29 November 2018

FESTIVAL MILLENNIALS BERKARYA, AKSI NYATA ANAK BANGSA UNTUK INDONESIA


Memasuki Wisma Ahmad Yani Semen Gresik ini awalnya merasa agak canggung juga sih...
99% yang hadir para millenial yang berusia di kisaran 15-35 tahun. Rasa canggung ini ditambah lagi pada saat aku mau registrasi. Kenapa? Mas dan mbak yang ada di bagian registrasi seolah tak percaya kalau aku mau ikutan acara Festival Millenials Berkarya ini.

Sebegitu tuakah tampangkuh? Wkwkwkwk
Aku pun merasa geli sendiri. Masnya yang agak tertegun melihatku pun harus aku yakinkan dengan bukti pendaftaran online via email yang ada di ponselku. Baru deh dia yakin kalau aku emang ikutan acara ini. Dikira emak-emak nyasar kaleee... Tapi aku mafhum banget sih, acaranya emang cucok banget buat para  milenial. Tapi bukan berarti emak-emak macem aye kagak boleh ikutan kaan...

Semakin nyadar kalau aku ini baladewa generasi X ketika mereka-mereka disana memanggilku dengan sebutan “ibu” bukan “mbak” atau “kak”. Lagi-lagi aku tergelak dalam hati dan menggaruk rambut di balik jilbabku yang emang enggak gatal. Oh iyo yo, ancen aku iki wis STW alias setengah tuo.
festival-millennials-berkarya
Nggak mau kalah sama anak milenial
20 November 2018

Belajar cara tampil cantik dan stylish dengan make up dan hijab kekinian


http://www.renidwiastuti.com/2018/11/belajar-cara-tampil-cantik-dan-stylish.html
Bersama para pengisi acara (doc. paramitanurshanti)
“Beauty is being the best possible version of yourself, inside and out.”
(Audrey Hepburn)
Setiap wanita tentu pingin tampil cantik. Meski cantik disini memiliki makna dan ukuran yang berbeda-beda bagi setiap wanita. Apakah tampil cantik harus dengan memakai make up? Kalo menurutku enggak juga sih. Kondisi kulit yang bersih dan terawat pun akan terlihat cantik. Apalagi didukung kecantikan dari dalam, inner beauty orang biasa menyebutnya.

Tapi, biasanya nih para wanita hampir selalu memakai make up, meski cuman pakai bedak atau lipstik tipis-tipis aja. Tentu dong penampilan kita akan berbeda saat di rumah, saat bekerja atau saat-saat hadir pada ­event spesial seperti resepsi pernikahan maupun acara-acara resmi yang lain.

14 November 2018

PENTINGNYA KEBERSAMAAN AYAH DAN ANAK

http://www.renidwiastuti.com/2018/11/pentingnya-kebersamaan-ayah-dan-anak.html

Di jaman yang serba sibuk ini, kehadiran orangtua secara intens bagi anak semakin berkurang. Apalagi bila kedua orangtua bekerja dari pagi hingga petang. Belum lagi waktu pergi-pulang ke tempat kerja yang menyita waktu.

Beruntung bagi kami yang jarak rumah dan tempat kerja tidak terlalu jauh. Aku membutuhkan waktu paling lama 15 menit untuk sampai di tempat kerja, naik speda motor dengan kecepatan 45 km/jam. Sementara suami paling hanya memghabiskan waktu separuhnya saja, 7 menit sudah sampai di kantornya. Tentulah kondisi ini kami syukuri banget.

Bagaimana tidak, saya sering membayangkan para pencari nafkah yang memerlukan waktu berjam-jam untuk sampai tempat kerjanya.Berangkat jam 5 pagi atau bahkan sebelumnya, disaat anak-anak belum bangun dari tidurnya dan tiba di rumah di saat anak-anak sudah terlelap dalam mimpinya. Yaa itulah perjuangan orangtua dalam mencari nafkah untuk keluarganya.

Lalu, kapan mereka punya waktu untuk anak-anak? Apakah mereka memiliki play time (waktu bermain) dengan anak-anak? Tentu sebagian dari mereka memanfaatkan saat-saat weekend untuk berkumpul bersama keluarga.

Bermain bersama ibu, bagi anak-anak sudah biasa. Karena ibunyalah yang mengandung, melahirkan, merawat, mengasuh dan mengurusi segala tetek bengek urusan anak-anak.


http://www.renidwiastuti.com/2018/11/pentingnya-kebersamaan-ayah-dan-anak.html

Bermain bersama ayah? Saya kira ini belum banyak jumlahnya dibanding yang pertama. Tentu dengan alasan yang sangat klasik, ayah sibuk bekerja. Padahal kebersamaan antara ayah dan anak sangat penting dalam tumbuh kembang seorang anak.

Ayah jangan hanya ada secara biologis saja. Apalagi para ayah yang memiliki anak perempuan. Mereka nantinya akan menerapkan standar terhadap lelaki yang kelak dipilihnya dengan melihat perilaku ayahnya sejak dia kecil.

Ayah harus hadir secara penuh, baik fisik maupun emosional. Tentu akan sangat berkurang makna dan kualitasnya saat ayah mendampingi anak tapi sibuk dengan gadget-nya.
05 November 2018

NIKMATI KECERIAAN DAN KEBERSAMAAN DI FUNTOPIA BALLOON PARK

http://www.renidwiastuti.com/2018/11/nikmati-keceriaan-dan-kebersamaan-di.html
Sudah agak lama sih Athiyah nggak aku ajak main ke rumah balon. Biasanya Athiyah mempunyai langganan bermain di rumah balon yang ada di komplek perumahan kami, yaitu di area sekitar Taman Bundaran GKB. Namun sejak lokasi rumah balon pindah karena areanya termasuk dalam lahan yang sedang dibangun sebuah mall di GKB gresik, otomatis jadi jarang main di rumah balon.

Sesekali sih main di playland yang ada rumah balonnya, namun rumah balonnya tidak terlalu besar. Tantangannya pun nggak terlalu banyak.
Aku bersyukur banget Athiyah ini termasuk anak yang lebih suka bermain pasar-pasaran, jual-jualan, main lego, main boneka daripada main gadget. Bahkan dia lebih suka main sepedaan di luar rumah atau bermain di taman bermain di sekolahnya yang kebetulan ada di depan rumah. Lega banget rasanya karena Athiyah tidak mengalami ketergantungan dengan gadget.

Kalau kita amati sebagian besar anak dan remaja di Indonesia sudah tidak bisa terlepas dari gadgetnya, bahkan penggunaannya pun sudah melebih batas kewajaran. Pada tahun 2014 UNICEF bersama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika melakukan sebuah riset yang hasilnya 30 juta anak dan remaja Indonesia sudah menggunakan internet hingga lima jam sehari. Mereka lebih asyik dengan gadgetnya daripada terlibat kebersamaan dengan anggota keluarganya.