20 Desember 2015

PELITKAH ANAKKU....

Beberapa minggu terakhir ini Athiyah sering tiba-tiba memelukku dan bilang, “Ini ibukuu...”
Begitu juga pada bapaknya, iya pun tiba-tiba memeluknya dan berkata, “Ini bapakku...”.
Ketika dia main di luar dengan temannya, tiba-tiba lari pulang masuk rumah dan melakukan hal yang sama. Suamiku heran, kenapa kok begitu? Tanyanya padaku. Ya aku jawab bahwa itu adalah hal yang wajar karena dia mulai memahami arti kepemilikan. Kalau digoda, “Ibumu tak pek...” (ibumu punyaku), dia akan spontan kesal dan menjawab, “Nggaakk... (nggaknya medok banget) ini ibukuuu...ya buu...ibuku yaa...”

Ada cerita lain lagi...
Athiyah punya teman yang usianya 4 bulan lebih tua, cowok namanya Prabu Laqief. Tiap hari mereka selalu bermain bersama. Kalau nggak di rumahnya ya pasti di rumah kami. Main di luar pun bersama-sama. Mereka selalu saling memanggil lewat pagar rumah. Bila nggak ketemu sehari saja, ributnya minta ampun, pingin main ke rumahnya, dan begitu pula sebaliknya (kata ibunya Laqief).
Namun, namanya juga anak pasti deh selalu rebutan sesuatu. Meski saban hari diberi tahu kalau main tidak boleh rebutan, yaaa tetep aja rebutan. “Ndak lebut ya...ndak lebut yaa...” kata Athiyah kalau habis diingatkan.
Athiyah termasuk anak”pemberani”. Ketika mainannya direbut, dia akan mempertahankannya. Tak jarang iya kena pukul oleh temannya itu. Kadang sampai nangis karena dipukul. Dia akan bilang, “Ini punya adik kok..., ini punya adik!!!”, katanya sambil teriak. Pun sebaliknya begitu, Athiyah juga sering mengambil paksa atau merebut mainannya Laqief. Laqief pun berusaha mempertahankannya. Kalau tidak boleh Athiyah akan mencubit atau mencakar Laqief. Dia akan mengatakan, “Adik pinjem kok..., adik pinjem...!”
Walau seringkali sudah diingatkan kalau bermain dengan teman tidak boleh merebut, mencubit atau memukul yaa tetep aja terulang lagi. Saat diingatkan pun dia akan mengulang kata-kata saya, “Dak boyeh pukul, dak boyeh cubit giniii...(sambil mencubit tangannya sendiri).”
Kelihatannya Athiyah jadi anak pelit, egois, suka main tangan... Aduuhh, pusing pala barbie...

Bagaimana nanti kalau sudah besar, masak masih seperti itu?
Eiitss...tunggu dulu... kalau kita kembali pada ilmu perkembangan anak (untungnya ibunya pernah belajar sedikit tentang psikologi perkembangan), perilaku itu masih wajar untuk anak usia batita, namun harus tetap diberi tahu mana yang baik dan tidak baik. Anak usia 2 smpai 5 tahun sudah mulai mengenal konsep kepemilikan, artinya dia tahu mana barang miliknya dan barang milik orang lain. Walau untuk Athiyah, terkadang barang milik temannya atau kakaknya diakui sebagai miliknya karena dia ingin “menguasai” barang itu. Dan itu juga masih wajar karena anak seusianya akan lebih mementingkan bahwa “barang itu milikku” daripada “barang itu milikmu”. Mengapa demikian? Ya kita harus kembali lagi bahwa anak usia batita mempunyai sidat egosentris. Mereka tidak tahu barang itu miliknya atau bukan. Ia hanya mau tahu barang itu miliknya. Makanya mereka sering rebutan mainan.  Kemampuan kognitifnya masih terbatas, dia cenderung menganggap semua adalah miliknya, ibuku, bapakku, mainanmu, bonekaku, dsb. Mereka masih sulit untuk menempatkan diri dalam sudut pandang orang lain. Seperti misalnya, ketika Athiyah melihat balon, ia akan langsung memainkannya, karena menurutnya balon itu miliknya dan ia berhak menggunakannya tanpa peduli itu balon milik siapa. Ia juga tidak peduli apakah nantinya yang punya balon marah atau tidak, karena di sudut pandangnya anak yang punya balon akan sama senangnya dengan dirinya saat main balon.

Kakaknya pun sering kesal, bahkan marah-marah, katanya, “Adik egois. Adik ngrebutan...”
Kadang karena sama-sama tidak mau mengalah, bertengkarlah mereka sampai salah satu atau keduanya menangis. Kalau sudah begitu, aku harus memberikan pengertian kepada keduanya.
Namun, tidak sepenuhnya Athiyah “se-egois” itu. Karena beberapa kali dia sudah bisa mulai “mengerti” bahwa barang itu tidak selalu miliknya. Sebagian anak batita pun adayang sudah bisa memahami konsep kepemilikan dengan lebih baik. Dia tidak hanya mengerti mana barang miliknya dan mana barang milik orang lain. Dia pun merespon bila ada orang lain mengambil/memakai barang yang bukan miliknya. Dalam hal ini, Athiyah sering “memarahi” kakaknya karena menggunakan hp ibu atau bapak. Katanya, “Kakak jangan, itu hp ibuk...” (dan dia pun sering mengambil/merebut hp tersebut lalu memberikannya padaku. Atau juga dengan sisir rambut, “Ini sisil ibu...” atau “Mana sisir ibu, adik pinjam sisil ibu”.

Hal-hal seperti itu sebenarnya merupakan awal dari kemampuan anak memahami orang lain. Lalu bagaimana anak bisa dikatakan sudah memahami konsep kepemilikan? Bila si anak sudah mengetahui mana barangnya dan mana barang orang lain. Lalu minta ijin tanpa merebut tentunya bila ingin meminjam barang. Dengan demikian egosentrismenya mulai berubah. Dia mulai mampu memahami sesuatu darisudut pandang orang lain. Tugas orangtua selanjutnya mengasah hal tersebut agar lebih baik lagi.
Sementara untuk anak yang belum terlalu paham dengan konsep kepemilikan aku biasanya mengatakan sesuatu sesuai pemiliknya, misalnya ini sepatu kakak, tolong ambilkan baju bapak, pinjam dong bonek adik, dll. Ketika ada temannya yang main bersama selalu diajarkan agar Athiyah meminjamkan mainannya ke anak tersebut...(ini sih kadang boleh, kadang juga nggak boleh sama Athiyah). Tak lupa juga dengan membiasakan minta ijin dulu kalau ingin meminjam sesuatu. Dalam hal ini kadang aku bilang ke kakaknya, “Kak, kalau adik nggak minta ijin jangan dipinjami yaa...” (mesti terkadang ini gagal juga karena keburu ngrebut sambil nangis). Dan juga beri pujian setiap anak sudah minta ijin, seperti, “Nah gitu, anak baik minta ijin dulu...”
Memberi contoh dengan perilaku kita sehari-hari harus kita lakukan juga, misalnya, “Kak, ibu pinjam pulpennya dong...” atau. “Adik ibu pinjam mainannya dong...”

Sekali lagi, memang kita harus sabar, telaten dan konsisten serta memberikan keteladanan pada anak-anak kita.

5 komentar:

  1. Àrya sekarang mulai lagi, bu.
    "Adekku!!"
    Semuanya ga boleh pegang perutku. Hahaha..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah...itu diaa.... Selamat datang Aryaa di dunia semua milikku hahaha

      Hapus
  2. Athiyah anak hebaaat.. lucu bikin gemes. Setuju sama ibu, memang harus sabar dan konsisten mengajarkan untuk manner, meminta ijin, maaf, terima kasih. Insyaallah akan menuai hasil yang indah. Mari kita terus semangaaaattt...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo Mom saling menyemangati untuk yang terbaik bagi anak-anak kita...

      Hapus
  3. ada masanya anak-anak begini mungkin ya mbak

    BalasHapus