Kematian...
Sebuah kata yang bagi
sebagian besar orang adalah peristiwa yang menakutkan. Termasuk diriku.
Beberapa hari terakhir ini aku bertakziyah kepada 3 orang saudara dan teman
yang meninggal. Ketika itu pula rasa takut pada kematian menyeruak. Apalagi
bila melihat mayatnya, ketakutan semakin meningkat sehingga aku berusaha
menghindari melihat mayat orang yang meninggal. Aku bisa terbayang-bayang
berhari-hari karenanya. Apakah ini berarti aku takut mati? Entahlah, yang pasti
aku takut kematian menimpa diriku dan orang-orang terdekatku. Rasanya belum
siap ketika kematian itu datang menjemput. Padahal, bukankah kematian adalah
hal yang fana, dimana bumi sebagai tempat tidurnya, cacing dan belatung sebagai
kawannya, kuburan tempat tinggalnya, surga dan neraka sebagai peruntungannya. Masih
kurang rasanya bekal untuk menuju kematian dan kehidupan abadi di akherat
setelahnya.
Namun ketakutanku akan
kematian masih dalam batas wajar, tidak sampai pada ketakutan yang abnormal
atau yang lazim disebut dengan thanatophobia. Justru dengan ketakutan ini
semakin mencambukku untuk berusaha agar menjadi orang yang lebih baik lagi,
lebih bersyukur lagi dan menjadi energi untuk menghindarkan diri dari
kemaksiatan. Tentu akan lain halnya bila dengan ketakutan ini aku menjadi putus
asa dan tidak semangat dalam hidup. Itu yang harus dihindari dan bahkan harus
“disembuhkan”.
Kita tidak akan bisa
mengelak bahwa kematian itu akan kita alami. Sejauh pun kita berlari, tak akan
mungkin bisa menghindar dari kematian. Allah SWT berfirman dalam QS. Al Jumuah
ayat 8 yang artinya:“Katakanlah, sesungguhnya
kematian yang kalian lari daripadanya itu, pasti akan mendapati kalian, lalu
kalian semua akan dikembalikan kepada Yang Maha Mengetahui segala yang gaib dan
yang nyata. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada kalian apa-apa yang telah
kalian lakukan.”
Ada senandung merdu
dari Ungu yang mengingatkan pada kita bahwa kita tak akan bisa lari dan
menghindar dari kematian itu
Tulisan inipun mengingatkan
pada diriku dan semoga pada semuanya bahwa betapa seringnya kita alpa dan lupa
mengingat kematian. Kita terlalu sering disibukkan dengan hiruk pikuk
kepentingan duniawi semata. Ketika hati lebih berfokus pada urusan dunia,
memuja kenikmatannya yang semu, maka kita akan lalai dari mengingat mati.
Berapa seringkah kita
melakukan persiapan untuk menyambutnya? Berapa banyak energi, kepedulian,
antisipasi dan harapan yang telah kita kerahkan untuk kematian? Sekali lagi,
kita sering lupa itu semua, seolah-olah kita akan selamanya di dunia.
Kita boleh saja
berandai-andai bila ke arah hal yang positif, termasuk berandai-andai jika sisa
usia kita di dunia tinggal 8 hari. Ini sangatlah perlu untuk menyadarkan diri
kita bahwa kematian itu begitu dekat. Bahwa kematian adalah bagi siapa saja,
tak memandang usia. Namun terkadang kita terlalu sombong dengan mengatakan,
“Ah, aku masih muda saja”. Justru bagi kita yang muda (nah...kan mengaku masih
muda, padahal sudah mendekati kepala empat) kita harus menyisihkan waktu untuk
memikirkan kehidupan akherat disamping memikirkan dunia.
8 hari adalah waktu
yang sangat singkat untuk mempersiapkan kematian. Justru sebenarnya hidup di
dunia pada hakekatnya adalah untuk mempersiapkan kematian karena kematian merupakan
pintu gerbang menuju kehidupan akhirat, yaitu saat kita akan berjumpa dengan
Allah SWT dan meninggalkan kehidupan dunia yang penuh dengan tipu daya.
8 hari lagi... ah,
apakah kita lantas menyesali itu, begitu cepat waktu berlalu di dunia ini,
begitu cepat kematian menjemput. Tak ada gunanya penyesalan, justru tinggal 8
hari itu kita harus optimis, bersyukur karena diberi waktu 8 hari lagi. Kita
harus tetap berjuang sekuat tenaga, sepenuh hati, jiwa dan raga agar kematian
itu tidak sia-sia. Kita harus tetap merencanakan, biarlah Allah jua yang
menentukan. Kiranya ada beberapa hal yang aku lakukan jika waktuku tersisa 8
hari.
Bertobat
dengan sungguh-sungguh
Sebagai manusia tak
terhitunglah kiranya salah dan dosa yang terhimpun selama ini. Untuk itulah aku
akan berusaha untuk menyempurnakan tobatku. Aku yakin Allah SWT mendengarkan
doa-doaku. Aku yakin pada janji-Nya dalam QS.Az Zumar ayat 53: “Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang
melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya
Dia-lah Yang Maha Pengampun dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” Dari ayat tersebut Allah akan mengampuni
dosa bagi siapa saja yang bertaubat meski dosanya amat banyak bagai buih di
lautan yang tak kan terhitung jumlahnya.
Memohon
maaf kepada semuanya
Pertama sekali aku
ingin minta maaf kepada bapak ibuku, aku ingin bersimpuh di kakinya memohon
maaf atas segala kesalahanku selama ini. Lalu aku juga akan minta maaf kepada
suamiku karena sebagai istri aku masih banyak kekurangan. Juga kepada mertuaku,
anak-anakku dan saudara-saudara, aku memohon maaf kepada mereka juga atas
khilaf selama ini, baik yang aku sadari maupun yang tidak. Kepada semua orang,
baik yang sudah aku kenal atau tidak, aku akan meminta maaf secara terbuka di
media sosial yang aku punya barangkali selama hidup aku telah berbuat kesalahan
kepada mereka baik sengaja maupun tidak.
Lebih
intens dalam mendekatkan diri pada-Nya
Dengan memperbanyak
sholat tahajud, sholat taubat dan amalan lainnya sehingga aku merasa lebih siap
untuk kembali keharibaan-Nya, bisa ikhlas atas ketentuan-Nya dan semakin ringan
dalam menjalani 8 hari terakhirku. Aku juga akan memperbanyak dzikir agar hati
lebih tenang.
Menyegerakan
berbuat baik dan beramal sholeh
Bersedekah dengan apa
yang aku miliki, menunaikan zakat yang belum terpenuhi, tetap berbuat baik pada
tetangga, berprasangka baik dengan semua orang...
Tetap
mengasuh dan mendidik anak-anak
Tak boleh ada yang
berubah dalam hal ini, justru aku harus menghabiskan waktu-waktu terakhirku
bersama mereka, berwasiat kepada mereka agar selalu rukun dan mendoakan
orangtuanya meski orangtuanya telah tiada.
Memenuhi
janji, menunaikan amanat yang belum tersampaikan
Aku akan berusaha untuk
membayar hutang-hutangku dan apabila aku belum sanggup menyelesaikannya aku
akan berwasiat kepada keluarga untuk membantu menyelesaikannya.
Ingin
pergi ke Tanah Suci Mekah
8 hari rasanya tidak
cukup untuk mengurus ini itu, namun yang namanya keinginan ya tetap harus
diupayakan, tentunya dengan berharap adanya keajaiban untuk bersungkur dan
berdoa di hadapan Ka’bah.
Sesungguhnya perumpamaan
8 hari terakhir itulah yang harus selalu kita amalkan di sisa akhir hidup kita.
Apakah 8 hari itu akan mengejawantah dalam 1 hari, 1 bulan, 1 tahun, atau 10
tahun yang akan datang. Wallohu ‘alam bishowab. Bersyukurlah kita masih diberi
umur panjang dan kesehatan sehingga masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri,
meningkatkan amal sholeh dan bukan hanya mengejar mimpi dunia.
Temanya keren yah, Mba. Tulisan mba juga keren. Semoga beruntung yah
BalasHapusAndai kita tahu kapan ajal menjemput, pasti semua orang berlomba-lomba mempersiapkan segalanya, menanti kematian dengan senyuman. Semoga kita semua dijemput dalam keadaan khusnul khotimah. Aamiin, ya rabb
BalasHapusterima kasih sudah diingatkan ya mak..good luck ya
BalasHapusIni berat, saya juga sedang belajar menuliskannya.
BalasHapusSemoga kematian kita husnul khotimah
kematian sesuatu yang pasti namun sulit untuk dipersiapkan
BalasHapusTerimakasih tulisannya Mba, Melimpah berkah segala urusannya,, aamiin
BalasHapus