibuku sering bercerita tentang masa mudanya, saat-saat ibu masih sekolah, guru-gurunya dan kenangan-kenangan bersama teman-temannya, hingga suatu saat bertemu dengan seseorang yang aku sebut BAPAK...
Jangan bayangkan mereka berpacaran seperti anak jaman sekarang, ketemu aja malu-malu. Konon katanya wakti itu ada pertunjukan reog di Ponorogo, kota dimana ibuku dilahirkan. Ibuku yang saat itu sudah bisa menjahit sederhana (karena nenekku juga seorang penjahit dan pedagang baju khas Ponorogo (baju reog) didekati oleh Bapakku dan mengatakan, "Aku juga mau dibuatkan celana seperti itu..."
Itu awalnya, yang kemudian ditindaklanjuti "berurusan" dengan orangtua. Bapak dan ibu beda usia 11 tahun. Singkat cerita menikahlah mereka berdua pada hari Jumat tanggal 4 Agustus 1972.
Dua tahun kemudian lahirlah kakakku. Menyusul 3 tahun kemudian lahirlah aku. Ibuku pernah cerita di usiaku yang ke-3 bulan ASI ibuku tiba-tiba berhenti berproduksi. Betapa sedihnya beliau dengan kondisi ini. Tak jarang beliau menangis karena merasa tidak bisa memberikan ASI sampai 2 tahun. Waktu itu belaiu tidak tahu mengapa hal itu bisa terjadi, padahal beliau sudah berusaha keras agar ASI bisa keluar, namun hasilnya nihil. Jangan bayangkan banyak dokter seperti sekarang yang anytime bisa berkonsultasi. Saat itu bidan pun masih sangat jarang, yang ada adalah mantri kesehatan. Akupun tumbuh dengan susu formula.
Ketika Bapakku mengalami kecelakaan yang menyebabkan kakinya luka berat, saat itu usiaku sekitar 3 tahun (aku belum sekolah), ibu yang pontang panting merawat Bapak yang saat itu harus mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Kustati Solo, karena RS di Trenggalek dan Ponorogo tidak sanggup menangani. Dengan 3 anak yang masih kecil beliau yang mengurus Bapak yang diharuskan opname beberapa bulan dan kontrol rutin setelahnya. Kami pun dititipkan di rumah nenek di Ponorogo. Sesekali ibu bergantian mengajak kami menjenguk Bapak ke Solo. Sebagai anak kecil waktu itu aku tidak terlalu paham bagaimana keluh kesah ibu saat itu. Yang aku ingat, saat aku diajak ke Solo menjenguk Bapak, aku sempat diajak ke pasar malam atau apa yaa...yang pasti banyak sekali orang berjualan mainan anak-anak kayak pasar malam gitu dan aku dibelikan mainan...
Karena kondisi bapak yang demikian, otomatis pengeluaran juga bertambah banyak. Berapalah gaji guru PNS saat itu, masih jauh dari kata cukup. Ketika Bapak sudah diijinkan rawat jalan, ibu pun ikut kursus menjahit, dengan harapan dapat menambah penghasilan keluarga nantinya. Dan sampai saat ini ibupun masih menerima jahitan, meski sudah banyak berkurang karena faktor usia dan tenaga. Teringat pula olehku, ketika menjelang Ramadhan banyak sekali baju yang harus diselesaikan oleh ibu. Sebagai anak perempuan aku pun membantu mengesum, memasang kancing baju, hak dan merader (apa ya istilah yang tepat...) sampai lembur-lembur dan jam tidur ibu pun sangat berkurang, apalagi saat semakin mendekati hari lebaran karena khawatir ada baju yang tidak terselesaikan. Alhamdulillah, Allog SWT senantiasa memberikan kesehatan pada ibu. Kalau pun sakit itu karena kecapekan, flu, pusing atau masuk angin.
![]() |
Saat Ibu mengikuti kursus bordir |
![]() |
Aku dan adikku Irma (alm) |
Beberapa minggu dan bulan sepeninggal adikku, ketika ibu bertemu dengan teman-temannya dan menceritakan tentang adikku, menangislah ibu dengan temannya itu. Sering kejadian itu aku lihat. Aku yang saat itu masih belum paham apa dan bagaimananya merasa kesal dalam hati bila ibu bertemu temannya di manapun karena selalu membuat ibu menangis karena teringat adikku kembali. Jadi kalau aku diajak ibu pergi ke pasar atau le toko pasti berharap agar ibu tidak ketemu dengan teman-temannya sehingga ibu tidak akan menangis lagi...
Anganku pun melayang ketika aku masih kelas 3 SD kalau nggak salah. Kakiku terserang penyakit kulit yang sulit disembuhkan. Padahal lukanya tidak terlalu besar, diameternya sekitar 3 cm. Sudah seringkali dibawa ke Puskesmas, ke dokter juga tapi tidak sembuh-sembuh. Segala macam saran dari orang-orang pun dilakukan ibuku dengan telaten. Mulai dari merebus babakan (kulit pohon) kamboja semalaman untuk kemudian kakiku direndamkan dalam air rebusannya yang hangat-hangat kuku lalu luka dibersihkan, menempelkan parutan kelapa pada lukanya lalu dibungkus dengan kain dan dibiarkan semalaman, membuat tape dari nasi yang kemudian dibubuhkan pada luka dan dibalut dengan kain dibiarkan semalaman, mencarikan daging bekicot, mencarikan dan menggorengkan daging tokek, dan masih banyak lagi yang dilakukan ibuku demi kesembuhan kakiku saat itu. Beliau tidak pernah menyerah dan seingatku saat itu aku tidak pernah mendengar beliau mengeluh... Itu baru masalah kakiku, belum hal-hal lain yang luput dari ingatanku...
Tak akan cukup diceritakan disini bagaimana kesabaran dan ketangguhan ibuku dalam mengarungi kehidupan ini...Itu hanya sebagian kecil dari masa kecilku yang aku ceritakan. Masih banyak cobaan dan ujian yang harus dihadapi oleh keluarga kami. Bila tidak ada ibu seperti ibuku..aku tak tahu lagi bagaimana bisa akan jadi seperti sekarang ini.
Terima kasih aku panjatkan ke hadirat-Mu Ya Rabb yang telah menjadikan aku sebagai anaknya...
IBU ADALAH MALAIKAT YANG TERLIHAT...
ALLOH MENGUATKAN BAHUNYA UNTUK ANAK-ANAKNYA
ALLOH MELEMBUTKAN HATINYA UNTUK MEMBERI RASA AMAN
ALLOH MENEGUHKAN PRIBADINYA UNTUK TERUS BERJUANG SAAT YANG LAIN MENYERAH
CINTA YANG DIBERIKANNYA TANPA SYARAT
CINTA DAN KASIHNYA TAK KAN LEKANG OLEH WAKTU
MESKI KITA SENDIRI SUDAH MEMPUNYAI ANAK, BAHKAN CUCU
MUDAH-MUDAHAN ALLOH MEMBERIKAN KEBERKAHAN.
BERKAH USIANYA
BERKAH REJEKINYA
BERKAH SEHATNYA...
IBU MAAFKAN ANAKMU
YANG TELAH MELUKAI HATIMU
DALAM KERENDAHAN HATIMU ADA KETINGGIAN BUDI
DALAM KEKURANGAN HARTA, ADA KEKAYAAN JIWA
DALAM KEPEDIHAN HATI SELALU ADA MAAF
DALAM KEPASRAHAN HIDUP SELALU ADA KEIKHLASAN