Bagaikan permen Nano-Nano, manis...asem...asin...ramai rasanya...
Begitu pula pengalaman di #Hari Pertama Sekolah bagi Athiyah
yang padabulan Juli tahun ini tepat berusia tiga tahun. Yap... Athiyah mulai
masuk di kelompok bermain tepatnya di KBIT Al Ummah Gresik.
PERSIAPAN SEBELUM MASUK SEKOLAH
Beruntunglah kami karena lokasi sekolah yang kami pilih
begitu dekat dengan rumah kami. Jauh-jauh hari sebelum kami mendaftarkan
Athiyah di sekolah ini, seringkali kami ajak bermain-main di halaman sekolahnya
tiap sore. Bahkan, Athiyah sendiri yang sering minta bermain ke sekolah saat
sore hari. Kebetulan di sore hari ramai juga dengan anak-anak yang sedang
belajar mengaji di Islamic Centre yang masih satu lokasi dengan sekolah.
Pikir
kami waktu itu, dengan kegiatan “pengenalan lingkungan sekolah” ini akan
mempersiapkan Athiyah agar merasa lebih nyaman, mudah beradaptasi dan lebih
siap saat bersekolah disini nantinya.
Ketika proses pendaftaran siswa baru sudah dimulai,
anak-anak sebagai calon murid baru pun diajak ke sekolah untuk menjalani
observasi yang salah satunya bertujuan untuk penempatan di masing-masing kelas.
Dengan beberapa proses di atas, kami yakin Athiyah lebih
siap di #HariPertamaSekolah. Namun apa yang terjadi? Namanya juga anak-anak,
ketika berada di lingkungan yang baru, orang-orang baru, teman-teman baru
apalagi dalam jumlah yang tidak sedikit (di Sekolah Al Ummah tahun ini terdiri
dari 3 kelas batita, 6 kelas Kelompok Belajar, 5 kelas TK A dan 5 kelas TK B)
tentunya mempunyai kemampuan adaptasi yang berbeda-beda. Begitu pun dengan
Athiyah. Athiyah masih ditunggui di Hari Pertama Sekolah-nya.
GERAKAN MENGANTAR ANAK DI HARI PERTAMA SEKOLAH
Alhamdulillah, kami sangat bersyukur dengan adanya gerakan
ini. Ini merupakan ide brilian dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemdikbud) yang tertuang dalam surat edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 4 tahun 2016.
Bagaimanapun juga #Hari Pertama Sekolah merupakan satu momen
historis yang tak akan terulang kembali. Perlu diingat dan dipahami juga
bahwasannya pendidikan anak tidak hanya tanggung jawab pihak sekolah tapi
merupakan kerjasama antara orangtua dan sekolah. Dengan mengantar anaknya di
hari pertama sekolah diharapkan terciptanya komunikasi dan hubungan yang saling
memberdayakan antara orangtua dan guru, serta menanamkan rasa saling pengertian
sejak awal antara orangtua, anak dan pihak sekolah. Namun, interaksi simbiosis
mutualisme ini harus tetap terjalin dan tidak terhenti di hari pertama saja.
Sebagai seorang pendidik (guru) saya adalah orang yang
sangat yakin bahwa dengan terjalinnya kedekatan antara orangtua dan pihak
sekolah akan sangat membantu kenyamanan anak didik di sekolah.
Ketika anak merasa nyaman karena hubungan yang harmonis dan
saling mengisi antara orangtua dan pihak sekolah maka proses pendidikan akan
berjalan dengan menyenangkan.
Namun, sebagai guru pula saya sempat merasa GJ (perasaan
nggak jelas-istilah anak sekarang) karena setelah dikeluarkannya Gerakan
Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah, tak berselang lama kemudian Bapak Anis
Baswedan menyampaikan bahwa, “Hanya ada satu profesi yang tidak bisa
mengantarkan anaknya ke sekolah di hari pertama yaitu GURU, karena guru harus
menerima siswa di sekolahnya masing-masing.”
Nah, coba kan bingung jadinya. Mikir juga, bagaimana dengan
Athiyah? Apakah harus minta bantuan orang lain untuk mengantar anak sendiri?
Sementara usianya masih 3 tahun dan baru pertama kali masuk sekolah. Akan lain
halnya bila anak saya sudah pernah bersekolah sehingga sekolah bukan lagi hal
yang baru baginya.
Wah, hampir buyar sudah angan-angan yang sudah jauh-jauh
hari direncanakan agar bisa mengantar Athiyah di Hari Pertama Sekolah. Harus
bagaimana ini? Kami sudah menyusun pembagian tugas di Hari Pertama Sekolah
anak-anak kami. Suami kebagian mengantar si sulung yang sekarang kelas 6 SD,
sementara saya mengantar Athiyah.
Setelah berdiskusi dengan teman di grup WA guru tempat saya
mengajar, saya pun disarankan untuk minta ijin datang terlambat ke sekolah
untuk mengantar di kecil yang pastinya akan penuh drama di sekolah barunya. Hal
ini dengan pertimbangan masih banyak rekan guru yang tidak ada kewajiban
mengantar sekolah putranya karena memang masa-masa itu sudah lewat. Hanya
beberapa guru saja yang putranya masih kecil sehingga harus dipertimbangkan
untuk diantar oleh orangtua yang notabene juga sebagai guru.
Akhirnya dengan persetujuan rekan-rekan seprofesi di
sekolah, pagi-pagi sekali saya pun memberanikan diri mengirim pesan kepada
Bapak Kepala Sekolah untuk meminta ijin datang terlambat ke sekolah karena
mengantar si kecil yang baru mau masuk sekolah.
Alhamdulillah, jawaban beliau cukup menenangkan hati di pagi
itu. Beliau mengijinkan saya, tentunya beliau sudah mempunyai pertimbangan
bahwa di sekolah tempat saya mengajar masih banyak guru lain yang bisa
menyambut kedatangan siswa di hari itu.
ADA APA DENGAN ATHIYAH DI HARI PERTAMA SEKOLAH
Dibangunkan pagi-pagi, agak angot-angotan. Saya pun mengajaknya
bercanda dan bermain sebentar di tempat tidur sampai ia bisa tertawa ceria.
Lalu saya ajak mandi tetap dengan konsep mandi sambil bermain, ini untuk
mempertahankan good mood-nya di pagi hari.
Mandi pun semangat. Setelah minum
susu (Athiyah menolak sarapan pagi) ia pun berangkat dengan senyum penuh
semangat. Tak lupa ia membawa tas sekolah lengkap dengan minum dan bekal
snacknya.
Sambil berjalan kaki menuju sekolah, saya ajak dia
berbincang santai tentang hal-hal baik yang dilakukan di sekolah seperti salam
dan salim pada ustadzah, bermain dengan teman, berbagi dan bermain bersama
teman.
Dengan keterlibatan penuh dari orangtua, perhatian dan
antusias terhadap aktivitas anak tentunya akan memberikan efek positif pada
semangatnya bersekolah. Sesampainya di sekolah pun Athiyah mau salim pada
ustadzah-ustadzah yang menyambutnya, meski sesekali ia masih diam dan
bersembunyi di belakang saya saat diajak bicara dengan ustadzah.
Sebelum bel tanda mulai berbunyi, Athiyah bermain ayunan
(mainan favoritnya). Ia terlihat senang. Saya pun berharap ini bertahan hingga
nanti. Ramai sekali suasana saat itu karena semua orangtua terlihat hadir di
sekolah untuk putra putrinya. Begitupun anak-anak tak kalah hebohnya, ada yang
menangis kenceng-kenceng, meronta minta pulang, ada yang berlarian, ada yang
tetap nempel dengan orangtua dan ada pula yang sudah berani dan mandiri.
Ustadzahpun tak kalah hebohnya, ada yang menenangkan anak-anak yang menangis dan rewel, ada pula yang mendampingi anak-anak beraktivitas.
Ustadzahpun tak kalah hebohnya, ada yang menenangkan anak-anak yang menangis dan rewel, ada pula yang mendampingi anak-anak beraktivitas.
Pada kesempatan inilah saatnya kita membangun hubungan
positif antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Kita tidak hanya mengantar
anak tanpa makna, namun kita bisa bertemu dengan semua komponen yang ada di
sekolah, baik guru, teman-teman anak kita, orangtua murid lain serta mengenali
suasana di sekolah.
![]() |
Main ayunan favoritnya |
Lama-kelamaan Athiyah mulai bosan. Ia pun merengek minta
pulang. Bujukan ustadzah pun belum mempan. Tapi kemudian berhasil dialihkan
perhatiannya dengan bermain perosotan. Athiyah pun ceria lagi.
Tiba saatnya anak-anak mendengarkan dongeng dari Kak Hadian
dan Moli (Monyet lincah). Anak-anak pun tertawa riang mendengar cerita dan
kelucuan dari Kak Hadian. Athiyah pun tak ketinggalan. Ia pun nampak
tertawa-tawa seperti teman-temannya.
Dengan mengantar anak di #Hari Pertama Sekolah kita pun bisa
mengetahui secara langsung reaksi anak mulai cemas, senang, takut, gugup,
menangis, merajuk dan lain sebagainya. Kita pun bisa mengetahui bagaimana para
guru menangani anak-anak dengan berbagai macam polah tingkahnya kala itu dan
bisa menjadi gambaran awal bagaimana nantinya anak-anak kita berada di tangan
mereka.
Betapa memang pendidikan anak harus dilakukan bersama-sama,
tidak hanya kita “pasrah bongkokan” pada pihak sekolah, apalagi dalam sehari
semalam anak-anak lebih banyak waktunya di rumah daripada di sekolah.
Alhamdulillah ya Mbak, bisa mengantar Athiyah di hari pertama sekolah. Selain kita sbg orangtua bisa tahu kondisi anak di hari pertama sekolahnya dan lingkungan sekolah barunya, si anak juga merasa tenang karena ditunggui ortunya :)
BalasHapusbetul banget mbak... :)
Hapussalam kenal ^^
BalasHapuswah seragamnya lucu banget..imut..pink nya segerr
moga jadi anak yang cerdas ya
salam kenal bunda ... monggo saling berkunjung :)
BalasHapus