Akhirnya pilihan kami pun jatuh di KBIT Al Ummah. Selain karena
sangat dekat dengan rumah (depan rumah malah) alias tinggal melangkah, kami
percaya dengan lembaga ini dengan beberapa alasan yang akan saya ceritakan di
bawah ini.
Dulu Kayla saat play group juga sekolah disini, tapi saat
itu lokasinya masih di Jalan Jawa. So, kami masih kenal dengan baik beberapa
ustadzah yang disini. Dengan jargonnya “SWEET SCHOOL” sekolah Al Ummah berupaya
agar anak-anak yang sedang bermain dan belajar di dalamnya merasa nyaman,
senang dan ceria. Metode yang dipakai disini adalah Metode Sentra dan Saat
Lingkaran atau istilahnya Beyond Centre and Circle Time (BCCT). Jadi anak anak
bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain, karena memang untuk
anak-anak usia dini metode pembelajaran yang paling tepat adalah belajar dalam
setting bermain sehingga tercipta suasana yang menyenangkan dan dapat
merangsang berbagai aspek kecerdasan anak, baik kognitif, afektif, bahasa,
sosial, fisik motorik, seni dan interpersonal.
Fasilitas sekolah menurut kami sangat memadai. Dengan tempat
belajar 3 lantai (untuk Kelas Batita, Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak),
disertai dengan Play Ground dan halaman sekolah sehingga anak bisa berekplorasi
dengan bebas. Ini salah satu yang penting, apalagi rumah kami yang di dalam
kompleks perumahan ini tidak memiliki halaman, sehingga halaman sekolah bisa
menjadi pengganti bagi rumah kami yang tidak berhalaman. Oh iya, KBIT Al Ummah
ini bernaung dalam Yayasan Al Ummah yang juga menyelenggarakan Kelas Batita,
KBIT, TKIT dan TAAS (Taman Asuh Anak Sholeh atau day care, namun untuk TAAS di
lokasi yang berbeda).
Masih dalam satu kompleks Al Ummah terdapat masjid sebagai
Islamic Centre untuk pusat kegiatan ke Islaman dan keilmuan.
Al Ummah juga memiliki kolam renang sendiri, sebagai wahana
bagi anak-anak agar tidak takut dengan air, suka olahraga renang. Dulu waktu
Kayla, kolam renangnya masih menyewa.
Selain itu, di sekolah ini tidak hanya anaknya yang
bersekolah, tapi orangtua pun ikut “sekolah” karena selalu ada agenda untuk
para ortu menambah wawasan terutama dalam hal parenting.
Untuk biaya sekolah, memang sekolah ini termasuk “mahal”
dari segi kantong kami, tapi mahal atau tidaknya sebuah lembaga pendidikan
harus disikapi dengan bijak. Itu menurut kami lhoo... Dengan biaya segitu
dibandingkan dengan apa yang akan kita dapatkan nanti, insya Allah akan
setimpal, bahkan mungkin akan berlebih. Lagian, untuk semua kegiatan dalam
setahun sudah tercover di depan,
sehingga tidak perlu bayar-bayar lagi, kecuali SPP dan uang makan. Bagi kami,
mewariskan pendidikan terbaik bagi anak-anak kami itulah yang terpenting,
dibandingkan mewariskan harta kekayaan. Ya iyalah...harta kekayaan apa yang
kami punya di dunia ini, selain anak yang sholeh dan sholehah. Semoga, ini yang
terbaik buat anak-anak kami...
Dan, kami pun mendaftarkan Athiyah pada tanggal 20 Januari
2016. Periode pendaftaran tanggal 4 – 21 Januari 2016.
Minggunya tanggal 24 Januari kemarin Athiyah mengikuti
kegiatan observasi calon siswa KBIT. Acaranya sih tetap dalam koridor bermain
dengan tujuan untuk pemetaan siswa. So, asal usia anak sudah cukup, minimal 3
tahun dan tidak memiliki gangguan tumbuh kembang yang berat, anak bisa sekolah
diterima disini.
Bagaimana dengan Athiyah saat observasi kemarin?
Athiyah sudah ceria dan semangat sebelum berangkat. Pada
hari-hari sebelumnya aku sudah memberi tahu padanya, “Besok Hari Minggu, adik
diajak ibu main sama teman-teman baru di sekolah Al Ummah ya...”. Lalu jawab
Athiyah, “Iya, adik main, adik ayun-ayun”.
Bermain di halaman sekolah ini tidak asing lagi bagi
Athiyah. Ia sering main kesini kalau pas sore hari. Kebetulan di Masjid
Islamic Centre ada kegiatan belajar mengaji, sehingga halaman sekolah terbuka
dan anak-anak boleh main disini...
Sesampainya di sekolah Athiyah langsung main ayunan.
Sementara aku menyapa beberapa salon wali murid yang sudah
aku kenal yang ternyata sama-sama mendaftarkan anaknya disitu juga. Aku juga
ketemu dua orang teman yang dulu anaknya yang seumuran dengan Kayla sama-sama
sekolah di KBIT ini juga.... serasa reuni jadinya.
Suasana pun cukup ramai dengan anak-anak dan orangtua yang
mengantar. Kemudian saatnya kumpul bersama. Athiyah maunya digandeng sama aku.
Bahkan saat ustadzahnya mau menggandeng tangannya, ia menolak. Katanya, “Sama
Ibu aja”. Aku pun memotivasinya agar mau bergandengan dengan teman-temannya
atau dengan ustadzahnya, tapi Athiyah tidak mau dan malah minta gendong.
Okelah, aku pun menggendongnya sebentar, sambil aku tanya, “Adik kenapa kok
minta gendong..? Ayo main sama teman-teman...”
Jawabnya, “Itu gendong ibunya...” sambil menunjuk anak yang
juga minta gendong ibunya. Memang saat itu beberapa anak masih berpegangan
dengan orangtuanya dan beberapa masih ada yang nangis. Perkiraan kami bahwa
Athiyah akan fine-fine aja saat observasi ternyata meleset. Ternyata dengan
orang baru belum tentu dia langsung bisa
membaur. Padahal biasanya dia nggak ada masalah bila bertemu dengan orang baru.
Mungkin karena saat itu suasananya cukup ramai dan semua orang yang ada di
tempat itu baginya adalah orang baru sehingga Athiyah masih perlu waktu untuk
beradaptasi.
Ketika diajak ustadzah menyanyi bersama-sama dengan
teman-temannya pun masih belum mau, padahal setiap hari hobbinya menyanyi.
Kemudian anak-anak diajak membuat kereta-keretaan dengan
temannya, Athiyah masih belum mau. Dia hanya berdiri aja memperhatikan teman-temannya.
Sebagian ada yang mau, ada juga yang tidak mau.
Athiyah baru mau ketika diajak meniti papan kayu. Awalnya dia masih berpegangan,
setelah beberapa langkah dia melepas kedua tangannya ke atas.
![]() |
masih pegangan |
![]() |
bisa lepas tangannya... |
Kemudian anak-anak diajak masuk ke kelas sesuai dengan kelompoknya. Athiyah masuk kelompok VI yang beranggotakan 6 anak. Di dalam kelas anak diajak melakukan beberapa kegiatan, seperti berhitung, melompat, main bola dan lain-lainnya. Dari keenam anak di kelompok ini, hanya ada satu anak yang sudah berani ditinggal ortunya di luar ruangan.
Begitu masuk Athiyah langsung tertarik dengan mainan yang disiapkan oleh ustadzah.
Sementara gantian kedua ustadzahnya"menangani" teman-temannya untuk beberapa pertanyaan tentang gambar-gambar dan lain-lain, Athiyah masih sibuk bermain sendiri. Kali ini dia tertarik dengan balok-balok di Sentra Balok.
Athiyah juga kepingin mainan yang masih dalam box di atas rak. Aku pun menyuruhnya untuk bilang pinjam ke ustadzah. Dia pun mendatangi ustadzah dan bilang, "Adik pinjam mainan, itu..." Dan ustadzahnya pun mengambilkannya. Dua kali dia pinjam mainan ke ustadzah.
Athiyah pun mau saat diminta mewarnai gambar.
Athiyah juga mau melipat kertas, membuat garis. Eh, tapi lihat kertas lipatnya diwarnai juga oleh Athiyah.
Bahkan dia minta kertas lipat lagi ke ustadzah terus dilipatnya dan diwarnainya lagi...
Tapi Athiyah tidak mau menjawab saat diminta menyebutkan beberapa gambar.
Tapi Athiyah mau bermain bola dan melompat menirukan ustadzahnya. Setelah itu Athiyah minta pulang. Setelah diperbolehkan pulang, kami pun berpamitan pada ustadzah.
Ketika pulang ketemu teman dengan anaknya. Katanya anaknya kalau di rumah ceriwis banget tapi nyampek disini kok diem ajaa...hehehe. Jangankan anak-anak, kita aja yang sudah dewasa gini kalau pada situasi yang baru dengan orang-orang yang baru pula di dalamnya pastilah kita juga perlu adaptasi dulu kaan...
Namanya juga anak kecil, mereka perlu adaptasi dengan lingkungan baru. Semoga nanti saat tiba masuk sekolah bulan Juli anak-anak semakin siap bersekolah, dan itu PR bagi orangtua untuk membantu agar anak siap bersekolah.
halaman sekolahnya luas & adem ya mbak
BalasHapusiya mbak...ada pohon2nya jadi rindang...
HapusWaah deket rumah lengkap lagi fasilitasnya yaa.
BalasHapusDek Paksi jg lg cari2 sekilah niih. Tahun ini mau sekolah juga
iya mbak...wah barengan nih dik Paksi sama Athiyah
Hapusdulu berapa ya bun biaya masuknya ??
BalasHapus