17 Desember 2016

LIBURAN AKHIR TAHUN 2016 (BAGIAN 2)



Di bagian pertama, diakhiri dengan pencarian hotel yang nggak dapet-dapet karena hotel di sekitaran Malioboro sudah full-booked. Bagian pertama baca disini

Pencarian hotel pun berlanjut, tapi yang kami dapatkan tetap sama. “maaf sudah penuh”.  Yaa namanya juga mulai musim libur, apalagi sebentar lagi Natal dan tahun baru. Itulah resiko liburan tanpa rencana matang. Hingga akhirnya kami pun mendapatkan University Hotel Jogja yang lokasinya tidak terlalu jauh dari Bandara Adi Sucipto. Hotel milik UIN Sunan Kalijaga ini cukuplah untuk meluruskan punggung semalam, tapi kami sudah nggak bisa memilih kamar dan mendapatkan kamar standar dengan dua bed. Alhamdulillah...  Harga kamar cukup murah Rp 400 ribu masih dapat diskon 20% karena suami alumni kampus tersebut.

University Hotel
Akhirnya kami pun bisa istirahat di hotel ini dan mempersiapkan tenaga untuk perjalanan esok hari. Paginya kami pun bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan setelah breakfast. Sebelum chek out sempat berfoto dulu disini
Mejeng dulu ah...
Setelah check out, kami pun melanjutkan perjalanan dengan mencari oleh-oleh khas Yogja, bakpia Pathuk. Sudah 3 toko besar kami hampiri dan semua pun mengatakan, “Maaf bakpia habis”. Rasa-rasanya liburan kali ini kami akrab dengan kata-kata maaf ya....hahaha.... Salah kami sendiri sih tidak merencanakan liburan dengan baik dan matang. Eh tapi justru hal-hal seperti itu yang menyisakan kenangan mendalam, liburan yang juga melatih kesabaran lho... daripada liburan lempeng-lempeng aja...(ini namanya jurus ngeles). Padahal kalau dipikir-pikir kan lebih enak liburan yang terencana, hotel sudah siap tinggal masuk, jadwal tersusun dengan rapi dan tinggal menikmati...ya nggak siih... 

Tergantung orangnya aja sih, kadang terjadwal juga kurang menantang hehehe ...(ngeles lagi).
Tapi bagaimanapun liburannya yang terpenting apakah kita menikmatinya atau tidak...semua kembali ke diri sendiri deh... Misalnya, kalau saat hunting hotel dan nggak dapet-dapet tapi kitanya menikmati proses itu ya nggak masalah, anggap saja itu moment langka yang jarang kita lakukan, ya nggak sih...

Akhirnya karena Bakpia Pathuk 25 sudah pada habis, aku sempat “nyerah” lagi dan bilang ke suami, “Sudahlah, bakpia merk lain aja kan nggak apa-apa sih...” Tapi suami kekeh nggak mau, khawatirnya entar nggak enak rasanya. Masih ada toko-toko lain yang besar yang jualan, begitu katanya. Itulah suamiku, orangnya emang nggak gampang nyerah...hmmm...

Mobil terus melaju hingga memasuki jalan Suronatan. Kami pun memutuskan ke Muallimat Muhammadiyah Yogjakarta. Pencarian bakpia dipending dulu. Sampai disana pas adzan Dhuhur sehingga kami pun sholat dulu di masjid dekat lokasi madrasah. Selesai sholat langsung menuju madrasah. Selama disana kami diantar oleh salah satu ustadzah disana yang juga temannya suami. Kami diajak berkeliling melihat-lihat sekolah tersebut. Kami pun diajak ke salah satu asrama putri untuk melihat bagaimana kondisi di dalamnya. Setelah itu kami pun diajak mampir ke rumah ustadzah tersebut. Kami pun memenuhi permintaan itu dan ngobrol-ngobrol disana untuk beberapa lama. 

Karena semakin siang kami pun berpamitan dan melanjutkan wisata ke Benteng Vredeburg.
Karena kondisi masih sangat ramai meski tidak seramai tadi malamnya, kami pun memarkir mobil agak jauh dari Jalan Malioboro. Kami pun naik bentor menuju Benteng Vrederburg dengan tarif Rp 30 ribu. 

BENTENG VREDERBURG
Ini kali kedua kami mengunjungi benteng yang terletak di ujung jalan Malioboro ini tepatnya di jalan Ahmad Yani No. 6 Ngupasan, Gondomanan YK. Disini kita akan melihat banyak bangunan tua dengan arsitektur khas Belanda. Kita juga akan melihat patung-patung diorama yang menggambarkan perjuangan para pahlawan melawan penjajah saat itu. 
Athiyah tertidur pulas meski panas menyengat
Setelah itu, meski panas menyengat kami pun sejenak berada di Titik Nol Kilometer Jogya.

TITIK NOL KILOMETER YOGYAKARTA
Mumpung ada di kawasan ini, sayang kalo dilewatkan untuk berfoto di spot Titik Nol kilometer Yogja ini. Meski Athiyah tertidur pulas dalam gendongan dan matahari terik cukup menyengat di kulit, tetep aja kami berfoto disini. Lumayan lah yang gendong, ngos-ngosan...
Disinilah tepatnya jantung kota Yogjakarta. Di kawasan Titik Nol ini kita akan melihat ke berbagai penjuru Yogja dengan bangunan-bangunan seperti gedung BI, Monumen Serangan Umum 1 Maret, gedung BNI, Gedung Agung (dulu dijadikan kantor kepresidenan saat Yogja menjadi ibukota negara) dan Gedung Kantor Pos Besar.
Athiyah masih pules tidurnya
MENIKMATI NASI KUCING
Berkunjung ke Yogja kurang lengkap kalau belum menyantap sebungkus makanan dengan ukuran mini dan lauk apa adanya. Itulah nasi kucing. Kalau hanya satu bungkus pastilah kurang kenyang. Harganya sangat murah tapi cukup sedep juga, apalagi kalau perut lagi lapar, ennak aja itu nasi kucing hahaha... Tapi kita bisa nambah lauk yang disediakan penjualnya, ada sate telor puyuh, tempe goreng, sate usus, sate jerohan, telor goreng, dll. Kata suami, yang bikin kangen adalah teh-nya.  Kata istrinya alias aku, yang bikin seneng adalah ngiritnya (otak tetep aja ala emak irit)
Sedapnyaaa...nasi kucing, ngeeooonngg
Setelah menikmati nasi kucing yang ternyata bisa bikin kenyang juga,  pencarian bakpia pathuk 25 pun dilanjutkan. Kami menuju pusat bakpia pathuk 25, tapi disana pun habis. Atas saran dari tukang parkir disana, suami dan Kayla pun diajak ke pusat produksi Bakpia Pathuk 25. Aku menunggu di toko karena Athiyah sedang  tidur. Disana bisa melihat proses pembuatan bakpia meski hanya sekilas. Kata suami, begitu bakpia matang langsung diserbu oleh pembeli. Kami pun mendapatkan 9 kotak Bakpia Pathuk 25 dengan harga per kotaknya Rp 40 ribu. Pemilik bakpia pathuk 25 ini merupakan etnis Cina muslim yang taat.
Gedung sebelah kiri: pusat Bakpia Pathuk 25
Setelah mendapatkan oleh-oleh buat yang di Gresik, kami pun berencana menuju Museum Kereta Api  Ambarawa di Jalan Stasiun No. 1 Ambarawa Jawa Tengah. Namun ternyata jalan menuju kesana sering macet dan lalu lintas sangat padat. Kami sempat membeli oleh-oleh salak pondoh di sepanjang perjalanan. Langit mendung berubah menjadi hujan rintik-rintik. Hujan mengiringi perjalanan kami. Tapi karena jalanan macet kami menggagalkan wisata ke museum tersebut karena sampai sana sudah tutup.

Masih banyak buaangeeett nget temapt-tempat wisata di Yogja yang belum kami kunjungi. Kami tetap berharap suatu saat bisa kesana. Kalau belum mengunjungi secara langsung rasanya masih penasaran terus.

Kami pun lanjut perjalanan pulang ke Gresik lewat jalur alternatif. Jalannya cukup berliku dan gelap, plus hujan lagi. Karena baru sekali lewat jalan tersebut, suami pun pelan-pelan menjalankan mobilnya. Kabut sangat tebal mengganggu jarak pandang. Suami pun ekstra hati-hati melewati jalan ini.

Setelah melewati jalur tersebut, kami istirahat sejenak di Indo***. Ngopi-ngopi untuk menghangatkan badan sambil istirahat. Hampir satu jam kami disana dan melanjutkan perjalanan hingga sampai di Klaten kami makan mie goreng di warung kaki lima. Suasana sepi karena hujan rintik-rintik terus mengiringi kami selama perjalanan.

Akhirnya kami tiba di Gresik hampir pukul enam pagi. Anak-anak yang selama perjalanan tertidur lelap pun bangun dan bersiap ke sekolah. Aku dan suami juga siap berangkat kerja.
Alhamdulillah Athiyah tidak rewel. 

Besoknya sepulang sekolah aku pun merelakskan badan di Nakamura, memanfaatkan hadiah voucher free dari Writing Contest Nakamura 2016

Habis liburan, badan pun bugar dan relaks sehingga bisa tancap gas beraktivitas seperti biasa lagi.

2 komentar:

  1. aku udah lama banget gak ke jogja. lebih macet ya jogja kalau liburan :(

    BalasHapus
  2. Seruu ya mbak
    Btw, Kayla kok tinggi bingits, udah hampir sama kayak bundanya?
    :)

    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    BalasHapus