16 Februari 2021

NILAI DAN CARA BERTINGKAH LAKU DALAM BEKERJA

A. NILAI-NILAI SOSIAL 


Manusia selain sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial (makhluk sosial yaitu manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain). Manusia sebagai makhluk individu mempunyai ciri-ciri tersendiri dan tidak ada yang sama antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Setiap manusia mempunyai pandangan atau pendapat yang berbeda-beda. Perbedaan inilah yang menciptakan dinamika kehidupan, sehingga hidup akan menjadi lebih menarik. 

Setiap manusia memang berbeda-beda akan tetapi rasa ketergantungan antara yang satu dengan dengan yang lain tetap ada. Di sinilah munculnya nilai-nilai kehidupan, atau norma-norma dan batasan-batasan dalam kehidupan. Semakin banyak batasan-batasan atau nilai-nilai kehidupan yang kita ketahui, akan bermanfaat bagi kita untuk menentukan sikap. 

Dalam setiap lingkungan, selalu terdapat tatanan nilai yang dijunjung tinggi dan dipatuhi oleh warganya.Tatanan nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat ini bisa muncul dengan sendirinya tetapi bisa juga atas kesepakatan antarwarga, yang bertujuan agar tidak terjadi konflik atau pertentangan. 

Kesepakatan itu ada yang tertulis dan ada yang tidak tertulis. Ada yang merupakan warisan atau diturunkan dari generasi sebelumnya, ada juga yang merupakan nilai-nilai baru. Nilai sosial seseorang ditentukan oleh perasaan yang menyertai tanggapan orang lain terhadap dirinya. 

Dengan mengamati diri sendiri, individu akan memiliki gambaran dan penilaian diri yang jelas. Gambaran dan penilaian diri merupakan awal terbentuknya konsep diri. Pandangan dan penilaian kita tentang diri kita sendiri bersifat psikologis, sosial, dan fisik.

Pandangan psikologis menyangkut aspek-aspek psikologis kita seperti sifat, sikap, minat, kebiasaan, dan lain-lain.Penilaian sosial menyangkut keberadaan kita.dilingkungan dan status kita di dalamnya. Pandangan dan penilaian fisik meliputi kelebihan dan kekurangan fisik kita secara subjektif. 


Dalam pembentukan konsep diri, ada dua komponan yang penting yaitu sebagai berikut: 

1. Komponen negatif atau citra diri 

Komponen yang dinamakan komponen negatif atau citra diri adalah menyangkut nilai-nilai seseorang yang bersifat pribadi. 

2. Komponen afektif atau harga diri 

Komponen afektif atau harga diri adalah bagaimana seseorang menghayati kenyataan psikologis, sosial, dan fisik yang ia miliki. Setiap orang tidak ingin diremehkan atau bahkan dihina, untuk itu setiap orang berusaha untuk rnempertinggi nilai dirinya.Usaha-usaha untuk meningkatkan atau mempertinggi nilai diri sering tidak disadari oleh pelakunya, karena hal itu sudah menjadi dorongan dasar yang bersifat instingtif. 

Usaha-¬usaha untuk mempertinggi nilai seseorang bisa dilakukan dalam bentuk tingkah laku, antara lain, sebagai berikut: 

1. Meningkatkan penampilan fisik 

Meningkatkan penampilan fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya: 
a. berpakaian yang baik, rapi, dan bersih, 
b. berpenampilan menarik, 
c. memakai make-up, 
d. menata rambut yang sesuai dengan mode, 
e. melakukan operasi plastik, 
f. membangun rumah yang mewah, 
g. menata rumah yang baik, 
h. membeli peralatan rumah tangga yang berkualitas, dan 
i. mengendarai sepeda motor terbaru, dan lain-lain. 

2. Meningkatkan penampilan sosial 

Penampilan sosial dilakukan dalam pergaulan di masyarakat, untuk meningkatkan penampilan sosial dapat dilakukan dengan cara yang positif maupun negatif. 
Contoh-contoh cara yang positif antara lain: a. ramah; 
b. sopan; 
c. murah senyum; 
d. suka menolong; 
e. rendah hati. 

Contoh-contoh cara yang negatif antara lain: 
a. melakukan tindak kekerasan; 
b. menunjukkan kekuatan ototnya; 
c. suka mengancam; 
d. bergabung dengan kelompok atau geng-geng tertentu. 

3. Meningkatkan kualitas psikologis 

Meningkatkan kualitas psikologis biasanya dilakukan dengan cara: 
a. mengikuti pendidikan formal maupun non-formal, 
b. mengikuti seminar-seminar atau lokakarya, 
c. mempelajari ilmu-ilmu tertentu, 
d. mengikuti berita di media cetak/elektronik, 
e. banyak membaca, dan 
f. mengikuti beladiri tenaga dalam. 

B. CARA BERTINGKAH LAKU DALAM KEHIDUPAN SOSIAL 


Tingkah laku manusia pada dasarnya merupakan usaha alamiah untuk memenuhi kebutuhannya. Tingkah laku manusia ada yang baik (konstruktif) dan ada juga yang buruk/jelek (destruktif) akan tetapi keduanya merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan. 

Seorang buruh yang setiap hari bekerja, hasilnya untuk memenuhi kebutuhan. Seorang dokter yang setiap hari mengobati pasiennya, hasilnya juga untuk memenuhi kebutuhan. Seorang karyawan yang setiap hari bekerja, gajinya juga untuk memenuhi kebutuhan. Bahkan seorang perampok, pencuri, pencopet, melakukan aksinya juga untuk memenuhi kebutuhan. 

Kebutuhan manusia dalam hidupnya dapat dikelompokkan menjadi lima, antara lain sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisiologis. 
2. Kebutuhan rasa aman. 
3. Kebutuhan kasih sayang. 
4. Kebutuhan harga diri. 
5. Kebutuhan aktualisasi diri. 

Pemenuhan kebutuhan manusia mengikuti urutan yang jelas dari tingkat pertama. Artinya kebutuhan pertama, yaitu kebutuhan fisiologis akan mendasari pemenuhan kebutuhan akan rasa aman, begitu juga seterusnya, kebutuhan di bawahnya akan mendasari kebutuhan tingkat berikutnya. 

Dalam keadaan yang normal, tidak akan terjadi lompatan pemenuhan kebutuhan tetapi selalu urut dari bawah. Dalam situasi yang luar biasa kadang terjadi lompatan pemenuhan kebutuhan. Misalnya ketika terjadi kebakaran, seorang ibu rela mempertaruhkan nyawanya demi untuk menyelamatkan anaknya. Hal ini berarti, demi rasa kasih sayang (tingkat 3) seorang ibu bisa terancam jiwanya (tingkat 2). 

Dalam kehidupan sosial, yang mendorong perilaku seseorang adalah adanya motif. Salah satu motifnya adalah motif pengakuan. Motif ini merupakan keinginan untuk menjadi orang yang berbeda dari yang lain. Hal ini nampak pada tingkah laku seseorang yang ingin tampil beda melalui penonjolan pakaian, perhiasan, tutur kata, pendapat, gaya rambut, aksesoris, kendaraan, dan lain-lain. Seseorang ingin diakui keberadaannya di semua lingkungan ia berada, baik di keluarga, sekolah maupun di masyarakat. 

Berikut ini yang termasuk motif pengakuan adalah harga diri, status, dan prestise. 


Harga diri merupakan dorongan dasar setiap orang yang melekat pada kodratnya. Siapapun orangnya akan marah apabila ia diturunkan dari kodratnya sebagai manusia, misalnya dengan dipanggil anjing, monyet, kambing, dan sebagainya. 

Status adalah kedudukan seseorang yang mencerminkan nilai dirinya di dalam kelompok. Untuk mendapatkan status seseorang akan berusaha keras dengan berbagai jalan. 

Sedangkan prestise adalah kehormatan tertinggi dalam suatu lingkungan sosial. Seseorang yang memiliki prestise akan mendapat kehormatan tertinggi dari lingkungannya. Misalnya ayah dalam keluarga, Kyai dalam pondok pesantren, dan lain-lain. 

C. NILAI-NILAI DALAM BEKERJA 


Nilai-nilai pribadi akan terbawa dalam perilaku sosial. Nilai-nilai ini akan mewarnai aktifitas kerja seseorang dalam memenuhi kebutuhan. Dalam bekerja, kita harus selalu mengembangkan nilai-nilai positif di lingkungan kerja kita. 

Nilai-nilai yang perlu kita kembangkan adalah sebagai berikut: 

1. Nilal intelektual 

Nilai intelektual perlu terus dikembangkan, agar kita selalu memiliki wawasan lebih awal, informasi terbaru, dan tidak ketinggalan zaman. Dengan cara selalu belajar, membaca, mengikuti berita baik dari media cetak maupun elektronik. 

2. Nilai kesusilaan 

Nilai kesusilaan dihayati seseorang, sehingga dapat membedakan tingkah laku yang pantas dan yang tidak pantas. Dengan nilai kesusilaan ia lebih mudah diterima oleh lingkungan kerjanya. 

3. Nilai keindahan 

Nilai keindahan akan menimbulkan kekaguman seseorang akan karya cipta dan memiliki apresiasi seni. Keindahan akan menimbulkan rasa tentram dan bahagia. Keindahan juga akan membawa dampak kesehatan yaitu rasa butuh bekerja. 

4. Nilai kasih sayang 

Nilai kasih sayang akan mempererat ikatan emosional sesama manusia. Di lingkungan kerja yang diliputi perasaan saling menyayangi akan menimbulkan suasana kerja yang kondusif, bebas tekanan, dan memicu produktifitas. Kasih sayang juga akan membawa kerelaan seseorang untuk mencurahkan waktu, tenaga, pikiran untuk mengabdi pada pekerjaannya. 

5. Nilai sportivitas 

Nilai sportifitas mengandung makna kesiapan menerima hasil. Bisa juga diartikan kesediaan mengakui kekurangan diri dan kelebihan orang lain. Sportifitas yang dijunjung tinggi akan memupuk rasa persatuan dan kesatuan dilingkungan kerja, Jiwa yang sportif akan jauh dari rasa sakit hati bila kalah dan tinggi hati bila menang. 

6. Semangat kompetisi 

Nilai kompetisi perlu dikembangkan dilingkungan kerja.Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan persaingan yang sehat, sehingga seseorang selalu termotivasi untuk menjadi yang terbaik.Semangat kompetisi bukanlah iklim permusuhan. 

7. Nilai religius 

Nilai keagamaan perlu dikembangkan di manapun kita berada, termasuk di lingkungan kerja. Pertimbangan baik buruk dan pertimbangan akan adanya hari akhir akan membuat kita selalu menjadi orang yang bertanggung jawab. Seseorang yang di hatinya selalu ada Tuhan, tidak akan melakukan tingkah laku yang merugikan di kantor tempat ia bekerja. Orang akan mempunyai pengendalian diri yang tangguh, bila hatinya dibentengi dengan nilai-nilai agama. Ia tidak akan hanyut oleh suasana kerja yang menyesatkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar