There is no place like the beachWhere the land meets the seaAnd the sea meets the sky
(Umar Siddiqu)
Ombak biru berkejar-kejaran
seolah-olah berlomba untuk menjadi yang pertama menggapai pasir putih
yang terhampar. Langit biru yang maha luas dihiasi burung-burung yang terbang
tanpa beban. Seolah-olah mau berkata pada semua betapa bebasnya dia di alam
raya.
Hamparan pasir putih yang luas, bersih dan landai dengan garis pantai sepanjang 25 kilometer memberi kebebasan kepada orang-orang yang berada disana untuk melakukan berbagai aktifitas favoritnya di pinggir pantai. Ada yang duduk-duduk di bawah payung tenda menikmati deburan ombak yang berkejaran tiada henti, jalan-jalan di bibir pantai atau bermain pasir seperti anak-anak kami.
![]() |
Athiyah dan Aufar asyik bermain pasir |
![]() |
Anak-anak tetap asyik bermain meski matahari panas menyengat |
Keindahan panorama pasir putihnya
yang memiliki luas sekitar 35 hektar ini sayang banget kalau sampai terlewatkan
begitu saja. Bener-bener membius banget suasana disini. Saat itu matahari
lumayan menyengat karena kami tiba disana sekitar pukul setengah tiga sore.
Penasaran kami sedang dimana saat
itu?
Yaa... itulah saat-saat kami
menikmati keindahan Pantai Papuma, salah satu pantai yang menjadi primadona
wisata bagi masyarakat Jember. Pantai yang berada di Desa Lojejer Kecamatan Wuluhan
ini berjarak 45 km dari kota Jember. Kami kesana bersama-sama famili, kebetulan
saat itu kami sedang silaturahmi ke rumah adik ipar di Mangli.
Oh ya, perjalanan menuju pantai
Tajung Papuma begitu menyenangkan. Selain karena kita sudah lama nggak pergi ke
pantai, pemandangan di sepanjang perjalanan sungguh menawan. Bagus banget untuk
berfoto-foto ria. Tapi sayang aku tidak bisa mengabadikan keindahan itu karena
sebagian dari kami ingin segera sampai di pantai dan bisa berlama-lama disana
mengingat waktu sudah semakin sore. Sekitar satu jam perjalanan yang harus kami
tempuh dari Mangli.
Ketika perjalanan semakin dekat
dengan tujuan yaitu di Wuluhan, sudah banyak ditemukan penunjuk jalan menuju pantai
Tanjung Papuma.
Perjalanan agak sedikit “menegangkan” karena harus
melewati jalan yang berkelok dan menanjak. Namun itu hanya sekitar 300 meter
saja. Jadi kalau hendak ke pantai Tanjung Papuma harus benar-benar diperhatikan
kondisi kendaraannya. Kami sempat berpapasan dengan mobil sedan yang mogok di
tengah jalan. Untungnya kendaraan yang membawa kami dalam kondisi baik sehingga
sampai di pantai tanjung Papuma dengan lancar dan aman.
Sesampainya di pantai nampaklah eksotisme pantai yang pasir
putihnya membentuk tanjung ini mengalahkan sengatan sang surya yang menerpa
kulit kami. Sejauh mata memandang nampaklah pantai yang cantik dengan air laut
yang biru berhiaskan batu-batu karang yang besar di sisi selatan yang merupakan ciri khas dari pantai Tanjung
Papuma. Kalau dihitung ada tujuh batu karang raksasa yang masing-masing memiliki nama. Ternyata pantai Papuma itu merupakan
singkatan dari pantai Pasir Putih Malikan.
Tentu tak akan aku lewatkan
berfoto dengan latar belakang batu-batu karang yang berdiri kokoh di tengah
lautan.
![]() |
Athiyah bermain pasir |
Seperti layaknya kehidupan yang
naik dan turun, ombak di pantai ini pun kadang besar dan kadang kecil. Ketika ombak
besar datang menghantam karang, kita harus waspada. Ketika ombak kecil menyapu
pasir putih, nampaklah air laut yang berkilau di bawah cahaya sang mentari.
Sungguh lukisan alam yang tiada terkira.
![]() |
Pesona kilau air di pantai |
Nampak pula perahu nelayan yang
bersandar di tepi pantai, berjajar dengan rapi. Memang pantai Papuma ini juga
dijadikan tempat mendarat bagi para nelayan setelah mencari ikan di tengah
lautan. Ini pun menjadikan pemandangan yang harus aku abadikan di kamera
ponselku.
![]() |
Perahu nelayan yang bersandar |
Saat kami kesana lumayan ramai
juga pengunjungnya, namun tak sampai berjubel di pantai sehingga kami masih
bisa dengan leluasa menikmati keindahan pantai. Mereka banyak yang mandi di
pantai, berenang atau sekedar bermain air. Kita sebagai pengunjung pun harus
memperhatikan beberapa peraturan yang sudah dibuat oleh pihak pengelola pantai,
antara lain tidak mandi di laut pada area yang dilarang. Patuhilah ini demi
keamanan diri sendiri dan demi kenyamanan bersama.
Ada pula sekelompok pengunjung
dengan berpelampung lengkap menyewa sebuah perahu untuk berlayar di pantai itu. Kami
pun beberapa kali ditawari oleh beberapa orang untuk menyewa perahu nelayan
dengan tarif Rp 10 ribu per orang. Pengunjung akan diajak melihat Pantai Watu
Ulo dan Pulau Kodok. Kami juga pernah kesini jauh sebelumnya. Kami pun ditawari untuk menyewa perahu, tapi karena ada empat balita yang ikut
serta kami pun menolaknya dengan halus, padahal aku pingiiiinnn.... Anak-anak
pun ingin naik perahu. Beruntung ada perahu yang bersandar di pasir putih,
anak-anak pun bermain di atas perahu seolah-olah sedang berlayar di tengah
lautan. Ah, melihat mereka ceria, hati ini pun bahagia.
![]() |
Row...row..your boat gently down the stream....hihihi |
Setelah puas menikmati keindahan pantai yang menjadi
salah satu destinasi wisata Jember
ini, aku pun tertarik dengan semacam bukit atau gumuk yang berada di ujung
selatan pantai ini. FYI, Kabupaten
Jember juga sering disebut sebagai kota seribu gumuk. Gumuk atau bukit memang
merupakan kekayaan alam yang khas di kota ini, meski jumlahnya sekarang tidak
sebanyak julukannya. Itu semua karena adanya penambangan gumuk.
Nah, ternyata area yang aku maksud di atas itu bernama Siti Hinggil. Karena berada di ketinggian 50 mdpl, diperlukan ekstra tenaga untuk untuk mencapainya. Dengan menapaki anak tangga buatan yang tak sempat aku menghitung jumlahnya, sampailah aku dan beberapa saudara di Siti Hinggil sementara anak-anak aku titipkan pada beberapa saudara yang lain.
Nah, ternyata area yang aku maksud di atas itu bernama Siti Hinggil. Karena berada di ketinggian 50 mdpl, diperlukan ekstra tenaga untuk untuk mencapainya. Dengan menapaki anak tangga buatan yang tak sempat aku menghitung jumlahnya, sampailah aku dan beberapa saudara di Siti Hinggil sementara anak-anak aku titipkan pada beberapa saudara yang lain.
Wooww... ternyata di atas bukit
ini kita bisa menyaksikan landscape wilayah pantai Tanjung Papuma. Sungguh
lukisan alam yang tercipta dengan sempurna hasil karya Sang Maha Kuasa.
Keindahan yang istimewa. Sejauh mata memandang, nampaklah gunung yang biru
berpadu serasi dengan birunya laut yang beratapkan langit berhiaskan awan-awan
putih. Keindahan itu semakin lengkap dengan hadirnya gugusan karang di kanan
dan kiri bukit.
Ombak yang bergulung kemudian
pecah saat membentur batu karang, tak membiarkan mata kita untuk terlena
sekejap pun. Menikmati angin semilir sepoi-sepoi dengan bersantai di gazebo
yang ada di puncak bukit ini merupakan pilihan terbaik untuk merefresh pikiran.
![]() |
Siti Hinggil |
Setelah anak-anak puas bermain
pasir bajunya pun kotor dengan pasir
(anak-anak memang kami larang untuk bermain air di pantai dengan pertimbangan
ombak yang tergolong besar). Pada saat sebelum berangkat tidak kepikiran
membawa baju ganti, payah kan emaknya? Memang saat itu spontan saja pergi ke
pantai ini sehingga tidak ada persiapan yang matang. Tapi kami tak risau karena
bisa membeli kaos di toko-toko yang ada di sekitar pantai.
Setelah mandi dan ganti baju kami
pun menikmati masakan ikan bakar dan cumi-cumi asam manis di Cafe Tanjung
Papuma. Tak ketinggalan es kelapa mudanya sebagai penawar dahaga. Ada beberapa
menu seperti gurita bakar asam manis, udang goreng, udang bakar, dan lobster.
Karena rempong nyuapin anak-anak kami nggak sempat berfoto disini.
Selain cafe, ada banyak warung
yang menjual makanan dengan harga terjangkau.
![]() |
Rumah makan yang ada di sekitar pantai |
Bagi yang merencanakan pernikahan
bisa juga lho prewed-nya disini. Ada Pre-Wedding Photo Session juga. Bagi
pengunjung dari luar kota/pulau disediakan pemandu wisata, begitu juga bagi
wisatawan mancanegara disiapkan pula penerjemahnya.
Setelah puas berlama-lama di
pantai ini, kami pun bersiap pulang. Tapi ada satu bangunan yang berwarna
mencolok yang mencuri perhatianku. Itulah Vihara Sri Wulan. Aku pun
mendekatinya. Dengan dominasi warna merah
terdiri dari pagoda dan bangunan utama, vihara ini nampak megah. Vihara
yang dibangun pada tahun 1994 ini terlihat sepi, mungkin sedang tidak ada
kegiatan ibadah pada saat itu.
Keberadaan vihara ini menunjukkan
betapa tinggi tingkat toleransi hidup beragama di Jember. Mengingat di sekitar
pantai juga terdapat mushola. Islam dan Konghucu berdampingan secara damai,
apalagi mayoritas nelayan di pesisir pantai beragama Islam.
Satu hal yang terpaksa aku
lewatkan saat itu adalah tak bisa melihat sunset di senja hari. Sayang banget memang. Anak-anak sudah nampak
kecapekan. Semoga bisa berkunjung kesini lagi hingga bisa menikmati panorama
sunset.
Bagi pengunjung yang merencanakan
bermalam di area pantai Tanjung Papuma tak perlu khawatir soal tempat menginap.
Ada lebih dari 25 pondok dan cottage. Salah
satunya Cottage and Hotel Tanjung
Papuma. Meski tidak semewah di hotel berbintang, tapi lumayanlah untuk
istirahat dan menyaksikan sunrise di
keesokan harinya.
KEARIFAN LOKAL YANG MASIH TERJAGA
Di pantai Tanjung Papuma ini
kearifan lokal masih terjaga. Diwariskan secara turun temurun dari satu
generasi ke generasi berikutnya melalui cerita dari mulut ke mulut. Upacara
ritual larung sesaji masih dilakukan, namun hanya pada waktu-waktu tertentu
saja terutama bulan Suro atau Muharam. Ini merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari masyarakat sekitar pantai. Ritual ini sebagai wujud rasa
syukur kepada Yang Maha Kuasa atas melimpahnya panen ikan disana dan berharap
agar terus melimpah sepanjang tahun.
Besar harapan pemerintah daerah
bisa lebih mengoptimalkan potensi wisata ini dengan promosi yang lebih gencar, memperbaiki fasilitas-fasilitas yang ada termasuk
memperbanyak tempat sampah di sekitar pantai serta mengadakan fasilitas yang menunjang
lainnya. Dengan demikian akan lebih banyak pengunjung memilih Jember sebagai
destinasi wisata favorit. Dijamin deh, Jember
makin rame, apalagi bila ditambah moda transportasi yang dapat mengantarkan
pengunjung dengan mudah, cepat dan nyaman.
TIKET MASUK
Tiket masuk pantai Tanjung Papuma
tidak akan membuat kantong bolong atau ATM jadi kosong karena tiketnya sangat
murah. Untuk hari biasa Senin-Jumat Rp 15.000,- sedangkan pada hari libur, Sabtu
dan Minggu Rp 17.500,-. Ada tiket khusus untuk wisatawan mancanegara yaitu Rp
30.000,-
Untuk biaya parkir kendaraan
hanya membayar Rp 2.000,- untuk roda dua, Rp 5.000,- untuk roda 4 dan Rp
10.000,- untuk roda 6.
Nah, apa masih mikir kalau mau
datang ke pantai Papuma di kota seribu gumuk ini?
Nggak usah kebanyakan mikir deh,
segera rencanakan liburan bersama keluarga atau teman-teman.
Have a nice traveling yaa...
yang diatas itu bagus mbak. baru soalnya.. instagramable banget tuh diatas
BalasHapusIya betul mas, banyak spot yang instagramable di pantai ini, tinggal explore aja
HapusPertama kali aku ke pantai ini. Terkagum2 sama pemandangan lautnya..banyak sekali bukit karang di tengah lautnya
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusSamaaa... saya pingin kesana lagi menikmati sunrise dan sunset nya...
HapusKetik anak-anak asyik bermain di pantai, bunda asyik mengabadikan setiap gerak-geriknya hehe.
BalasHapusHahaha...betul sekali ini, berusaha untuk mengabadikan setiap momen mereka di setiap kesempatan
HapusWow .. luas juga hamparan pasirnya seoanjang 25 KM ..., asik yaa bisa ngemping dan aktivitas liburan seru disana.
BalasHapusIya bisa camping dan seru-seruan di pantai ini
HapusAku selalu rindu pantai, dan postingan ini pemuasnya :)
BalasHapusTerima kasih pujiannya mba Amanda Ratih... sukses selalu yaa
HapusSelalu penasaran sama pantai papuma tapi belum ada kesempatan main ke sana
BalasHapusJember cukup terkenal dengan pantai-pantainya yang indah dan salah satunya adalah pantai papuma dan payangan. Pantai ini masih asri karena belum terlalu banyak dikunjungi wisatawan, selain view pantainya yang indah tidak lengkap kalau tidak mendaki bukit yang berada di sekitar pantai ini, untuk menikmati keindahan alamnya yang mempesona.
BalasHapusTravel Malang Jember
bbrp waktu lalu bawa rombongan Travel Surabaya Jember. Hanya memakan waktu +- satu jam dari pusat kota Jember, pantai Papuma merupakan salah satu destinasi wajib bagi pelancong yg berkunjung ke Jember. Pengunjung dapat menikmati pantai secara langsung, maupun dari semacam menara pandang di atas bukit tepat di ujung tanjung Papuma
BalasHapusHarga tiket masuknya sangat terjangkau ya mom, pemandangannya juga bagus, tapi sayang kalau tidak ada perawatannya.
BalasHapusMungkin dengan adanya perawatan dan pengelolaan yang lebih rapi bisa membuat tempat wisata ini makin indah dan bisa menjadi pemasukan bagi warga sekitar.
Woow, pasir putih. Aku suka banget ke pantai sejauh ini baru ke pantai di Gunung Kidul
BalasHapusNext trip bisa main kesini,
Wah pantainy indah banget apalagi tiket masuknya tergolong murah ya. Disana juga banyak yg jual hasil laut kah?
BalasHapusBagus sekali mba pantainya, airnya jernih pantainya pun bersih,ditambah pohon yang hijau. Bisa betah saya kalau kesana, jadi pengen lari ke pantai eh main ke pantai.
BalasHapusWah pantai papuma ya namanya? Baru denger dan belum pernah ke sana. Ternyata Jember punya pantai yang bagus ya ��
BalasHapusTernyata Jember punya destinasi wisata yang sangat indah yaa.. Gumuk pasirnya mengingatkan Saya tentang Pantai Parangtritis di Yogyakarta :)
BalasHapusJadi, Gumuk itu perbukitan ya mom? Nambah lagi nih kosa katanya. Kurain tadi sejenis hewan atau burung gitu hahaha... Ternyata lokasinya juga masih di Jawa Timur
BalasHapusWaah tampaknya bersih ya pengelolan di sekitarnya mba. Tapi bagaimanapun wisatwan juga kudu banget menjaga kebersihan juga soalnya aku kerap menemukan di beberapa pantai tepiannya ga terjaga, byk sampah, hiks.
BalasHapusPantai selalu punya magnet tersendiri ya mbak. Debur ombak dan pasir putihnya itu loh, bikin lupa sesaat sama kenyataan, haha.
BalasHapusaku kesel sama kebiasaan orang yang suka buang sampah sembarangan. Jangankan pantai, di perumahanku bu RT-nya pun diem aja saat anaknya buang sampah sembarangan
Baru tahu kalau singkatan Papuma itu Pantai Pusir Malikan..
BalasHapusAku pikir dulu memnag itu nama daerahnya kwkwk
Ini masih alami ya Mbak..bersih tempatnya, jadi pengin nyebur ke airnya.
Dan tiket masuk juga masih murah.
Kalau di sekitarnya adakah penginapan Mbak. Atau harus nginep di kota Jember ya?
Lumayan murah ya tiket masuknya mbak. Aku kapan hari liat di Tanjung Papuma yg ombaknya gede kalau pas musim hujan ya? Tapi pada saat tenang, pantainya bagus banget ya :D
BalasHapusMoga kelak kalau ke Jember bisa mampir sana :)
Waaah, pasirnya keren banget. Putih gitu ya.
BalasHapusTempatnya juga asik buat foto-foto, kayaknya.
Padahal aku sering main ke jember karena mamaku orang lumajang, tapi aku baru tau jember punya pantai cantik begini. Suka banget sama batu2an di pantainya itu :)
BalasHapusWaah, pasirnya bagus ya putih bersih. Pantainya juga indah. Harga tiketnya murah pula.
BalasHapusCantik banget deh pantainya. Duh gak sabar nih mau liburan ke pantai..
BalasHapussesuai dengan namanya ya mom, pantainya bersih dan berwarna putih. salah satu destinasi wisata yang wajib nih dikunjungi.
BalasHapusIni di pulau mba? Rindang banget itu pohon nya ya padahal sekitarannua laut dan pantai ya.
BalasHapusPapuma emang terkenal bagus. Sayang saya belum berkesempatan ke sana. Semoga bisa kesana juga. Aamiin.
BalasHapus