29 Februari 2016

SURABAYA NORTH QUAY, DESTINASI BAHARI MODERN DI SURABAYA



Tanjung Perak tepi laut
Siapa suka boleh ikut...


Gimana nggak ikut kalau destinasinya aja keren macam ini...

Ceritanya, Minggu 28 Februari 2016 kemarin setelah menghadiri resepsi di Grah BIK-DOK Fakultas Kedokteran UNAIR  kami pun meluncur ke Terminal Gapura SuryaNusantara. Sesampainya disana, pengunjung sudah memadati area terminal penumpang kapal laut termegah dan modern di Indonesia yang dikelola oleh PT PELINDO III  (Persero). Oh iya, PT PELINDO III ini merupakan salah satu BUMN yang mengelola 43 pelabuhan pada 7 propinsi di Indonesia.



Aku sudah beberapa kali mampir kesini. Pernah dengan bapak ibu, pernah dengan Kayla, yang tujuannya ya hanya untuk lihat-lihat aja, menunjukkan pada mereka ini lho Pelabuhan Tanjung Perak itu. Namun kondisi saat itu beda jauh dengan yang sekarang. Sepertinya PT PELINDO III telah berhasil menyulap terminal penumpang laut ini menjadi terminal yang modern dan representatif, bahkan menjadi  salah satu terminal penumpang terbaik di Indonesia sekelas bandara.

Trus Surabaya North Quay dimana nih...

Eits...tunggu dulu...

Begitu masuk ke Terminal Gapura Surya Nusantara melewati sebuah pintu di sebelah kiri, kita bisa langsung naik ke lantai 2 dan 3. Bisa pakai eskalator maupun naik tangga biasa, sambil membakar lemak bolehlah... Nggak usah takut kepanasan, karena ruangan ini full AC...

pintu masuk Surabaya North Quay

Nah, Surabaya North Quay ini merupakan destinasi bahari modern yang berada di lantai 2 dan 3 gedung Gapura Surya Nusantara yang terletak di tepi Pelabuhan Tanjung Perak di ujung utara Surabaya. Serangkaian acara pre-launchingnya diselenggarakan tanggal 27-29 Februari 2016.


Di lantai 3, bagian outdoor kita akan menemukan tulisan Surabaya North Quay. Pengunjungnya rame banget waktu itu, sehingga untuk berfoto pun harus bergantian. Sepertinya setiap pengunjung yang datang pasti akan berfoto disitu, termasuk saya tentunya hehehe


Saking tingginya animo masyarakat untuk mengetahui destinasi ini dan semangatnya untuk berfoto disini tidaklah heran bila tulisan Surabaya North Quay-nya sampai copot beberapa huruf dan tiang penyangganya pun mau patah, sehingga dipindahkanlah tulisan ini oleh petugasnya.


suasana outdoor

Di bagian outdoor ini kita akan lihat beberapa tempat duduk lengkap dengan payungnya. Cuma tempat duduknya masih terbatas, sehingga tidak semua pengunjung bisa duduk disana. Termasuk kami juga tidak sempat merasakan duduk disana. Ya iya lah, masak datang sudah siang minta tempat duduk xixixi...


Ini sebagian pengunjung yang nggak dapat tempat duduk di kursi. Ehmm...duduk-duduk di atas rumput hijau tak kalah asyiknya lhoo...Siapa tahu ke depannya tempat duduknya ditambah oleh pihak pengelola, sehingga nggak duduk di bawah lagi ... (ngarep nih..)

duduk-duduk di atas rumput

Tapi meski nggak dapat tempat duduk, kami sudah sangat senang bisa melihatPelabuhan Tanjung Perak  dengan kapal beraneka jenis. Dari sini pula kita bisa melihat Jembatan Suramadu. Meski siang panas terik namun hembusan angin laut yang sepoi-sepoi dapat mengurangi panasnya sinar matahari.


Disini semua pengunjung sangat menikmati suasananya, dan tak lupa foto-foto...

melihat kapal dari atas Surabaya North Quay

Nah, setelah puas di bagian outdoor, kita bisa juga berwisata kuliner di foodcourt-nya. Ada berbagai jenis makanan yang mengundang untuk dinikmati. Mulai dari Sego Kucing kobong (hihi...lucu ya namanya, ini semacam nasi bakar sih...), Lontong Balap Pak Endut, dimsum, bakso, nasi campur, nasi krengseng, rujak, Bebek Harisa dan masih banyak lagi.

foodcourt Surabaya North Quay

Design foodcourt-nya manis dan penuh dengan informasi. Di setiap sisi dindingnya terpampang berbagai informasi tentang beberapa kesenian di tanah air.

foodcourt Surabaya North Quay

 

Ada juga beberapa foto tentang kapal yang dipajang rapi disini.

Disini kita bisa hang out juga bersama teman dan keluarga. Bisa meeting juga lho disini, sambil menikmati kelezatan kuliner yang tersedia plus menikmati view laut yang mempesona.


Sembari menikmati makanan yang kita pesan, juga akan diiringi pertunjukan musik yang ada disini


Namun lagi-lagi, karena membludaknya pengunjung di hari Minggu itu, banyak pengunjung yang tidak mendapat tempat duduk di foodcourt ini, alhasil seperti ini jadinya... dimana lagi kalau nggak di Indonesia, weleh weleh weleh (lho kok mendadak jadi si Komo sih...)

kehabisan tempat duduk, makan di lantai aja...

Mungkin ini bisa dijadikan masukan bagi pengelola juga untuk menambah meja dan kursi di foodcourtnya, karena tempatnya masih bisa dimaksimalkan lagi.

Selain itu, kita tidak perlu khawatir akan ketinggalan sholat (ini mah jangan sampai yaa...) karena disini juga disediakan mushola yang bersih, adeeem dan view-nya tentu view laut yang indah

mushola Surabaya North Quay

Nah itu dia sekilas tentang Surabaya North Quay...

Bagaimana dengan lantai 1 nya...

Disini terdapat ruang tunggu yang nyaman dan full AC seperti di bandara.

ruang tunggu Gapura Surya Nusantara

Dari lantai 1 ini kita juga bisa melihat kapal-kapal yang ada di pelabuhan Tanjung Perak melalui dinding kaca. Juga ada 3 ATM, namun dari bank yang sama. Mungkin ke depannya ditambah lagi.


Untuk menuju ke sini dari Jalan Perak Timur menuju ke arah pelabuhan, lalu masuk ke gerbang pelabuhan dengan membayar tiket premi asuransi jiwa plus parkir Rp 5.000,- untuk sepeda motor dan Rp 7.000,- untuk mobil. Murah bukan...? Untuk masuk ke Surabaya North Quay tidak dipungut biaya atau gratis tisss...
23 Februari 2016

BANDUNG SELALU DEKAT DI HATI



Bandung... salah satu kota yang membuatku selalu ingin kesana, lagi dan lagi...

Baru 3 kali aku menginjakkan kakiku di kota Paris Van Java ini. Kota yang terkenal dengan mojang Priangan yang geulis-geulis dengan kulit yang putih bersih. Bandung yang selalu ngangeni dan menarik untuk dikunjungi. Namun, tidak setiap saat aku bisa kesana. So, bagaimana, untuk memenuhi rasa kangenku pada kota ini? Ah, entar aja deh jawabnya, karena aku mau cerita kisahku ketika aku berkesempatan bertandang ke kota ini.



Tahun 2001

Ini pertama kalinya aku ke Bandung. Saat itu aku masih gadis. Bersama dengan teman-teman dari Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya (SAIMS), kami berangkat dari stasiun Gubeng naik kereta api Mutiara Selatan. Saat itu bulan Ramadhan. Ada beberapa destinasi yang kami tuju saat itu (yang dalam tulisan ini akan aku beri urutan aja yaaa...sekalian aku juga pingin tahu, ada berapa destinasi di Bandung yang sudah pernah aku datangi dalam 3 kali kunjungan itu).



Destinasi 1 : Pondok Pesantren Daarut Tauhid

Ini saat berada di dalam area Daarut Tauhid Bandung
Hampir semua orang sudah tahu pondok pesantren yang berlokasi di Jalan Geger Kalong Girang No 67 Bandung  ini. Ponpes yang diasuh oleh KH. Abdullah Gymnastiar atau yang lebih akrab dipanggil Aa Gym ini saat itu sedang “booming”. Banyak umat muslim yang ingin kesana, termasuk aku tentunya. Alhamdulillah, di tahun 2001 aku bisa melihat, masuk dan mengikuti beberapa kegiatan disana. Saat itu bulan puasa, jadi ponpes Daarut Tauhid full agenda kegiatan dan banyak tamu juga yang berdatangan. Kami pun berkesempatan berkeliling seputar pondok dengan guide salah satu ustadzah pengurus yayasan dari sana. Adeeemm rasanya hati ini bisa berada disana. Di dalam ponpes, selain kental dengan kegiatan keagamaan dan pendidikan, juga nampak banget kegiatan kewirausahaan. Di sana ada minimarket yang menjual berbagai macam kebutuhan para santri, dan juga pengunjung yang datang kesana tentunya. Saat itu aku beli abaya Bandung (aku sih menyebutnya begitu) yang kala itu lagi trend. Dan sekarang abaya itu masih ada lhoo... Kami juga berkesempatan bersilaturahmi ke kediaman Aa Gym, namun saat itu beliaunya sedang kurang enak badan sehingga tidak bisa bertemu beliau. Tapi tetep bisa bertemu beliau di masjid saat keesokan harinya. Kami juga berkunjung ke TK Khas Daarut Tauhid dan sempat bertukar ilmu tentang pengelolaan TK dan seluk beluk pembelajaran disana.
di TK KHAS DAARUT TAUHID BANDUNG
Selain itu kami juga ke MQFM, stasiun khas Daarut Tauhid. Berkesan banget deh pokoknya. Pastilah sekarang perkembangannya jauh dibanding 15 tahun yang lalu.... Kangen pingin ke Daarut Tauhid lagi...



Destinasi 2 : Tangkuban Perahu

di Tangkuban Perahu
Wow... salah satu destinasi wisata andalan di bumi Sangkuriang ini. Ketika mata jauh memandang ke Tangkuban Perahu ini, pastilah akan teringat legenda yang tak lekang dimakan waktu, yaitu legenda Dayang Sumbi dan putranya Sangkuriang. Begitu masuk area wisata yang berlokasi di Cikole Lembang Bandung Utara ini hawa dingin langsung terasa menusuk. Kami pun tak lupa berfoto-foto dengan latar belakang kawah Tangkuban Perahu sambil mencium bau belerang yang menyapa hidung kami. Eh, disana juga banyak yang berjualan souvenir dan oleh-oleh. Aku masih inget saat itu aku beli bros dan gantungan kunci.



Destinasi 3 : TK Mutiara Bunda


Tujuan kami datang ke sekolah ini memang untuk studi banding sekaligus kami ingin banyak belajar dari sistem manajemen, pembelajaran dan segala hal yang berkaitan dengan pengembangan sekolah. Kami diterima dengan sangat baik oleh para pengurus yayasan dan para staf disini. Orang Bandung memang halus budi bahsanya yaa... Sekolah yang berlamatkan di Jalan PSM No. 35 Kiaracondong, Bandung ini juga menerima anak berkebutuhan khusus (ABK). Saat itu “hanya” masih level Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak saja, namun kini perkembangannya sudah sangat pesat hingga meyelenggarakan sekolah menengah atas (SMA) dengan kualitas yang tidak diragukan lagi. Satu hal lagi yang aku ingat terus, sepanjang perjalanan menuju Mutiara Bunda ini kami banyak melewati jalan dengan kata “suka” didepannya seperti : Sukaluyu, Sukajadi, Sukamiskin, Sukahaji, Sukamaju...Suka apalagi yaa...



Destinasi 4 : Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Masjid Salman

Sebenarnya kita nggak ada agenda khusus kesini. Tapi mumpung sudah sampai di Bandung, kurang mantap rasanya kalau tidak mampir ke  perguruan tinggi yang menempati peringkat ke-13 se- Asia ini. Kehebatan kampus yang beralamat di Jalan Ganesha No. 10 ini sudah tidak diragukan lagi. Tiap tahun calon mahasiswa baru ramai-ramai “menyerbu” kampus ini dengan harapan bisa menimba ilmu disini. Setelah puas keliling kampus, kami juga berkesempatan sholat Ashar di Masjis Salman ITB. Oh ya, keesokan harinya kami juga makan sahur di kantin mahasiswa sekalian sholat Subuh di masjid Salman lagi, kebetulan penginapan kami tidak terlalu jauh dari kampus ini. 



Desinasi 5 : TKIT dan SDIT Salman Al Farisi

Kami datang ke sekolah ini dengan maksud yang sama dengan tujuan kami waktu berkunjung ke KB/TK Mutiara Bunda. Kami menimba ilmu dan pengalaman disana, karena sat itu sekolah kami masih tergolong baru sehingga kami perlu banyak wawasan dan sharing pengalaman dari lembaga yang tentunya sudah lebih lama dan berpengalaman dibanding kami.



Destinasi 6 : Bollen Kartika Sari

Bollen ini sudah terkenal dimana-mana karena rasanya yang maknyus. Makanya ketika pergi ke Bandung banyak teman yang nitip bolen ini. Padahal saat itu tempatnya aja nggak tahu. Karena banyak yang pesan bollen ini dan kami juga penasaran, kami pun mencari lamat ini. Karena sudah terkenal maka tidak terlalu lama kami sudah menemukan lokasinya di Jalan Haji Akbar  (Kebon Kawung), Jawa Barat. Disini kita bisa mendapatkan berbagai bollen dengan berbagai varian isi, cookies, cake, brownis, aneka macam snack, dan masih banyak lagi.



Destinasi 7 : Cihampelas
sumber : sebandung.com
 Sebelum berangkat ke Bandung waktu itu, Cihampelas ini masuk dalam daftar tempat yang harus disinggahi karena ini merupakan tempat favorit para wisatawan yang datang ke Bandung, apalagi kalau pertama kali ke Bandung. Destinasi wajb deh pokoknya. Cihampelas ini layak disebut surganya jeans. Ada juga yang menyebut Jeans Street, tidak berlebihan menurutkan sebutan-sebutan itu karena disini memang terkenal sebagai pusat penjualan pakaian berbahan dasar jeans. Banyak sekali factory outlet (FO) disini, kualitas jeans yang ditawarkan pun beragam, begitu pula harganya. Keberadaan Cihampelas ini juga membantu mengukuhkan julukan Bandung sebagai Kota Mode...



Destinasi 8 : Rumah kediaman Bapak Prof. DR. Primadi Tabrani

Prof. Dr. Primadi Tabrani
sumber : dkv.unicom.ac.id
Rumah beliau memang bukan destinasi wisata bagi masyarakat. Tapi bagi kami rumah beliau merupakan destinasi ilmu yang tak kan pernah ada akhirnya. Begitu memasuki rumah di Jalan Sangkuriang R’2 Bandung ini, kesejukan langsung menghinggapi tubuh kami. Kami disambut dengan amat baiknya, keluarganya yang bersahaja, tutur kata lemah lembut dan senyum yang tak pernah hilang di wajah sang tuan rumah membuat kami betah berlama-lama disini. Bapak Profesor DR. Primadi Tabrani ini seorang guru besar Seni Rupa dan Design ITB, juga seorang pakar kreativitas di Indonesia yang telah menggeluti dunia menggambar anak-anak selama lebih dari 40 tahun. Beliau merupakan salah satu konsultan kreativitas di sekolah kami waktu itu (tapi aku sudah resign dari Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya sejak akhir 2004 karena harus mengikuti suami).



Destinasi 9 : Pusat Sepatu dan Tas Cibaduyut


Cibaduyut... siapa yang tak mengenal tempat ini Terucap Cibaduyut pastilah yang ada dalam benak kita deretan toko dan factory outlet dengan sepatu-sepatu berbagai macam jenis dan model. Cibaduyut memang merupakan pusat kerajinan sepatu dan tas di Jawa Barat. Nah, beruntung juga aku berkesempatan kesana meski nggak mborong sepatu. Selain sepatu dan tas, disana banyak juga dijual berbagai jenis jaket, dompet, sandal, boneka dan ikat pinggang. Cibaduyut ini fenomenal banget lhoo...Dengar-dengar sih Cibaduyut ini merupakan pusat penjualan sepatu terpanjang di dunia. Panjangnya mencapai 14 km. Wuuihh... mana lagi yang ada kayak gini kalau nggak di Bandung euy...




Tahun 2003

Kunjungan kedua, aku ke Bandung bersama ibu, adikkandungku dan saudara sepupuku. Saat itu aku masih gadis juga lho, namun sudah dalam tahap proses menuju pernikahan. Saat itu, aku naik kereta api Mutiara Selatan dari stasiun ....Madiun. Kali ini tujuan utamanya bersilaturahmi ke rumah kakakku yang saat itu sedang bertugas di Bandung (namun sekarang sudah nggak di Bandung lagi) dan juga ke rumah saudara sepupuku yang menikah dengan orang Bandung. Nah, saat itu kami diajak jalan-jalan ke beberapa tempat wisata (urutannya aku lanjutin aja yaaa



Destinasi 10 : Kebun Teh di Ciwidey



Sejauh mata memandang, terhamparlah perkebunan teh bagaikan permadani hijau yang segar, didukung hawa yang sejuk, jauh dari keramaian kota. Senang rasanya berlama-lama disini menghirup udara segar. Di pinggir jalan kami sempat membeli minuman khas bandrek untuk menghangatkan tubuh kami.



Destinasi 11 : Danau Situ Patenggang

sumber : anekatempatwisata.com

Ada juga yang menyebutnya Situ Patengan, terletak di Bandung Selatan. Saat aku kesana pengunjungnya cukup ramai. Banyak juga warung-warung yang menjual makanan dan minuman. Saat itu kami membeli tahu goreng panas yang murah meriah, cucok banget untuk suasana yang dingin-dingin sejuk. Area parkir cukup luas, ada toilet/kamar mandi, mushola, kion souvenir, dan ada juga jasa sewa perahu. Kerasan banget berlama-lama disini. Apalagi sambil mendengarkan para pengunjung dengan logat Sunda-nya yang kental.



Destinasi 12 : Gedung Sate
sumber : wikipedia

Gedung yang menjadi icon kota Bandung ini akan sangat sayang untuk dilewatkan. Tusuk satenya yang khas dan bangunan bergaya arsitektur eropa serta nilai sejarahnya dapat menarik wisatawan untuk datang kesini. Taman-taman di sekitar gedung terpelihara dengan baik, sehingga membuat betah berlama-lama disini. Gedung yang sekarang menjadi kantor pusat pemerintahan Propinsi Jawa Barat ini merupakan aset sejarah di Indonesia. Sayangnya waktu itu kami tidak sampai masuk ke dalamnya.

Tahun 2012

Destinasi 13 : Jalan Dago
Tujuan kami ke Taman Safari Indonesia Cisarua Bogor, tapi memang Bandung selalu sayang untuk dilewatkan. Kami pun mampir belanja di Jalan Dago sepulang dari Bogor. Perginya ke Bogor, tapi beli oleh-olehnya di Bandung... Jalan yang dikenal juga dengan nama Jalan Ir. H. Juanda ini pun tak kalah nge-hitsnya dengan destinasi wisata yang lain di Bandung. Jalan ini selalu ramai dengan lalu lintas yang lumayan padat pula. Banyak factory outlet, distro, restoran, kafe dan toko-toko yang menjual aneka jajanan khas Bandung. Kala itu aku pun mampir di beberapa outlet untuk membeli kaos untuk dibagikan ke saudara dan beberapa tetangga. Untuk teman-teman kerja aku pun membeli oleh-oleh berupa makanan, seperti dodol, manisan dan berbagai macam keripik. Inilah Bandung, yang tak pernah ada matinya. Setelah selesai Belanja, aku dan temanku duduk-duduk di trotoar di depan salah satu factory outlet untuk menikmati hiruk pikuk lalu lintas di Jalan Dago ini. Sederet pohon rindang menghalangi kami dari panasnya sinar matahari. Tak lupa kami pun membeli siomay di pinggir jalan. Meskipun di gerobak rasanya nyamleng dan harganya pun murah meriah. Kemudian lewatlah orang menjajakan hiasan dari kaca yang dipanaskan dan dibentuk berbagai macam model (namanya apa ya itu aku lupa), aku pun membelinya untuk oleh-oleh anakku.      

Itulah sepenggal pengalamanku saat di Bandung. Baru 13 destinasi yang sudah aku kunjungi. Itu artinya masih seujung kukunya Kota Kembang ini. Makanya aku selalu menyimpan mimpi untuk datang lagi ke Bandung karena masih buaanyaaakk destinasi wisata, kuliner maupun pendidikan yang dapat dieksplor...   

Hati ini selalu rindu untuk kembali ke sana, meski aku bukan orang Bandung. Dulu sempat memiliki angan-angan seandainya dapet orang Bandung hihihi...(semoga suami nggak baca ini hehehe...). Bahkan pernah berkhayal untuk punya rumah dan tinggal di Bandung (apa-apaan pula ini... well, namanya juga khayalan, nggak salah kaann...)
Selalu seneng dengar orang Bandung bicara dengan logat khas Sunda-nya. Waktu kuliah ada beberapa teman dari Bandung. Seneng kalau bicara dengannya. Di kost ku, menantu ibu kost juga orang Bandung, malah aku sempat belajar bicara bahasa Sunda, eh tapi sih sekarang sudah lupa, yang diinget beberapa aja. Di tempat mengajar yang dulu juga sering didatangi orang Bandung seperti Kak Andi Yudha Asfandiyar dari DAR MIZAN dan Mas Hernowo dari MIZAN. Pernah dapat hadiah buku juga dari Mas Hernowo. Sering pula berdiskusi dengan beliau. 
With Kak Andi Yudha Asfadiyar (yang berkumis)
Waktu kuliah juga pernah jadi LO (Land Officer) mahasiswa Universitas Padjadjaran Bandung saat seminar nasional.
Karena semua pengalaman di atas itulah mengapa Bandung selalu dekat dihati.

So, bagaimana aku menumpahkan rinduku pada Bandung yang belum kesampaian?
Jawabannya adalah dengan menonton acara sinetron Preman Pensiun...