Mungkin banyak yang belum tahu dimana Trenggalek itu. Aku cerita sedikit ya tentang kota kelahiranku ini. Nama Trenggalek seperti tercantum dalam prasasti Kamulan memiliki makna terang ing galih (terang di hati). Kota yang memiliki luas 1.205,22 kilometer persegi ini terdiri dari 13 kecamatan. Sekitar 70% wilayahnya merupakan pegunungan berbukit dan berbatu. Beruntung rumah kami berada di daerah yang landai.
Potensi wisata bahari di
Trenggalek ini sebenarnya sangat luar biasa. Di bagian selatan, kota ini
berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Pantai-pantai di kota ini termasuk
dalam deretan pantai pesisir selatan Jawa Timur. Sebut saja Pantai Prigi,
Pantai Karanggongso, Pantai Damas, Pantai Pelang, Pantai Konang, Pantai Taman
Kili-kili (yang merupakan tempat penangkaran penyu), dan masih banyak lagi.
Namun sayang para investor
nampaknya belum begitu tertarik bekerjasama untuk mengembangkan potensi wisata
bahari yang memiliki potensi luar biasa tersebut. Padahal keindahan pantainya
tidak kalah dengan pantai di Bali, Lombok, Pangandaran, dan sebagainya. Belum
lagi adanya Goa Lawa di Desa Watuagung yang merupakan goa terpanjang dan terbesar
di Asia Tenggara. Panjangnya mencapai 700 meter lho.
PANTAI PELANG YANG MASIH PERAWAN
Sebagai orang asli Trenggalek,
sudah lama sebenarnya pingin mengunjungi pantai Pelang ini, namun baru kali ini
kesampaian. Selama ini hanya mendengarkan kabar keindahan pantai ini dari
teman-teman yang sudah pernah kesana. Malu juga rasanya ketika teman-teman yang
bukan orang Trenggalek justru sudah pada kesana dan menceritakan tentang pantai
Pelang yang terletak di Desa Wonocoyo Kecamatan Panggul ini. Alhamdulillah,
akhirnya keinginan itu pun terkabulkan. Sebagai orang asli Trenggalek (meski
sekarang tidak tinggal di Trenggalek) tentulah aku pingin mengetahui berbagai
potensi wisata di daerahku ini untuk kemudian mengabarkan kepada dunia (lebay)
tentang keindahannya meski hanya lewat tulisan di blog ini.
Sebenarnya kami ke pantai ini
tidak direncanakan. Awalnya ibuku memiliki keinginan untuk ke salag satu pantai
di Tulungagung dengan pertimbangan tentu jarak tempuh yang tidak terlalu jauh.
Lha Paksu mengusulkan untuk ke Pantai Pelang saja sekalian silaturahmi ke kawan
lamanya yang tinggal tidak jauh dari pantai kemudian lanjut explore Pacitan.
Begitulah kami, kalau pergi ke suatu tempat, maunya beberapa destinasi dapat
kita kunjungi. Ibarat peribahasa sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.
Oke fix, semua setuju apalagi
Bapak dan Ibu juga belum pernah ke Pantai Pelang ini. Kami berangkat dari rumah
sekitar pukul 10.15 wib. Dari desa kami Dermosari Kecamatan Tugu menuju ke
Pantai Pelang memakan waktu 1 jam 45 menit dengan jarak tempuh 57 km (kecepatan
sedang). Kondisi jalan menuju kesana sudah beraspal, cukup mulus dan cukup
lebar. Maklum saja karena jalan ini merupakan penghubung Jalur Lintas Selatan
(JLS) dengan pusat Kota Trenggalek.
Kalau naik kendaraan umum, bisa
dengan naik bus umum Jurusan Trenggalek-Lorok (Pacitan), dan nama bus nya
adalah Aneka Jaya. Bus ini mengingatkan pada teman-teman SMA-ku yang selalu
menanti dan berebut bus ini. Tapi ini bus mini lho. Bilang aja ke kondektur
atau sopirnya kalau minta diturunkan di Pantai Pelang. Nanti akan diturunkan di
sebuah gang yang menuju ke Pantai Pelang. Tapi untuk mencapai pantainya masih
harus naik ojek dengan tarif antara 10 ribu-20 ribu. Jangan lupa untuk nawar ya
siapa tahu dapat harga terendah.
Sepanjang perjalanan mata kita
akan dimanjakan oleh suasana pedesaan yang asri. Gunung-gunung berjejer
seolah-olah mengucapkan selamat datang ke daerah ini. Di beberapa bagian jalan
memang banyak tikungan tajam yang membuat kita harus berhati-hati. Kita juga akan menemui jalan yang menanjak
dan puncaknya ada di Desa Puru Kecamatan Suruh. Dari Puncak Puru ini kita bisa
berhenti sejenak untuk melihat kota Trenggalek dari atas ketinggian.
BACA JUGA : PANTAI KONANG TRENGGALEK
BACA JUGA : PANTAI KONANG TRENGGALEK
Biasanya aku oke-oke saja melalui
perjalanan yang membuat kita harus meliuk-liuk ini, tapi entah kenapa saat itu
aku merasa pusing dan merasa nggak nyaman di perut seperti masuk angin gitu.
Tapi ketika tiba disana semua baik-baik saja.
Sesampainya disana kami langsung
sholat Dhuhur di mushola yang ada di sebelah kanan tempat parkir. Tempat
parkirnya cukup luas tapi di beberapa bagian ada bagian yang tergenang air dan
berlumpur.
Selesai sholat kami pun menikmati
es krim dulu sebelum ke pantai. Untuk sampai di bibir pantai ada dua rute yang
bisa menjadi pilihan. Awalnya kami tidak tahu kalau ternyata ada sebuah
jembatan yang menghubungkan antara area parkir dengan pantai sehingga jalannya
nggak terlalu jauh.
Karena nggak tahu kami pun
berjalan menuju pantai lewat jalur yang agak memutar. Kami melewati beberapa jembatan yang dibawahnya
mengalir sungai kecil yang dangkal. Tapi asyik juga lho lewat sini, karena kita
akan menemui tebing karang yang tinggi. Dari situ kita bisa melihat tulisan
PANTAI PELANG yang besar-besar berwarna merah. Jalanannya sudah berpaving
sehingga nyaman saat menyusurinya sambil melihat pemandangan pantai dan
sekitarnya. Ada beberapa gazebo yang bisa dimanfaatkan untuk beristirahat
sejenak.
Oh ya, ada area yang cukup luas di kawasan ini, sepertinya ini untuk berkemah atau berpiknik dengan menggelar tikar dan makan-makan bersama keluarga atau teman akan menjadi acara yang asyik disini.
Oh ya, ada area yang cukup luas di kawasan ini, sepertinya ini untuk berkemah atau berpiknik dengan menggelar tikar dan makan-makan bersama keluarga atau teman akan menjadi acara yang asyik disini.
Perjalanan kami semakin dekat ke
pantai. Namun kita harus menyeberangi aliran sungai kecil lebih dulu. Awalnya
Athiyah agak enggan untuk menyebrang, eh lama-lama malah asyik berlama-lama di
sungai kecil ini. Malah beberapa anak-anak bermain air dan menceburkan diri di
sungai ini. Mbah Kakung pun menyingsingkan celananya agar tidak basah (cincing
dalam bahasa Jawa), begitu pun Athiyah.
Setelah melewati sungai kecil,
yang terlihat mencolok adalah gugusan batu karang yang langsung mencuri perhatianku. Kami pun
berfoto-foto dulu disini sebelum menikmati deburan ombak pantai Pelang.
![]() |
Gugusan karang |
![]() |
Bersama Mbah Kakung |
![]() |
Bersama Mbah Uti |
Setelah puas berfoto di batu karang, barulah kami bersama-sama menikmati indahnya Pantai Pelang yang masih perawan.Athiyah pun terlihat senang dan asyik bermain dengan air. Maklum saja, sudah lama banget kami nggak pergi ke pantai. Athiyah merasa excited ketika deburan ombak menghempas kaki-kaki kecilnya.
Setelah lumayan agak lama disana, kami pun bergegas untuk melanjutkan perjalanan ke Pantai Konang yang tidak jauh dari pantai ini. Athiyah masih enggan untuk hengkang dari Pantai Pelang ini, tapi berhasil kami bujuk :)
Tak lupa kami berfoto di tulisan berwarna merah bertajuk PANTAI PELANG. Tapi hasil fotonya jelek jadi nggak diupload disini hihihi...
Saat keluar dari pantai kami memilih lewat jembatan agar tidak basah lagi saat menyeberangi sungai kecilnya. Athiyah minta gendong bapaknya ketika menyusuri jalan setapak menuju jembatan penyeberangan.
Setelah menyeberang jembatan dan lumayan juga jalan kaki, sekitar 300 meter mungkin yaa, kami pun merasa lapar. Untungnya disana banyak yang jual makanan mulai dari soto, rawon, dan ikan bakar, bakso, mi goreng dan lain-lainnya. Kami pun makan siang di sana dengan menu soto ayam dan ikan bakar.
Setelah semua kenyang (alhamdulillah) kami pun melanjutkan perjalanan ke Pantai Konang. Bagi yang pingin dan penasaran dengan Pantai Pelang ini, buruan datang ke lokasi bersama teman atau keluarga tercinta. Saya tetap berharap suatu saat ada investor besar yang mau menanamkan modalnya untuk mengelola pantai ini dengan lebih baik sehingga bisa menjadi destinasi wisata internasional. Apalagi tahun 2017 yang lalu Pantai Pelang masuk dalam nominasi Anugerah Wisata Jawa Timur.
Yuuk explore Trenggalek...
I LOVE TRENGGALEK...
Tak lupa kami berfoto di tulisan berwarna merah bertajuk PANTAI PELANG. Tapi hasil fotonya jelek jadi nggak diupload disini hihihi...
Saat keluar dari pantai kami memilih lewat jembatan agar tidak basah lagi saat menyeberangi sungai kecilnya. Athiyah minta gendong bapaknya ketika menyusuri jalan setapak menuju jembatan penyeberangan.
Setelah menyeberang jembatan dan lumayan juga jalan kaki, sekitar 300 meter mungkin yaa, kami pun merasa lapar. Untungnya disana banyak yang jual makanan mulai dari soto, rawon, dan ikan bakar, bakso, mi goreng dan lain-lainnya. Kami pun makan siang di sana dengan menu soto ayam dan ikan bakar.
![]() |
Maaf pemirsa, kakinya Athiyah naik ke kursi |
Yuuk explore Trenggalek...
I LOVE TRENGGALEK...
So sweet banget makannya barengan gtu ��
BalasHapusMakan sederhana ala orang desa mba
HapusWarna merah pantai pelangnya sebelah mana ya Mba?
BalasHapusYang warna merah bukan pantainya mba, tapi tulisan pantai pelang yang warna merah hehehe...
HapusWahh, pantainya masih bersih banget. Aku belum pernah sama sekali ke Trenggalek, moga moga bisa mampir ke sana
BalasHapusSemoga bisa berkunjung ke kota kecil Trenggalek Mba Shintaries :)
Hapus