16 Agustus 2016

MENGENANG SANG PROKLAMATOR INDONESIA


DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE – 71


Kompleks museum dan perpustakaan Bung Karno
Sosok yang satu ini tak akan pernah terlupakan dalam perjalanan sejarah dan masa depan Republik Indonesia. Dialah Sang Proklamator NKRI. Bapak Ir. Soekarno atau Bung Karno. Tak berlebihan kiranya jika bertepatan dengan ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-71 ini saya tuliskan perjalanan kami saat ke Museum Bung Karno dan berziarah ke makam beliau. Keduanya merupakan icon wisata sejarah di Blitar yang harus dikunjungi.


Kami masih harus mencari-cari untuk menuju lokasi ini. Dengan berbekal GPS dan membaca papan petunjuk di sepanjang jalan, sampailah kami di Jalan Ir. Soekarno Desa Bendogerit Kecamatan Sanan Wetan. Nampaklah halaman parkir yang sangat luas dengan bangunan seperti pendopo.
Halaman parkir yang luas

Awalnya saya kira lokasi museum tidak jauh di tempat parkir ini, tapi ternyata kami masih harus naik becak dengan tarif yang sudah ditetapkan oleh Paguyuban Becak Wisata Makam Bung Karno. Jadi kita tidak perlu menawar  dan tidak perlu khawatir kalau kemahalan. Untuk becak tarifnya Rp 20 ribu (pulang-pergi) ke makam Bung Karno. Kami pun memesan 2 becak untuk berempat.

Memesan becak

Di sepanjang jalan kami melihat banyak toko-toko souvenir. Seperti biasa Kayla sudah mupeng banget mau beli ini itu.
Toko souvenir

Setelah sekitar  10 menit naik becak sambil menikmati suasana sepanjang perjalanan, tibalah kami di lokasi museum Bung Karno. Museum ini satu komplek dengan perpustakaan dan makam Bung Karno. Ketika berada di lokasi nampaklah kemegahan komplek makam dan museum Bung Karno ini dengan adanya pilar-pilar yang tinggi kokoh berjejer di sebelah kolam yang turut mempermanis area ini. Lihat foto di atas yaaa...
Bersama Athiyah
Pilar-pilar berdiri kokoh di sebelah kolam

Kayla dan Athiyah
Terlihat juga patung Bung Karno dengan ukuran yang besar sedang duduk di sebuah kursi. Ini merupakan spot favorit bagi pengunjung untuk berfoto.
Patung Bung Karno

Setelah puas menikmati suasana di luar, kami pun memasuki ruangan museum. Kami diminta untuk mengisi buku tamu terlebih dahulu dan petugas mengingatkan agar tidak menyalakan lampu blitz kamera.



Dalam ruangan ini tersimpan ratusan foto dokumentasi Bung Karno. Berbagai macam aktivitas dan kunjungan beliau baik di dalam maupun di luar negeri pada masa-masa itu. Ada juga dokumentasi Bung Karno bersama keluarga.
Di antara foto Proklamator RI
Jas Bung Karno
Bung Karno bersama keluarga
Ratusan koleksi foto Bung Karno
Cukup lama kami disini, membaca banyak informasi tentang Bung Karno.

Ada juga beberapa replika rumah pengasingan Bung Karno selama di Parapat Sumatera Utara, Brastagi Sumatera utara, Flores, Bengkulu dan lainnya.
Maket rumah pengasingan Bung Karno di Parapat Sumut
 Ada juga uang kuno dan perangko kuno yang dipamerkan dalam lemari kaca dan kotak kaca. Beberapa lukisan, buku-buku doa milik Bung Karno dan gaman atau semacam keris milik Bung Karno ada juga disini.

Sebelum mengakhiri perjalanan di museum ini, athiyah kekeuh minta foto di patung garuda meski antri.
Athiyah dan patung garuda

BERZIARAH KE MAKAM BUNG KARNO

Tidak jauh dari museum dan perpustakaan kita bisa ke makam Sang Proklamator RI. Dengan berjalan kaki beberapa meter sampailah kami pada tangga berundak menuju gapura makam Soekarno. Sebelum menuju makam kita ke pos pendaftaran lebih dulu untuk mengisi buku tamu dan membayar tiket masuk yang hanya dua ribu rupiah saja per orang.
Gapura menuju makam Bung karno
Ketika kami berziarah, makam Bung Karno begitu dipadati pengunjung. Mengingatkan perjalananku berpuluh-puluh tahun yang lalu ketika Reni kecil diajak bapak dan Ibunya berziarah kesini. Dan memang keadaannya sudah jauh berbeda. Aku ingat waktu itu pusara Bung Karno beserta ayah ibunya berada dalam kaca sehingga pengunjung hanya bisa melihat dari jauh dan menabur bunga di luar kaca.
Pengunjung begitu banyak kesini
Tetapi saat kesana kaca yang mengelilingi pusara sudah tidak ada sehingga pengunjung bebas mendekat  ke nisan Bung Karno dan ayah ibunya. Kami pun bisa secara langsung menabur bunga di atas pusara mereka.
Kayla dan Athiyah menabur bunga di pusara ayah Bung Karno
Pengunjung berdoa di dekat makam
Bapak dan anak-anaknya
Seusainya berziarah di makam Bung Karno kami mengakhiri perjalanan ini. kami ikuti aja rute yang ada yaitu pintu keluar yang berada di sebelah kanan bagian belakang makam pendopo makam ini. Ternyata rute selanjutnya itu adalah pasar oleh-oleh. Begitu masuk di pintu pasar kami disambut oleh pengemis yang meminta belas kasihan. Kami tak membayangkan bahwa pasar ini begitu jauh dan kalau sudah sampai di tengah akan males lagi balik ke belakang. Kayaknya sekitar 300 meter deh jauhnya, dan saat itu cuaca lagi panas banget, kebayang deh panasnya. Apalagi saat itu Athiyah minta gendong setelah beberapa meter berjalan sendiri. Serasa nggak nyampe-nyampe di ujung pintu keluar...fuuiihhh...

Banyak sekali toko-toko yang menjual baju, makanan, mainan anak-anak, tas, dompet dan berbagai cendera mata lainnya. Disini Kayla dan Athiyah beli beberapa mainan untuk oleh-oleh para sepupunya.

4 komentar:

  1. Hi Reni Dwi Astuti

    Pengalaman jalan jalan ke negeri blitar sungguh menarik..

    Mulai dari naik becak sampe masuk museum dan trakhir ke makam pemimpin besar revolusi...

    Perjalanannya yang seru banget deh...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, di blitar masih banyak lagi tujuan wisata lainnya

      Hapus
  2. wah jadi tahu isi museum bung karno. kapan2 pengen ke sana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekalian ke makam Bung Karno dan Istana Gebang mbak

      Hapus