23 Mei 2017

REFLEKSI AKHIR TAHUN SEKOLAH AL UMMAH



Refleksi Akhir Tahun Sekolah Al ummah


Pagi itu Athiyah terlihat sangat bersemangat ke sekolah. Biasanya hampir setiap pagi dia harus dibangunkan lebih dulu. Jarang-jarang banget dia mau bangun sendiri, apalagi Athiyah tidur maam sering di atas jam sembilan. Saat dibangunkan masih sering ogah-ogahan dan kadang menangis nggak mau bangun meski sebelum tidur dia selalu bilang, “Buk, besok bangunkan aku pagi-pagi yaa...” Kadang masih ditambahi dengan kalimat yang sok dewasa, “Kalau bangunnya pagi-pagi nanti tidak terlambat ke sekolahnya...” 



Tanggal 20 Mei  2017, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional (nggak ada hubungannya sih...) Athiyah bangun sendiri lebih pagi dengan ceria. Begitu bangun dia langsung menuju di dapur mencariku yang saat itu sedang menyiapkan makanan hari itu.


Aku sambut dia dengan senyum lebar dan kata-kata pujian buatnya karena telah bangun pagi sendiri. Setelah nonton TV sebentar, Athiyah pun minta mandi lalu bersiap berangkat ke sekolah setelah sarapan hanya tiga suap nasi. Hari itu adalah hari yang ditunggu karena dia dijanjikan ustadzahnya dapat “piala”. Yaa, di sekolah Al Ummah sedang dilaksanakan Refleksi Akhir Tahun 2017 dengan tema, “THANK YOU ALLAH”.


Begitu tiba di sekolah dan disambut oleh para ustadzah, kami pun angsung berfoto di photo corner. Karena masih pagi jam tujuh yang datang pun belum banyak sehingga nggak perlu ngantri.

Athiyah and Ibuk

Setelah menempati tempat duduk yang sudah disiapkan kami pun menunggu acara dimulai. Sambil menunggu, Athiyah pun membuka-buka buku kenangan. Sesekali dia bermain dengan teman-temannya

Melihat foto ustadzah-ustadzahnya

Tiga Srikandi Kelompok Umar bin Khattab
Cerianya anak-anak

Acara pun dimulai dengan MC dua orang siswa TK yang didampingi oleh ustadzah. Pembacaan ayat suci Al Qur’an pun dibawakan oleh siswa TK dengan melafalkan Surat Al Bayyinah. Beberapa kali tawa orangtua terdengar ketika siswa pembaca terjemahnya membaca dengan ekspresi alami kanak-kanaknya. Setelah dua sambutan berlalu (sambutan pertama dari Yayasan Al Ummah, dilanjutkan dengan sambutan dari perwakilan walimurid), acara pentas seni siswa pun digelar. Semua anak tampil bersama kelompoknya masing-masing. Ada yang menyanyi, menari, gerak lagu, drama dll.


Kelompoknya Athiyah (Kelompok Umar bin Khattab) tampil bersama kelompok Hamzah membawakan gerak dan lagu “Senandung TK Al Ummah”. Sebelum menyanyinya dimulai Athiyah sempat teriak kegirangan sambil tangannya menunjuk ke arahku, “Itu ibukku.... itu ibukku....” Senang banget dia ibuknya ada disana saat dia tampil. 


Seperti biasanya kalau lihat anak tampil, rasa haru menyeruak tak terbendung. Rasa haru bahagia terhadap anak-anak dirasakan oleh setiap orangtua. Mereka pun tak menyia-nyiakan momen ini dengan mengabadikannya lewat kamera masing-masing. Athiyah dan teman-temannya nampak ceria dalam balutan baju dan jilbab kuning berpadu dengan rok hitam.

Persiapan tampil gerak dan lagu Senandung KB/TK Al Ummah

Ini beberapa penampilan anak-anak yang lain

Pentas Seni KB/TK Al Ummah
Anak-anak tampil dengan percaya diri

Ada satu penampilan spesial dari para ustadzah yang membawakan sebuah lagu dan puisi yang membuat banyak para wali murid terharu dan menitikkan air mata. Terselip rasa syukur yang luar biasa ketika kami para orangtua mempercayakan kepada para ustadzah yang penuh dengan amanah turut berperan dalam membimbing dan membentuk karakter anak-anak.

Dipimpin oleh ustadzah Arum Wardati, seorang ustadzah yang piawai menciptakan lagu sehingga setiap tema pembelajaran di Sekolah Al Ummah selalu disertai lagu-lagu ciptaan beliau.

Penampilan spesial dari beberapa ustadzah

Acara masih belum berakhir tapi saat itu Athiyah badannya mulai panas. Aku pegang kakinya terasa panas, dahi dan tengkungnya pun terasa hangat. Athiyah sudah mulai tidak nyaman dengan dirinya. Iya pun minta dipangku dan akhirnya pun tertidur di pangkuanku. Kasihan banget lihat keceriaannya di hari itu mulai memudar. Tibalah saatnya semua anak-anak menerima piala sebagai cenderamata sebagai tanda telah menyelesaikan belajarnya. 


Karena ini salah satu momen yang ditunggu-tunggu oleh Athiyah selain tampil bersama di panggung tadi, aku pun membangunkannya pelan. Tapi dia masih belum sadar penuh dan bilang, “Nanti aku bangunkan, Buk...”. Padahal saat itu dia dan kelompoknya harus sudah siap di sebelah panggung. Ustadzah pun datang membangunkannya. Dengan kondisi yang masih ngantuk, dan beberapa kali dibangunkan akhirnya dia pun ikut berbaris dengan temannya. Mukanya kelihatan cemberut dan mau nangis. Tapi aku motivasi agar tidak nangis dan dapat piala. Ia merajuk agar aku nggak boleh jauh-jauh. 


Di saat dia sudah mulai menguasai diri, ada salah satu temannya yang menangis dan tidak mau naik panggung. Wah, bisa nular nih pikirku... Apalagi siswa tersebut tepat berada di sebelahnya dan orangtuanya pun masih berusaha membujuknya. Ndilalah pada saat itu kaki Athiyah dengan tidak sengaja kena tendang temannya. Nangislah iya.... aku pun buru-buru membujuknya agar tidak nangis karena mau naik panggung. Berhenti nangis sebentar tapi saat di panggung masih mewek lagi...

Athiyah menangis saat di panggung

Sudah nggak nangis tapi masih cemberut

Cemberutnya sudah mulai berkurang ketika beberapa teman sudah menerima piala. Tapi Athiyah belum juga kembali ceria. Aku aja yang was-was karena badannya panas.


Ada momen lucu dan bikin haru yang aku tangkap, yaitu saat mereka antri dan setelah Athiyah menangis ada temannya (Ghani) yang memegang kedua pipinya sambil mengatakan sesuatu seolah menghibur kesedihan Athiyah. Momen itu terulang kembali saat di atas panggung tapi tidak sempat aku foto. Melihat Athiyah tidak ceria seperti biasanya dan menangis lagi di panggung temannya tersebut (Syauqi) memegang kedua pipi Athiyah dan nampak menghiburnya, tak tahu apa yang diucapkan saat itu.

Dihibur oleh seorang temannya

Setelah menerima piala

Bisa senyum dikit
With friends and ustadzah

Piala untuk semua siswa
Semua anak mendapatkan piala dengan kelebihan yang dimiliki masing-masing.
Setelah menerima piala aku pun mengajak Athiyah pulang karena kondisi badannya yang tidak enak. Di rumah sempat aku tanya kemapa tadi menangis. Dia pun mengatakan, “Kakiku sakit tadi ditendang temanku, trus nggak mau minta maap...”. Aku bilang padanya kalau temannya itu nggak sengaja menendang. 


Badan Athiyah masih panas sampai keesokan harinya. Sepertinya dia masuk angin dan terlihat kena gejala flu. Lumayan agak rewel sampai hari Minggu. Beberapa kali obat turun panas aku berikan karean suhunya mencapai 38-39 derajat. Sempat khawatir dia kejang, dalam hati terus berdoa semoga Athiyah segera turun panasnya. Alhamdulillah Minggu sore sudah mulai stabil suhunya dan sudah mau bermain dengan saudara sepupunya yang saat itu sedang berada di rumah.

2 komentar:

  1. takjub sama teman athiyah yang dengan sabar dan relaaaaa untuk menghibur athiyah, ayo athiyah jangan cemberuuuut :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku sendiri yang melihatnya jadi terharu juga lihat apa yang dilakukan temannya...

      Hapus