Di bagian pertama, diakhiri
dengan pencarian hotel yang nggak dapet-dapet karena hotel di sekitaran
Malioboro sudah full-booked. Bagian pertama baca disini
Pencarian hotel pun berlanjut, tapi yang kami dapatkan tetap sama. “maaf
sudah penuh”. Yaa namanya juga mulai
musim libur, apalagi sebentar lagi Natal dan tahun baru. Itulah resiko liburan
tanpa rencana matang. Hingga akhirnya kami pun mendapatkan University Hotel
Jogja yang lokasinya tidak terlalu jauh dari Bandara Adi Sucipto. Hotel milik
UIN Sunan Kalijaga ini cukuplah untuk meluruskan punggung semalam, tapi kami
sudah nggak bisa memilih kamar dan mendapatkan kamar standar dengan dua bed.
Alhamdulillah... Harga kamar cukup murah
Rp 400 ribu masih dapat diskon 20% karena suami alumni kampus tersebut.
![]() |
University Hotel |
Akhirnya kami pun bisa istirahat di hotel ini dan mempersiapkan tenaga
untuk perjalanan esok hari. Paginya kami pun bersiap-siap untuk melanjutkan
perjalanan setelah breakfast. Sebelum chek out sempat berfoto dulu disini
![]() |
Mejeng dulu ah... |
Setelah check out, kami pun melanjutkan perjalanan dengan mencari
oleh-oleh khas Yogja, bakpia Pathuk. Sudah 3 toko besar kami hampiri dan semua
pun mengatakan, “Maaf bakpia habis”. Rasa-rasanya liburan kali ini kami akrab
dengan kata-kata maaf ya....hahaha.... Salah kami sendiri sih tidak
merencanakan liburan dengan baik dan matang. Eh tapi justru hal-hal seperti itu
yang menyisakan kenangan mendalam, liburan yang juga melatih kesabaran lho...
daripada liburan lempeng-lempeng aja...(ini namanya jurus ngeles). Padahal
kalau dipikir-pikir kan lebih enak liburan yang terencana, hotel sudah siap
tinggal masuk, jadwal tersusun dengan rapi dan tinggal menikmati...ya nggak
siih...
Tergantung orangnya aja sih, kadang terjadwal juga kurang menantang
hehehe ...(ngeles lagi).
Tapi bagaimanapun liburannya yang terpenting apakah kita menikmatinya
atau tidak...semua kembali ke diri sendiri deh... Misalnya, kalau saat hunting
hotel dan nggak dapet-dapet tapi kitanya menikmati proses itu ya nggak masalah,
anggap saja itu moment langka yang jarang kita lakukan, ya nggak sih...
Akhirnya karena Bakpia Pathuk 25 sudah pada habis, aku sempat “nyerah”
lagi dan bilang ke suami, “Sudahlah, bakpia merk lain aja kan nggak apa-apa
sih...” Tapi suami kekeh nggak mau, khawatirnya entar nggak enak rasanya. Masih
ada toko-toko lain yang besar yang jualan, begitu katanya. Itulah suamiku,
orangnya emang nggak gampang nyerah...hmmm...
Mobil terus melaju hingga memasuki jalan Suronatan. Kami pun memutuskan
ke Muallimat Muhammadiyah Yogjakarta. Pencarian bakpia dipending dulu.
Sampai disana pas adzan Dhuhur sehingga kami pun sholat dulu di masjid dekat
lokasi madrasah. Selesai sholat langsung menuju madrasah. Selama disana kami
diantar oleh salah satu ustadzah disana yang juga temannya suami. Kami diajak
berkeliling melihat-lihat sekolah tersebut. Kami pun diajak ke salah satu
asrama putri untuk melihat bagaimana kondisi di dalamnya. Setelah itu kami pun
diajak mampir ke rumah ustadzah tersebut. Kami pun memenuhi permintaan itu dan
ngobrol-ngobrol disana untuk beberapa lama.
Karena semakin siang kami pun berpamitan dan melanjutkan wisata ke
Benteng Vredeburg.
Karena
kondisi masih sangat ramai meski tidak seramai tadi malamnya, kami pun memarkir
mobil agak jauh dari Jalan Malioboro. Kami pun naik bentor menuju Benteng
Vrederburg dengan tarif Rp 30 ribu.
BENTENG VREDERBURG
Ini kali kedua kami mengunjungi benteng yang terletak di ujung jalan
Malioboro ini tepatnya di jalan Ahmad Yani No. 6 Ngupasan, Gondomanan YK.
Disini kita akan melihat banyak bangunan tua dengan arsitektur khas Belanda.
Kita juga akan melihat patung-patung diorama yang menggambarkan perjuangan para
pahlawan melawan penjajah saat itu.
![]() |
Athiyah tertidur pulas meski panas menyengat |
Setelah
itu, meski panas menyengat kami pun sejenak berada di Titik Nol Kilometer
Jogya.
TITIK NOL KILOMETER YOGYAKARTA
Mumpung ada di kawasan ini, sayang kalo dilewatkan untuk berfoto di spot
Titik Nol kilometer Yogja ini. Meski Athiyah tertidur pulas dalam gendongan dan
matahari terik cukup menyengat di kulit, tetep aja kami berfoto disini. Lumayan lah yang gendong, ngos-ngosan...
Disinilah tepatnya jantung kota Yogjakarta. Di kawasan Titik Nol ini kita
akan melihat ke berbagai penjuru Yogja dengan bangunan-bangunan seperti gedung
BI, Monumen Serangan Umum 1 Maret, gedung BNI, Gedung Agung (dulu dijadikan
kantor kepresidenan saat Yogja menjadi ibukota negara) dan Gedung Kantor Pos
Besar.
![]() |
Athiyah masih pules tidurnya |
MENIKMATI NASI KUCING
Berkunjung ke Yogja kurang lengkap kalau belum menyantap sebungkus
makanan dengan ukuran mini dan lauk apa adanya. Itulah nasi kucing. Kalau hanya
satu bungkus pastilah kurang kenyang. Harganya sangat murah tapi cukup sedep
juga, apalagi kalau perut lagi lapar, ennak aja itu nasi kucing hahaha... Tapi
kita bisa nambah lauk yang disediakan penjualnya, ada sate telor puyuh, tempe
goreng, sate usus, sate jerohan, telor goreng, dll. Kata suami, yang bikin
kangen adalah teh-nya. Kata istrinya
alias aku, yang bikin seneng adalah ngiritnya (otak tetep aja ala emak irit)
![]() |
Sedapnyaaa...nasi kucing, ngeeooonngg |
Setelah menikmati nasi kucing yang ternyata bisa bikin kenyang juga, pencarian bakpia pathuk 25 pun dilanjutkan.
Kami menuju pusat bakpia pathuk 25, tapi disana pun habis. Atas saran dari tukang
parkir disana, suami dan Kayla pun diajak ke pusat produksi Bakpia Pathuk 25.
Aku menunggu di toko karena Athiyah sedang
tidur. Disana bisa melihat proses pembuatan bakpia meski hanya sekilas.
Kata suami, begitu bakpia matang langsung diserbu oleh pembeli. Kami pun
mendapatkan 9 kotak Bakpia Pathuk 25 dengan harga per kotaknya Rp 40 ribu.
Pemilik bakpia pathuk 25 ini merupakan etnis Cina muslim yang taat.
![]() |
Gedung sebelah kiri: pusat Bakpia Pathuk 25 |
Setelah mendapatkan oleh-oleh buat yang di Gresik, kami pun berencana
menuju Museum Kereta Api Ambarawa di
Jalan Stasiun No. 1 Ambarawa Jawa Tengah. Namun ternyata jalan menuju kesana
sering macet dan lalu lintas sangat padat. Kami sempat membeli oleh-oleh salak
pondoh di sepanjang perjalanan. Langit mendung berubah menjadi hujan
rintik-rintik. Hujan mengiringi perjalanan kami. Tapi karena jalanan macet kami
menggagalkan wisata ke museum tersebut karena sampai sana sudah tutup.
Masih banyak buaangeeett nget temapt-tempat wisata di Yogja yang belum
kami kunjungi. Kami tetap berharap suatu saat bisa kesana. Kalau belum
mengunjungi secara langsung rasanya masih penasaran terus.
Kami pun lanjut perjalanan pulang ke Gresik lewat jalur alternatif.
Jalannya cukup berliku dan gelap, plus hujan lagi. Karena baru sekali lewat
jalan tersebut, suami pun pelan-pelan menjalankan mobilnya. Kabut sangat tebal
mengganggu jarak pandang. Suami pun ekstra hati-hati melewati jalan ini.
Setelah melewati jalur tersebut, kami istirahat sejenak di Indo***.
Ngopi-ngopi untuk menghangatkan badan sambil istirahat. Hampir satu jam kami
disana dan melanjutkan perjalanan hingga sampai di Klaten kami makan mie goreng
di warung kaki lima. Suasana sepi karena hujan rintik-rintik terus mengiringi
kami selama perjalanan.
Akhirnya kami tiba di Gresik hampir pukul enam pagi. Anak-anak yang
selama perjalanan tertidur lelap pun bangun dan bersiap ke sekolah. Aku dan
suami juga siap berangkat kerja.
Alhamdulillah Athiyah tidak rewel.
Besoknya sepulang sekolah aku pun merelakskan badan di Nakamura,
memanfaatkan hadiah voucher free dari Writing Contest Nakamura 2016
Habis
liburan, badan pun bugar dan relaks sehingga bisa tancap gas beraktivitas
seperti biasa lagi.
aku udah lama banget gak ke jogja. lebih macet ya jogja kalau liburan :(
BalasHapusSeruu ya mbak
BalasHapusBtw, Kayla kok tinggi bingits, udah hampir sama kayak bundanya?
:)
--bukanbocahbiasa(dot)com--