21 Februari 2018

MENIKMATI KEBERSAMAAN DI PANTAI PELANG

http://www.renidwiastuti.com/2018/02/menikmati-kebersamaan-di-pantai-pelang.html
Liburan sekolah akhir Desember lalu seperti biasanya kami menghabiskannya di kampung halamanku, Trenggalek. Seperti kebanyakan, aku pun selalu merindukan segala hal yang ada di kampungku ini. Meski Trenggalek hanyalah sebuah kota kecil namun disanalah aku dilahirkan, juga tempat aku menghabiskan masa kecilku dan masa remajaku.
Mungkin banyak yang belum tahu dimana Trenggalek itu. Aku cerita sedikit ya tentang kota kelahiranku ini. Nama Trenggalek seperti tercantum dalam prasasti Kamulan memiliki makna terang ing galih (terang di hati). Kota yang memiliki luas 1.205,22 kilometer persegi ini terdiri dari 13 kecamatan. Sekitar 70% wilayahnya merupakan pegunungan berbukit dan berbatu. Beruntung rumah kami berada di daerah yang landai.


Potensi wisata bahari di Trenggalek ini sebenarnya sangat luar biasa. Di bagian selatan, kota ini berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Pantai-pantai di kota ini termasuk dalam deretan pantai pesisir selatan Jawa Timur. Sebut saja Pantai Prigi, Pantai Karanggongso, Pantai Damas, Pantai Pelang, Pantai Konang, Pantai Taman Kili-kili (yang merupakan tempat penangkaran penyu), dan masih banyak lagi.


Namun sayang para investor nampaknya belum begitu tertarik bekerjasama untuk mengembangkan potensi wisata bahari yang memiliki potensi luar biasa tersebut. Padahal keindahan pantainya tidak kalah dengan pantai di Bali, Lombok, Pangandaran, dan sebagainya. Belum lagi adanya Goa Lawa di Desa Watuagung yang merupakan goa terpanjang dan terbesar di Asia Tenggara. Panjangnya mencapai 700 meter lho.


PANTAI PELANG YANG MASIH PERAWAN

Sebagai orang asli Trenggalek, sudah lama sebenarnya pingin mengunjungi pantai Pelang ini, namun baru kali ini kesampaian. Selama ini hanya mendengarkan kabar keindahan pantai ini dari teman-teman yang sudah pernah kesana. Malu juga rasanya ketika teman-teman yang bukan orang Trenggalek justru sudah pada kesana dan menceritakan tentang pantai Pelang yang terletak di Desa Wonocoyo Kecamatan Panggul ini. Alhamdulillah, akhirnya keinginan itu pun terkabulkan. Sebagai orang asli Trenggalek (meski sekarang tidak tinggal di Trenggalek) tentulah aku pingin mengetahui berbagai potensi wisata di daerahku ini untuk kemudian mengabarkan kepada dunia (lebay) tentang keindahannya meski hanya lewat tulisan di blog ini.


Sebenarnya kami ke pantai ini tidak direncanakan. Awalnya ibuku memiliki keinginan untuk ke salag satu pantai di Tulungagung dengan pertimbangan tentu jarak tempuh yang tidak terlalu jauh. Lha Paksu mengusulkan untuk ke Pantai Pelang saja sekalian silaturahmi ke kawan lamanya yang tinggal tidak jauh dari pantai kemudian lanjut explore Pacitan. Begitulah kami, kalau pergi ke suatu tempat, maunya beberapa destinasi dapat kita kunjungi. Ibarat peribahasa sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.


Oke fix, semua setuju apalagi Bapak dan Ibu juga belum pernah ke Pantai Pelang ini. Kami berangkat dari rumah sekitar pukul 10.15 wib. Dari desa kami Dermosari Kecamatan Tugu menuju ke Pantai Pelang memakan waktu 1 jam 45 menit dengan jarak tempuh 57 km (kecepatan sedang). Kondisi jalan menuju kesana sudah beraspal, cukup mulus dan cukup lebar. Maklum saja karena jalan ini merupakan penghubung Jalur Lintas Selatan (JLS) dengan pusat Kota Trenggalek.


Kalau naik kendaraan umum, bisa dengan naik bus umum Jurusan Trenggalek-Lorok (Pacitan), dan nama bus nya adalah Aneka Jaya. Bus ini mengingatkan pada teman-teman SMA-ku yang selalu menanti dan berebut bus ini. Tapi ini bus mini lho. Bilang aja ke kondektur atau sopirnya kalau minta diturunkan di Pantai Pelang. Nanti akan diturunkan di sebuah gang yang menuju ke Pantai Pelang. Tapi untuk mencapai pantainya masih harus naik ojek dengan tarif antara 10 ribu-20 ribu. Jangan lupa untuk nawar ya siapa tahu dapat harga terendah.


Sepanjang perjalanan mata kita akan dimanjakan oleh suasana pedesaan yang asri. Gunung-gunung berjejer seolah-olah mengucapkan selamat datang ke daerah ini. Di beberapa bagian jalan memang banyak tikungan tajam yang membuat kita harus berhati-hati.  Kita juga akan menemui jalan yang menanjak dan puncaknya ada di Desa Puru Kecamatan Suruh. Dari Puncak Puru ini kita bisa berhenti sejenak untuk melihat kota Trenggalek dari atas ketinggian. 

BACA JUGA : PANTAI KONANG TRENGGALEK


Biasanya aku oke-oke saja melalui perjalanan yang membuat kita harus meliuk-liuk ini, tapi entah kenapa saat itu aku merasa pusing dan merasa nggak nyaman di perut seperti masuk angin gitu. Tapi ketika tiba disana semua baik-baik saja.


Sesampainya disana kami langsung sholat Dhuhur di mushola yang ada di sebelah kanan tempat parkir. Tempat parkirnya cukup luas tapi di beberapa bagian ada bagian yang tergenang air dan berlumpur.


Selesai sholat kami pun menikmati es krim dulu sebelum ke pantai. Untuk sampai di bibir pantai ada dua rute yang bisa menjadi pilihan. Awalnya kami tidak tahu kalau ternyata ada sebuah jembatan yang menghubungkan antara area parkir dengan pantai sehingga jalannya nggak terlalu jauh.



Karena nggak tahu kami pun berjalan menuju pantai lewat jalur yang agak memutar.  Kami melewati beberapa jembatan yang dibawahnya mengalir sungai kecil yang dangkal. Tapi asyik juga lho lewat sini, karena kita akan menemui tebing karang yang tinggi. Dari situ kita bisa melihat tulisan PANTAI PELANG yang besar-besar berwarna merah. Jalanannya sudah berpaving sehingga nyaman saat menyusurinya sambil melihat pemandangan pantai dan sekitarnya. Ada beberapa gazebo yang bisa dimanfaatkan untuk beristirahat sejenak.
Oh ya, ada area yang cukup luas di kawasan ini, sepertinya ini untuk berkemah atau berpiknik dengan menggelar tikar dan makan-makan bersama keluarga atau teman akan menjadi acara yang asyik disini.

Perjalanan kami semakin dekat ke pantai. Namun kita harus menyeberangi aliran sungai kecil lebih dulu. Awalnya Athiyah agak enggan untuk menyebrang, eh lama-lama malah asyik berlama-lama di sungai kecil ini. Malah beberapa anak-anak bermain air dan menceburkan diri di sungai ini. Mbah Kakung pun menyingsingkan celananya agar tidak basah (cincing dalam bahasa Jawa), begitu pun Athiyah.

http://www.renidwiastuti.com/2018/02/menikmati-kebersamaan-di-pantai-pelang.html

Setelah melewati sungai kecil, yang terlihat mencolok adalah gugusan batu karang  yang langsung mencuri perhatianku. Kami pun berfoto-foto dulu disini sebelum menikmati deburan ombak pantai Pelang.

http://www.renidwiastuti.com/2018/02/menikmati-kebersamaan-di-pantai-pelang.html
Gugusan karang
http://www.renidwiastuti.com/2018/02/menikmati-kebersamaan-di-pantai-pelang.html
Bersama Mbah Kakung

http://www.renidwiastuti.com/2018/02/menikmati-kebersamaan-di-pantai-pelang.html
Bersama Mbah Uti
http://www.renidwiastuti.com/2018/02/menikmati-kebersamaan-di-pantai-pelang.html

http://www.renidwiastuti.com/2018/02/menikmati-kebersamaan-di-pantai-pelang.html
Setelah puas berfoto di batu karang, barulah kami bersama-sama menikmati indahnya Pantai Pelang yang masih perawan.Athiyah pun terlihat senang dan asyik bermain dengan air. Maklum saja, sudah lama banget kami nggak pergi ke pantai. Athiyah merasa excited ketika deburan ombak menghempas kaki-kaki kecilnya.
http://www.renidwiastuti.com/2018/02/menikmati-kebersamaan-di-pantai-pelang.html

http://www.renidwiastuti.com/2018/02/menikmati-kebersamaan-di-pantai-pelang.html

http://www.renidwiastuti.com/2018/02/menikmati-kebersamaan-di-pantai-pelang.html

http://www.renidwiastuti.com/2018/02/menikmati-kebersamaan-di-pantai-pelang.html
Setelah lumayan agak lama disana, kami pun bergegas untuk melanjutkan perjalanan ke Pantai Konang yang tidak jauh dari pantai ini. Athiyah masih enggan untuk hengkang dari Pantai Pelang ini, tapi berhasil kami bujuk :)

Tak lupa kami berfoto di tulisan berwarna merah bertajuk PANTAI PELANG. Tapi hasil fotonya jelek jadi nggak diupload disini hihihi...
Saat keluar dari pantai kami memilih lewat jembatan agar tidak basah lagi saat menyeberangi sungai kecilnya. Athiyah minta gendong bapaknya ketika menyusuri jalan setapak menuju jembatan penyeberangan.
http://www.renidwiastuti.com/2018/02/menikmati-kebersamaan-di-pantai-pelang.html
Setelah menyeberang jembatan dan lumayan juga jalan kaki, sekitar 300 meter mungkin yaa, kami pun merasa lapar. Untungnya disana banyak yang jual makanan mulai dari soto, rawon, dan ikan bakar, bakso, mi goreng dan lain-lainnya. Kami pun makan siang di sana dengan menu soto ayam dan ikan bakar.
http://www.renidwiastuti.com/2018/02/menikmati-kebersamaan-di-pantai-pelang.html
Maaf pemirsa, kakinya Athiyah naik ke kursi
Setelah semua kenyang (alhamdulillah) kami pun melanjutkan perjalanan ke Pantai Konang. Bagi yang pingin dan penasaran dengan Pantai Pelang ini, buruan datang ke lokasi bersama teman atau keluarga tercinta. Saya tetap berharap suatu saat ada investor besar yang mau menanamkan modalnya untuk mengelola pantai ini dengan lebih baik sehingga bisa menjadi destinasi wisata internasional. Apalagi tahun 2017 yang lalu Pantai Pelang masuk dalam nominasi Anugerah Wisata Jawa Timur.

Yuuk explore Trenggalek...
I LOVE TRENGGALEK...


6 komentar:

  1. So sweet banget makannya barengan gtu ��

    BalasHapus
  2. Warna merah pantai pelangnya sebelah mana ya Mba?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang warna merah bukan pantainya mba, tapi tulisan pantai pelang yang warna merah hehehe...

      Hapus
  3. Wahh, pantainya masih bersih banget. Aku belum pernah sama sekali ke Trenggalek, moga moga bisa mampir ke sana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga bisa berkunjung ke kota kecil Trenggalek Mba Shintaries :)

      Hapus