Tak dapat dipungkiri, hidup di jaman digital seperti
sekarang ini, dimana kita tidak lagi bisa lepas dari teknologi terutama gadget,
akan berdampak pada menurunnya rasa kepedulian kita pada lingkungan sekitar,
termasuk tetangga yang notabene orang yang terdekat dari rumah kita. Kita lebih
asyik menikmati obrolan di gadget kita (via WA, BBM, FB, Twitter dll) tentunya
dengan teman-teman di dunia maya daripada ngobrol dengan tetangga, apalagi
kalau punya tetangga yang sukanya nyinyir, makin males laaah... Termasuk yang
nulis juga gitu ihh... (ngaku nih yee...)
Masih inget saat dulu kala di masa kecilku, di desa masih
sering aku temui beberapa orang yang berkunjung ke rumah, nggak ada perlu
apa-apa sih, selain berkunjung dan ngobrol-ngobrol aja,istilahnya “sonjo”
biasanya di waktu-waktu santai, sore
hari atau malam selepas sholat Isya’. Bahkan sering ibuku bertanya kepada
Bapak, “Arep tindak endi Pak?” lalu jawab bapakku “Arep sonjo nyang Pak X”.
Namun hal itu sekarang mulai jauh berkurang, bahkan ibuku sendiri sudah jarang
saling berkunjung begitu karena sekarang sudah ada handphone, sehingga kalo ada
apa-apa atau ada perlu apa tinggal telpon atau sms aja... Itu di desa
lhoo...gimana kalau di kota apalagi kota besar yang ritme kehidupannya lebih
padat dan semua serba cepat. Rasa-rasanya semakin jauh aja dengan tetangga.
Kayaknya saling menyapa aja juga jarang kecuali pas arisan PKK atau yasinan,
plus saat tilik bayi, ziarah haji/umroh atau saat melayat... Lha gimana mau
sering menyapa? Kebanyakan tetangga kita juga punya kesibukan sendiri baik di
dalam maupun di luar rumah. Bahkan tidak jarang pula yang asyiik aja di dalam
rumah.
Contohnya aku sendiri nih, habis pulang kerja langsung masuk
rumah, kalau nggak istirahat sebentar atau leyeh-leyeh sejenak melepas penat
yaa sibuk dengan PR alias pekerjaan rumah yang tiada kunjung usai (konsekuensi
tak punya ART)... Nah nyapa tetangga yaa pas kalau keluar rumah, itu pun sudah
sambil mau berangkat pergi lagi... atau pas buang sampah ke tong sampah depan,
atau pas lagi nyapu di depan rumah. Tapi itu hanya menyapa lhoo...bukannya
ngobrol panjang lebar... artinya just say helloo...
Ada juga orang yang males keluar rumah ngobrol-ngobrol di
depan kala sore hari karena ujung-ujungnya ngrasani tetangga lain... (ini juga
aku banget...males kalau sudah ngomongin orang lain). Lebih parahnya lagi kalau
ada kejadian yang menimpa tetangga kita tapi kita tidak tahu, dan malah tahunya
dari media masa. Kan ngeri juga kalau dipikir-pikir...
Nah, berdasar kondisi-kondisi riil di masyarakat macam itu,
sangatlah beralasan kalau Gus Ipul alias Saifullah Yusuf, sang Wakil Gubernur
Jawa Timur ini memiliki ide “Gerakan Peduli Tetangga”. Ide ini diretas bersama
Bang Eep Syaifulloh Fatah (bersama istrinya tentunya, masih inget kan mantan
anchor cantik Sandrina Malakiano). Ide Gerakan Peduli Tetangga ini tertuang
dalam bentuk aplikasi di gadget terutama android. Aplikasi Tetangga ini
dilaunching di Sidoarjo pada tanggal 13 Februari 2016. Mengapa di Sidoarjo?
Kata Gus Ipul sih karena itu kebetulan saja. Sebelumnya berkumpullah 3
Syaifulloh yaitu Syaifullah Yusuf, Eep Syaifulloh Fatah dan Syaiful Illah untuk
membahas tentang ide gerakan peduli tetangga. Kebetulan Syaiful yang ketiga
adalah bupati Sidoarjo. So, dilaksanakanlah launching nya di Sidoarjo.
Nah, apa itu Aplikasi Tetangga?
Program berbasis aplikasi ini hanya bisa diakses warga di
lingkunga RT setempat, jadi sifatnya tertutup. Adminnya bisa ketua RT nya
dengan anggota warga RT itu sendiri. Untuk admin di tingkat RW ya ketua RW
dengan anggota semua RT di wilayah RW tersebut. Di tingkat kelurahan, adminnya
di kelurahan dengan anggota RW-RW di kelurahan yang bersangkutan, begitu
seterusnya sampai tingkat kabupaten.
Dengan demikian segala informasi baik dari RT ke atas atau
sebaliknya dari kabupaten ke bawah bisa segera sampai. Tidak usah nunggu surat
fisik yang biasanya nyangsang dulu atau ngendon dulu di meja. Begitu juga
ketika ada masalah apapun di tingkat bawah, bisa segera dikomunikasikan dengan
cepat ke level atas sehingga bisa segera tertangani. Dengan demikian diharapkan
kepedulian kepada tetangga baik tetangga dekat maupun tetangga jauh akan lebih
meningkat.
Menurut Sandrina Malakiano seperti yang disampaikannya dalam
wawancara dengan Radio Suara Surabaya, di tingkat paling bawah semua anggota
keluarga bisa menjadi anggotanya termasuk anak-anak asalkan punya gadget
sendiri. Karena anak-anak juga bisa sebagai anggota diharapkan setiap warga yang
memanfaatkan aplikasi tetangga ini harus menjaga etika dalam perbincangan
maupun dalam guyonannya. Masalahnya bagaimana bila tetap aja ada warga yang
kurang tahu “etika” dalam memanfaatkan aplikasi tetangga ini? Sandrina
mengatakan pasti akan ada sanksi sosial terhadap warga tersebut. Apalagi ada
admin yang mempunyai peranan untuk “memperlakukan sebaiknya diapakan orang
macam gini”
Dengan moto “GANDENG TANGAN PEDULI LINGKUNGAN” diharapkan bisa lebih mendekatkan kita dengan tetangga karena bagaimanapun juga bila terjadi sesuatu dengan kita yang membantu lebih dulu biasanya adalah tetangga kita.
Aplikasi ini bukanlah tanpa kelemahan, tapi setidaknya ini
adalah suatu upaya yang positif untuk kebersamaan masyarakat agar lebih peduli
satu sama lain. Karena ini masih baru pertama kali sehingga sangat dimungkinkan
adanya pembaharuan di sana sini.
Iya ya, namanya era digital. Dulu gak butuh aplikasi macem2 pun sudah guyub ya, Mbak. Ini diciptakan kayak gini utk mengatasi masyarakat yg emang selalu pegang hape ya sekarang :)
BalasHapus