15 November 2016

KAMPUNG KEMASAN, CAGAR BUDAYA KOTA GRESIK



Pada suatu sore  di Minggu kedua bulan November, aku mengajak putri sulungku untuk melihat-lihat salah satu warisan budaya di Kota Pudak ini, yaitu Kampung Kemasan.  Meski sudah 10 tahun tinggal di Gresik, aku belum pernah sekalipun bertandang ke Kampung Kemasan ini. Memang aku belum tahu lokasinya, namun sering dengar juga disebut-sebut tentang Kampung Kemasan. Ternyata kalau hanya lewat daerah sekitar situ sudah cukup sering, tapi memasuki area ini yang baru sekali ini. 



Awalnya aku masih nyari-nyari lokasi Kampung Kemasan ini. Aku nggak membayangkan kalau yang namanya Kampung Kemasan ini berada di sebuah gang yang tidak terlalu lebar. Awalnya aku pikir berada di sebuah kampung yang cukup luas dan berada di tepian jalan raya. Ternyata enggak... hmmm kudet banget sih aku nih. Atau lebih tepatnya kurang peduli dengan keberadaan Kampung Kemasan, meski hanya sekedar tahu dan menginformasikan ke orang lain bahwa Kota Gresik memiliki Kampung Kemasan sebagai cagar budaya. Padahal orang yang luar Gresik aja malah banyak yang tahu tentang keberadaan kampung ini.

Baca juga Veranda


Nah untuk memupus “rasa bersalahku” akan ketidakpedulianku terhadap cagar budaya ini, maka aku tuliskan beberapa kalimat yang terangkai dalam sebuah cerita singkat berikut ini dengan harapan semoga banyak orang yang mengetahui dan aware terhadap situs heritage kota Gresik ini.


Kampung Kemasan berada di Jalan Nyai Ageng Arem-Arem Gang 3 Kelurahan Pakelingan, Kecamatan Gresik. Rute bisa ditempuh dari Ramayana – Pasar Kota – perempatan Toko Bata – belok kiri lalu ketemulah jalan tersebut belok di gang pertama. Setelah menemukan alamat tersebut, aku masih merasa ragu untuk masuk gang, karena suasana saat itu terlihat sepi, hanya ada beberapa mobil dan sepeda motor nampak  terparkir di dalam gang.

Karena penasaran aku pun mengarahkan sepeda motorku memasuki gang tersebut. 

Daaannn.... takjub aku melihat bangunan-bangunan di dalamnya. Maklum, baru kali ini aku tahu dengan mata kepala sendiri bangunan-bangunan di Kampung Kemasan. Campuran gaya Kolonial dan Cina nampak sangat kental disini. Pilar-pilar Eropa sangat mendominasi bangunan, dipadu dengan warna merah putih serta ornamen Cina memberikan ciri khas tersendiri.Ternyata pada abad ke-19 Masehi lokasi ini merupakan pemukiman orang-orang Eropa dan para pribumi yang kaya.



Kalau dilihat dari foto di atas, bangunan-bangunan disana terdiri dari 2 lantai. Fungsi utama bangunan adalah sebagai rumah tinggal (lantai 1) dan tempat budidaya burung walet (lantai 2). Sekilas melihat deretan rumah yang ada disana terkesan “wah” untuk ukuran bangunan di masa lalu. Bangunannya nampak terawat dengan pilar-pilar yang besar, pintu dan jendela tinggi dengan dominasi warna merah serta lantai ubin yang khas masa lalu.

mejeng dulu...

Eh, ternyata tidak semua jendela yang ada pada bangunan disana adalah jendela asli. Sebagian merupakan jendela aspal (asli tapi palsu) hehehe... Palsu gimana maksudnya? Iyaaa....jendelanya hanya hiasan saja. Jadi dibalik jendela itu hanya dinding dari batu bata alias tidak ada lubangnya. Selidik punya selidik ternyata jendela palsu itu ada tujuannya lho... yaitu untuk mengelabuhi pencuri. Maklum juga sih, karena para pencuri tentu tergiur dengan adanya sarang burung walet di lantai dua. Karena kalau dijual harganya cukup mahal. Atau mungkin juga mengincar harta si pemilik rumah...

anak wedok

Bangunan-bangunan disana tampak megah, dan bisa diduga kalau waktu itu pemiliknya adalah orang yang kaya. Dan memang menurut sejarah, pemilik bangunan di Kampung Kemasan tersebut adalah pengusaha kulit yang terkenal pada jaman itu. Beliau juga saudagar yang memiliki usaha sarang burung walet. Beliau adalah haji Oemar Akhmad.


Ceritanya pada jaman dulu, di kampung yang panjangnya 200 meter itu tinggallah seorang pengrajin emas bernama Bak Liong. Karena keahliannya sebagai pengrajin emas, ia terkenal di seluruh Gresik, hingga dia membuat nama kampung tersebut menjadi Kampung Kemasan. Sepeninggal Bak Liong, kampung tersebut tak terurus. Akhirnya pada tahun 1855 Haji Oemar Akhmad membeli rumah di kawasan itu. Karena orang kaya, ia pun membangun beberapa rumah di daerah itu untuk tempat tinggal anak-anaknya.


H. Oemar Akhmad memiliki 7 putra, yaitu Asnar (menempati rumah nomer 09), Marhabu, Abdullah, H. Djaelani (menempati rumah tinggal Gajah Mungkur), H. Achmad Djaenoddin, H. Moeksin (menempati rumah nomer 12), dan H. Abdoel Gaffar.

Di dinding depan terdapat keterangan tentang pemilik rumah dalam plakat keemasan  berbentuk elips (dari kuningan)


Selain itu di atas pintu pagar rumah (hanya beberapa rumah) terdapat nama si pemilik rumah


Ada beberapa rumah lainnya yang sempat saya foto di kampung Kemasan ini. Di Kampung Kemasan sendiri terdapat 23 bangunan, namun yang masih bisa dikategorikan sebagai bangunan cagar budaya hanya 16 rumah (bangunan). Bangunan-bangunan yang terkategorikan sebagai cagar budaya ini direstorasi pada tahun 2014 oleh Pemerintah daerah setempat bekerjasama dengan beberapa pihak.





Ini suasana dalam gang di Kampung Kemasan saat saya kesana

Oh ya, kalau masih bingung mencari di gang yang mana, maka lihatlah salah satu gang pada alamat di atas yang di pintu gerbang masuknya terdapat tulisan “GERBANG KEMASAN

Gerbang Kemasan
Ketika berada disana terasakan olehku atmosfer masa 100 tahun yang lalu. Anganku pun melayang pada cerita mbah-mbah jaman dulu tentang pendudukan Belanda di negeri ini. 

Semoga pemerintah kota Gresik bisa mewujudkan Kampung Kemasan ini sebagai wisata heritage yang kelak dikunjungi oleh semakin banyak wisatawan.

Jangan lupa mampir ke Dynasty Waterpark yaa...
 
Yuukk...Explore Gresik...

6 komentar:

  1. Wihhh informasine lengkap kap kap, di sana aku foto-foto tok, gak wani ngajak ngomong 😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku foto-fotone malah cuma dikit, anakku agak mogok isuruh moto emak e hehehe

      Hapus
  2. Wah baru tau ada kampung tua di Gresik, moga kapan2 klo mudik Sby bisa mengunjunginya TFS :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Monggo Mbak April silahkan mampir Gresik, semoga bisa ketemuan ya kita

      Hapus
  3. Cuman boleh liat dari luar aja mba?apa bole masuk?terus penghuninya bolehin?atau galak hahaha *kepo*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau pas ada event bisa langsung masuk mbak, tapi kalau hari biasa ya ijin dulu pada tuan rumahnya

      Hapus