Kenangan menciptakan pengalaman, Pengalaman menciptakan kekuatan
Tulisan sederhana ini sebenarnya sudah aku tulis sejak pertengahan tahun 2019. Ketika itu di grup whatsapp Fokal IMM Komisariat Psikologi dicanangkan akan membuat sebuah buku antologi yang ditulis oleh para alumni. Tulisan bisa berupa cerita ringan atau pengalaman berorganisasi di IMM. Namun, hal tersebut belum bisa terealisasi karena beberapa kendala. Bahkan tulisan ini sudah saya kirim ke tim yang sudah dibentuk untuk menggarap buku tersebut.
Nah, daripada mubadzir coretan saya ini akhirnya saya publish saja di blog ini hehehe... untuk mengenang masa lalu sekalian menyambut Milad IMM yang ke-57...
Yuk, dibaca tulisan ringan ini..
Menjadi
civitas akademika di perguruan tinggi terbesar di Jawa Timur ini adalah
kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri. Memantapkan hati untuk berafiliasi di
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah pilihan yang harus disyukuri.
Berbagai
pelajaran kehidupan yang tak kami terima di bangku kuliah dapat kami serap dari
sini, sehingga kami tidak hanya menjadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang_kuliah pulang), atau menjadi mahasiswa kunang-kunang (kuliah nangkring_kuliah
nangkring). Kami sudah terbiasa menjadi mahasiswa kura kura (kuliah rapat_kuliah rapat) J J
Karena
jarangnya berada di kost-an, teman-teman kost pun tak jarang protes. Bagaimana
tidak? Dari pagi hingga malam ngampus
melulu. Nyaris kamar kost yang luasnya tiga meter kali tiga meter itu pun hanya
sebagai tempat tidur di malam hari. Bahkan ibu kost pun sempat curiga karena
hal tersebut. Tapi setelah diberikan penjelasan, sang ibu kost pun bisa
memakluminya tentu dengan beberapa pesan yang kami iyakan.
Sebegitu
sibuknyakah kami? Atau hanya sekedar cari kesibukan?
Sibuk atau tidak yang pasti kami
tahu bahwa semua yang kami lakukan di kampus bukanlah hal yang sia-sia. Memang
sebagian dari kami tidak hanya berjuang di ikatan, tapi juga aktif di
organisasi kampus lain baik intra maupun ekstra kampus.
Penulis
sendiri misalnya, disaat yang hampir bersamaan mengemban amanah di SEFA (Senat
Fakultas) sebagai bendahara umum dengan Ketua SEFA kala itu Kakanda Junaidi
Yusuf. Teman-teman yang lain juga aktif di BEM. Selain itu, penulis juga mengikuti
aktivitas di Tapak Suci, SEF (Student English Forum) dan menjadi salah satu
asisten di Laboratorium Psikologi.
![]() |
Bersama teman-teman di Tapak Suci |
Apakah kami bisa fokus di ikatan?
Bagaimana dengan kuliah dan tugas-tugas yang tidak sedikit?
Time
management dan self
management jawabannya. Dan itulah salah satu life skill yang kami pelajari secara alamiah. Buktinya kami bisa
lulus dengan cumlaude.
Apakah tidak ada yang
dikorbankan?
Tentu tidak sedikit yang harus
kami korbankan. Kami jadi jarang pulang kampung, dan ini juga tidak jarang
menuai protes dari ayah bunda kami. Kami juga banyak kehilangan kebersamaan
dengan teman-teman kost, waktu dolan kami dan masih banyak lagi.
Tapi semua itu tidak ada yang
sia-sia.
Semuanya berjalan seiring dengan
usia kami yang sedang bergejolak menuju kematangan dan berproses menemukan jati
diri. Saat itu kami hanya berharap spirit mahasiswa yang kami punya mampu
mewarnai gerakan mahasiswa yang sangat dinamis.
Semua berawal dari sini...
Rapat Formatur Musykom X IMM Psikologi
Adapun kepengurusan periode
1998-1999 adalah sebagai berikut:
Ketua I : Reni Dwi Astuti
Ketua II : Azwar Djakfar
Sekretaris : Sri Retno Yuliani
Bendahara : Kurnia Dwi Yulistyorini
KETUA BIDANG DAN SEKRETARIS
BIDANG
Kabid Kader : Parjono
Sekbid Kader : Lukman Fathoni
Kabid Hikmah : Yeri Abdillah
Sekbid Hikmah : Deni Trisna
Kabid Organisasi : Iin Dwi Lestari
Sekbid : Himmatul Ulya
Kabid Iptek : Imam Affandi
Sekbid : Novi Rifqiyanti
Kabid Sosmas : Himmatul Ulya
Sekbid : Budi Setiawan
Kabid Immawati : Sofiana Nurul Khasanah
Sekbid : Anita Rahmawati
Selain keenam bidang tersebut,
kami membentuk Lembaga Semi Otonom (LSO) yaitu LSO FSP (Forum Studi Psikologi),
LSO Seni Budaya.
Beruntunglah
kami memiliki kader-kader yang solid, kompak, penuh dedikasi dan progresif.
Memang tak semudah membalik telapak tangan untuk membentuk kader yang militan.
Kemauan dari kader saja tidaklah cukup. Semuanya turut berperan dan saling
bersinergi.
Dalam
perjalanan periode kepengurusan 1998-1999, sempat mengalami perubahan yaitu Kabid
Iptek mengundurkan diri dan diganti dengan Immawati Cicik Noviana.
Dukungan
penuh dari senior kami rasakan sebagai amunisi yang turut menggerakkan kapal periode
ini. Terima kasih untuk perjuangan abadi yang tak kan pernah hilang dari memori
kami. Salam hormat buat kakanda-kakanda terhebat, empat serangkai : M.A. Muazar
Habibie, Junaedi Yusuf, Edi Sucipto dan Barry Aditya. We ‘re rightfully proud of you...
Sungguh
romantika ketika itu mengisahkan alur cerita yang tak akan habis untuk
dikenang. Tak hanya perjuangan yang abadi untuk IMM, bahkan diantara mereka
menemukan cinta sejatinya di ikatan ini.
Ada
juga diantara kami yang berhasil merajut tali cinta meski harus kandas di ruang hampa.
Sementara saya sendiri masih jomblo, tapi meski jomblo saya bahagia lhoo... JOJOBA.
Itu pula yang jadi “slogan” para jomblowan dan jomblowati. Mengapa saya jomblo?
Itu semua kembali ke prinsip saya bahwa saya tidak akan pernah berpacaran
selama kuliah. Saya ingin fokus ke kuliah dan kegiatan organisasi tanpa harus
diribetkan oleh urusan hati.
Apakah itu artinya aku nggak pernah suka sama makhluk yang namanya cowok? Jawabannya ya pasti pernah lah, kan masih normal jadi cewek... tapi aku cukupkan untuk di dalam hati saja, karena sudah punya komitmen dengan diri sendiri. Apakah nggak ada yang naksir aku? Ada kali hahaha tapi sepertinya takut mau ngomong atau mau nembak wkwkwk...pede aja lagi. LOL
Pada
saat itu, di lingkungan IMM UMM
“pacaran” adalah suatu hal yang ditabukan. Kader yang pacaran “kurang” mendapat
tempat sehingga beberapa dari mereka yang pacaran “terpaksa” melakukannya
secara diam-diam. Bagi mereka yang pacaran secara “terbuka” harus siap
“tersisih” untuk sementara. Entahlah, gimana awal ceritanya sehingga hal itu
bisa menjadi kesepakatan yang tak tertulis.
Tidak
hanya itu, tabu juga nonton film di bioskop bagi para kader. Kesan “kurang
baik” akan tersemat pada kader yang suka nonton film di bioskop. Sehingga
mereka pun akan diam-diam kalau nonton film di bioskop. Entahlah, apa karena
saat itu belum ada film bermutu di Indonesia sehingga ada aturan tak tertulis
seperti itu.
Penguatan Tim di Komisariat
Salah
satu program besar kami saat itu adalah penguatan tim di komisariat. Berkaca
dari pengalaman periode sebelumnya, kami mempunyai PR besar untuk
mengorganisir, menggerakkan dan memotivasi kembali semangat kader-kader
terutama kader yang di bawah kami untuk bisa bergerak dan memunculkan
potensinya masing-masing.
Menjadikan
seluruh tim kepengurusan IMM Komisariat Psikologi 1998-1999 menjadi solid
adalah janji kami. Kami juga berusaha menyatukan kembali kader-kader yang
mengambang, berusaha untuk mewadahi aspirasi mereka dengan segala daya dan
upaya.
Untuk itu
setiap bidang kami dorong untuk mewujudkan berbagai program/kegiatan yang bisa
mengakomodasi dan memfasilitasi kebutuhan kader. Tidak hanya itu, kami juga
berusaha untuk menjadikan kegiatan atau aksi yang kami lakukan bisa menarik
minat mereka yang belum tergabung dalam IMM.
Diskusi-diskusi
panjang dengan para senior sering kami lakukan, untuk merumuskan model dan
formulasi kaderisasi baik dalam forum resmi maupun tidak resmi. Kami sangat
menyadari bahwa tipologi karakter mahasiswa dan kultur yang melatarbelakangi
sangat beragam. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi kami sebagai
pengurus di ikatan. Apalagi tak sedikit dari mereka setelah pengkaderan formal
pelan-pelan menghilang dan lepas dari ikatan.
Kami pun
memaksimalkan berbagai potensi kader yang ada. Program pengembangan potensi
akademik kami maksimalkan dengan berbagai program keilmuan.
Pergeseran
pola pikir dan tingkah laku mahasiswa yang mulai apatis dengan beberapa aktivitas
organisasi ektra maupun intra menjadi pemikiran tersendiri bagi kami. Pemahaman
akan pentingnya berorganisasi kami sosialisasikan dengan memberikan hal yang
dibutuhkan oleh mahasiswa.
Memang
kami harus berusaha menyelami cara berpikir mahasiswa kala itu sehingga IMM
bisa diterima oleh mereka. Termasuk dalam hal rekruitmen anggota baru dengan
segala macam karakteristik, hobi dan minat. Pendekatan yang sifatnya dari hati
ke hati dan tidak kaku yang kami lakukan sehingga mereka bergabung di IMM
karena mereka butuh IMM.
Pendampingan/follow up pun kami lakukan terhadap
anggota baru yang berhasil kami rekrut. Kami memetakan kader-kader yang sudah
ada dalam proses ini, meski dalam pelaksanaannya tidak selalu berjalan lancar. Bahkan
ada guyonan diantara kami “sambil menyelam minur air” artinya sambil melakukan
pendampingan sambil cari-cari gebetan... ups... namanya juga anak muda. Tapi
kayaknya ini hanya berlaku untuk para immawan hahaha... Bahkan ada sebutan
“kader penyayang immawati”. Tapi itu semua hanya joke-joke segar yang mewarnai
hari-hari kami di IMM biar enggak
garing.
![]() |
Nita, ?, Cicik, Ani, Wahyu, Aku, Angga, Mei, Teguh (cowok) |
Namun
dalam periode kepemimpinan ini, kami belum berhasil mengupayakan kantor
komisariat di luar kampus sebagai pusat koordinasi. Kami banyak memanfaatkan
Student Center Lantai IV sebagai tempat untuk berkonsolidasi. Indahnya waktu
itu, kita mesti harus bertemu karena belum ada yang punyai gawai seperti
sekarang. Tak ada medsos sehingga selebaran, spanduk dan banner menjadi pilihan
untuk share informasi atau kegiatan.
Kami
belum mampu mengembangkan tradisi “membaca” di antara kader kami. Kami tidak
ingin kader kami “hanya” menjadi kader pragmatis tanpa muatan intelektual.
Untuk itulah kami galakkan Kajian Rutin yang membahas berbagai hal, mulai dari
disiplin ilmu Psikologi, kajian keagamaan, sosial budaya dan seni. Semuanya
kami lakukan untuk meningkatkan tradisi intelektual sesuai dengan tuntutan
zaman global.
Kami
menyadari bahwa dalam proses pengkaderan ini masih banyak kelemahan.
Pengkaderan merupakan proses yang dilakukan secara bertahap untuk memaksimalkan
seluruh potensi yang dimiliki oleh para anggota, melatih sikap, memperkuat
karakter, memperluas wawasan dan mengembangkan kecakapan hidup. Sungguh tugas
yang tidak ringan...
Sekilas tentang kami...
Duo R, Dimana Ada Reni Disitu Ada Retno
Kami
berdua kenal sejak awal kami masuk di kampus putih yang beralamat di Jalan
Tlogomas 246 ini. Kami semakin dekat setelah mengikuti DAD IMM. Dan di tahun
berikutnya saat periode Mas Edi Sucipto saya menjadi Kabid Kader, dan Retno menjadi
Kabid Immawati.
Sebagai
sekretaris di IMM, dia banyak memberikan ide-ide “smart” meski terkadang gaya manjanya membuat kami tertawa dan tak
jarang tergerak untuk menggodanya.
Kami
begitu dekat. Tak jarang kami saling curhat tentang hal-hal pribadi. Dan itu
semakin mendekatkan hati kami. Kami bagaikan saudara perempuan yang terpisah
dari lahir dan bertemu setelah kami sama-sama kuliah. Words can’t describe how thankful I am...
Pada
periode kami juga, administrasi organisasi kami tertibkan. Kami membuat buku
biodata seluruh anggota yang pernah mengikuti DAD di IMM Psikologi lengkap
dengan pas fotonya, meski hanya dengan tulisan tangan. Bukan sebuah prestasi
besar sih, tapi bagi kami begitu berharga. Dengan harapan data-data anggota IMM
dapat terkumpul dan terdata dengan rapi sehingga memudahkan untuk menggali data
ketika mereka menjadi alumni.
Teletubbies Yang Fenomenal dan
Trio Kwek Kwek Yang Nggak Pernah Mati Gaya
Tahu kan Teletubbies?
Di IMM
Psikologi juga ada sekelompok kader yang saking eratnya persaudaraan mereka
hingga mereka mentahbiskan dirinya sebagai Teletubbies. Merekalah kader-kader
andalan Komisariat Psikologi. Tapi Teletubbies versi ini anggotanya ada lima
orang. Ada Azwar, Parjono, Yerry, Deni dan Zaenal.
Mereka
selalu kompak dalam setiap agenda kegiatan, meski tak jarang berselisih
pendapat. Terkadang mereka nampak kekanakan, manja dan mengadu pada
mbak-mbaknya ini. Kami pun dengan sabar
mendengar keluh kesah mereka. Kami sudah seperti kakak-adik yang bersama-sama
menjalani suka dan duka.
Semangat
mereka luar biasa, loyalitasnya tak perlu diragukan lagi, meski ada diantara
mereka yang masih angin-anginan dan jarang hadir di berbagai konsolidasi
internal dan beberapa aksi kegiatan. Siapa dia? Biar mereka berlima yang
menjawabnya. Namun dengan kesabaran dan upaya dari seluruh pimpinan dan senior,
kader tersebut bisa kembali bersama menyatukan gerak dan langkah di ikatan.
Ah
sayang, nggak punya foto mereka berlima dalam satu frame...
![]() |
Wahyu, Retno, Aku, Deni, Azwar |
Immawan
yang berkaos biru itu, siapa yang tidak kenal? Suaranya yang cadas menggelegar
menggambarkan semangatnya yang selalu berkobar. Menyalakan api semangat dalam
ikatan. Sense of humor yang
dimilikinya tak jarang membuat perut kami sampai kaku dibuatnya. Bukan kaku
karena lapar tapi kaku karena terpingkal. Selalu ada aja ide untuk membuat
banyolan-banyolan yang membuat kisah kami semakin penuh dengan keceriaan.
Dialah Immawan Azwar Djakfar. Thanks Bro,
That’s very kind of you...
Ada juga
Trio Kwek-Kwek... entah siapa yang memberi julukan ini pada kami bertiga, Aku,
Retno dan Iin. Sepertinya para anggota teletubbies yang menjuluki kami. Dan
kenapa pula nama itu diberikan kepada kami. Yang jelas itu semua sebagai bukti
kerekatan kami yang telah disatukan oleh ikatan hati.
The Indefatigable Man
Kader
adalah ujung tombak dan tulang punggung bagi keberlangsungan ikatan ini.
Eksistensi organisasi IMM ini akan tetap terjaga bila kader berdaya dan
berjalan pada relnya.
Bidang
Kader dibawah pimpinan Immawan Parjono memiliki tugas yang tidak ringan. Peran
yang besar harus dijalankan untuk memantapkan kinerja pengkaderan. Mulai dari
mencari bibit-bibit baru hingga menebalkan rasa cinta dan rasa memiliki
terhadap ikatan bagi kader yang sudah ada.
Bidang
kader pun mendapat support penuh dari pimpinan harian dan bidang-bidang lainnya
dalam mendampingi dan membina kader agar lebih mature dan involved di
ikatan. Kami sering mendiskusikan bagaimana strategi dan pengembangan
kaderisasi di IMM Psikologi.
Maunya
kami, pasca DAD semua anggota dapat terlibat secara aktif di pergerakan. Namun
pada kenyataannya, lebih banyak yang pasif dan kurang peduli.
Kami pun
terus menganalisa dan mencari penyebab hal itu terjadi, hingga mencari solusi
terbaik. Immawan Parjono dengan dedikasinya yang luar biasa, energinya yang
seperti tak ada habisnya dia curahkan untuk ikatan. Dengan tubuh mungilnya dan
dedikasinya yang luar biasa telah menggoreskan kisah tersendiri di IMM
Psikologi. Proud of you, Bro...
Masih
teringat jelas saat dia ngos-ngosan, berpeluh keringat, wara-wiri kesana kemari
mengurus berbagai hal demi kelancaran sebuah acara. Dan semangat ini juga
diwarisi oleh salah satu kader yang juga luar biasa semangatnya, meski sedikit
“lebih lembut” dialah Immawan Kukuh Pranadi. Dan keduanya pun terpilih sebagai
ketua komisariat di periode yang berbeda.
Ada satu kader lagi dibawahnya Kukuh Pranadi, yaitu Lukman asal Ngawi. Dia menjadi kabid kader saat Kukuh menjadi ketua komisariat. Dan akhirnya pun menjadi ketua komisariat. Aku pernah pinjam sepeda Lukman untuk penelitian saat skripsi. Dan aku membuat sepedanya rusak karena aku mengalami kecelakaan yang menyebabkan aku harus bedrest selama satu bulan. Aku kecelakaan bersama Wahyu Retno yang ikut aku saat penelitian. Maafkan ya dik, kamu harus terluka saat itu... Satu hal yang aku ingat, Ibu dan kakak Wahyu sampai datang ke Trenggalek untuk menjengukku, padahal aku yang telah dengan tidak sengaka mencelakakan putrinya. Terima kasih juga buat Kanda senior Muazar Habibi, Edi Sucipto dan Junaedi Yusuf yang bahu membahu membantu pasca kecelakaan itu, termasuk membawa sepeda motor Lukman ke bengkel. Habis berapa ya waktu itu, aku lupa nanya...hihihi...
![]() |
Kukuh (duduk), Anita, Wahyu, Retno, Aku |
Program-Program
Unggulan
Ada beberapa program unggulan
yang sifatnya insidental. Program-program ini lebih mengarah pada penguatan
sisi keilmuan para kader dan mahasiswa umum.
1.
Kunjungan
Industri ke PT. Semen Gresik (sekarang Semen Indonesia)
Kunjungan industri yang kami selenggarakan ini sebagai upaya untuk menambah bekal keilmuan dalam dunia Psikologi Industri. Selama di kampus mahasiswa sudah mendapatkan materi kuliah yang berkenaan dengan berbagai hal yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya manusia, namun itu hanya sebatas teori saja.
Dengan kegiatan ini, IMM Psikologi hadir untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa sebagai kader IMM agar dapat mengetahui secara langsung bagaimana sebenarnya manajemen sumber daya manusia dalam dunia industri itu dijalankan, mulai dari perencanaan hingga evaluasi atau kontroling.
Kunjungan industri kali dilaksanakan pada waktu yang bersamaan, yaitu ke PT. Semen Gresik dan PT Petrokimia Gresik. Karena dua kunjungan dilaksanakan secara bersamaan, kami selaku pengurus komisariat pun dibagi menjadi dua untuk mendampingi peserta. Saya, Parjono, Iin, Wahyu Retno, Fani, Eli ke PT Semen Gresik.
Gresik saat itu adalah kota yang masih asing bagi saya. Eh, sekarang malah saya yang jadi orang Gresik
2.
Kunjungan
Industri ke PT. Petrokimia Gresik
Yang bertugas mendampingi peserta kunjungan
industri ke PT Petrokimia Gresik antara lain Mas Edi Sucipto, Azwar, Zaenal, Retno,
Himatul Ulya, Tuti Rahmi.
Alhamdulillah acara ini berjalan dengan sukses. Ketua Panitianya saat itu Immawan Budi (berkaos merah).
3. Kunjungan Studi ke RSJ Lawang
Kunjungan ini bertujuan untuk melihat proses penanganan psikologis di RSJ Lawang Malang. Lebih jauh lagi, kami bisa mengetahui bagaimana tugas dan peran psikolog di ranah Psikologi klinis ini.
Kami diajak keliling mengunjungi bangsal-bangsal yang ada disana. Kami jadi tahu prosedur penanganan pasien dengan gangguan jiwa yang berbeda-beda sesuai dengan berat ringannya atau macam gangguan jiwanya.
Sayangnya, saya nggak punya foto-foto saat di RSJ
Lawang.
Ini adalah foto kebersamaan kami setelah dari RSJ Lawang.
4. Seminar Nasional Disintegrasi Bangsa
Kasus kerusuhan Mei 1998 tak luput dari perhatian kami di IMM Komisariat Psikologi. Maraknya aksi demonstran, situasi politik yang penuh dinamika hingga mengarah kepada perpecahan di dalam bangsa Indonesia adalah hal yang menarik untuk dikupas dalam kaca mata psikologi.
Krisis ekonomi, politik, sosial dan budaya kala itu ditandai dengan protes besar-besaran yang dilakukan oleh para mahasiswa hampir di seluruh Indonesia. Kerusuhan dan penjarahan yang membabi buta merupakan fenomena yang layak untuk dikaji secara akademis.
Untuk itulah, kami bersama dengan para senior mencetuskan kegiatan Seminar Nasional Disintegrasi Bangsa. Ini adalah gawe besar kami kala itu karena berskala nasional. Kerja yang tidak ringan. Kami pun bagi tugas, mulia dari senior, pimpinan harian dan para kader di bawah kami. Semua mendapatkan tugas untuk mensukseskan acara ini.
Pembicara yang kami undang antara lain Bapak Darmanto Jatman Guru Besar Emeritus di Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang, seorang budayawan, filosof dan penyair Indonesia.
Pembicara lainnya Bapak Sarlito Wirawan Sarwono,
psikolog dan guru besar dari Universitas Indonesia yang mendalami bidang
psikologi sosial. Sedangkan pembicara lokal, kami mengundang Ibu Tridaya Kisni.
Acara ini dikomandani oleh Kabid Hikmah Immawan
Yeri Abdillah, seorang immawan yang kala itu terobsesi oleh ketampanan aktor
Bucek Deep. Dia pun menyebut dirinya sebagai Yerry Deep :D #tepokjidat
Pernah juga dia pedekate dengan mahasiswa baru, tapi ceritanya tak berbuah manis alias layu sebelum berkembang.
Ada hal yang membuat tertawa geli saat mempersiapkan seminar nasional, yaitu saat pencarian dana. Saat itu dana yang kami punya masih sangat minim, tapi entah bagaimana ceritanya untuk mencari dana dengan mengirim proposal ke berbagai perusahaan besar, panitia menyewa mobil.
Bayangin aja, uang masih minim tapi malah rental mobil. Terus kita berangkat bareng-bareng keliling mencari dana. Kayaknya untuk rental mobil kami patungan deh... sesuatu yang nggak efisien banget kaan... Belum lagi kami masih harus nyari-nyari alamat perusahaan tujuan kami, hingga tak jarang kami harus bolak-balik karena salah jalan. Coba dulu ada GPS, pasti ceritanya lain.
Tapi semua lelah, peluh dan kerja keras terbayar
sudah dengan suksesnya acara Seminar Nasional ini. Sang ketua sempat hampir
linglung dibuatnya...
Good job,
Boy...
5. Dialog Remaja
Acara berikutnya yang berskala regional kami gelar. Energi besar dan pemikiran kami curahkan lagi pada acara ini. Kali ini Immawati Sri Retno Yuliani yang menjadi ketuanya. Tim yang solid kala itu ada Azwar, Parjono, Sofiana Nurul Khasanah, Kukuh Pranadi, Teguh Iman Santoso, M. Faiq, Anang, Iin, Nurul Arofah dan yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
Dinamika kehidupan di usia remaja yang begitu variatif, tidak stabil, bergejolak dan penuh tantangan telah mencuri perhatian kami kala itu. Pergeseran nilai yang terjadi di tengah-tengah masyarakat tentu berpengaruh pada kehidupan remaja sebagai sumber daya manusia yang potensial. Harus ada komunikasi dua arah antara orang dewasa dan remaja sehingga tercipta sinergi yang memberdayakan.
Untuk itulah kami menyelenggarakan Dialog Remaja dengan
menghadirkan pembicara inti Kak Kresno Mulyadi, SpKJ. Acara ini diikuti tidak
hanya oleh mahasiswa psikologi tapi juga siswa siswi setingkat SMA.
![]() |
Iin, Nurul, Faiq, Kukuh, Aku, Sofie, Parjono Teguh, Anang (atas) |
6.
Seminar
Psikologi Islam
Seminar ini terlaksana berkat kerjasama dengan FOSIMAMUPSI (Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Psikologi). Seminar yang menghadirkan Bapak Hanna Djumhana Bastaman (Universitas Indonesia) ini mendapatkan antusiasme yang sangat besar di kalangan mahasiswa psikologi. Beliau adalah orang yang intens dan sangat serius mengkaji keterkaitan antara psikologi dan Islam
Seminar ini mengupas tuntas peran psikologi Islam dalam mengatasi persoalan-persoalan kejiwaan di masyarakat.
Ini adalah moment saat menjemput Bapak Hanna
Djumhana Bastaman di Hotel Montana Malang
Ingatlah... Niat Telah Diikrarkan
Selain berbagai kegiatan yang
telah menjadi program dalam komisariat, kami juga aktif mengikuti agenda
kegiatan yang diselenggarakan pihak di luar komisariat, IMM Komisariat
Psikologi mengirimkan kadernya pada acara Seminar
Fosimamupsi di Jombang. Saat itu kami mengutus kader-kader terbaik seperti
Immawan Azwar, Yeri, Deni, Zaenal dan Immawati Cicik, Tuti Rahmi, Fitri dan
Suaedah.
Selain itu, kami juga mengirimkan
Kabid Kader untuk mengikuti Latihan Instruktur Dasar (LID) di Surabaya dengan
harapan agar dapat lebih memahami seluk beluk perkaderan dengan baik, mampu
mentransfer wawasan keilmuan dan mampu memberikan penguatan nilai-nilai
ideologi organisasi dengan suri tauladan yang baik seperti yang menjadi
semboyan IMM : Anggun dalam moral, Unggul dalam Intelektual.
Lebih jauh lagi diharapkan dengan
mengikuti kegiatan tersebut tentunya mampu mencetak instruktur yang handal,
kreatif dan inovatif dalam merumuskan dan menjalankan sistem perkaderan di
tingkat dasar (Darul Arqom Dasar).
Berbagai aksi mahasiswa saat
harus turun ke jalan juga kami ikuti. Sebagai elemen dari gerakan mahasiswa
kita pun tergerak untuk melakukan perubahan.
Nggak mau dianggap sebagai anak
emas
IMM sebagai anak yang lahir dari
rahim Muhammadiyah, menjadi organisasi otonom Muhammadiyah yang sudah
sewajarnya mendapatkan dukungan penuh dari “orangtuanya”. IMM sempat dijuluki
sebagai anak emas di UMM, sehingga fasilitas pun tersedia untuk berbagai
kegiatan yang menunjang kesuksesan roda organisasinya.
Tapi itu semua tidak serta merta
membuat kami kader yang manja. Kami juga mencoba berdiri di atas kaki sendiri
dengan berbagai upaya. Salah satunya dengan mengadakan bazar buku tunggal
yang bekerjasama dengan beberapa penerbit.
Bergantian kami menjaga stand di sela-sela
jam kuliah kami, bahkan beberapa kami rela meninggalkan jam kuliah. Beberapa
hari kami harus berkutat dengan “jualan” kami.
![]() |
Respati, ?, Wiwik, Aku, Fani, Ely, Fitri |
Selain itu, pada moment wisuda
kami juga menggelar “dagangan” baik itu berupa produk makanan, jilbab, pakaian
dan yang lainnya.
Berjalan
beriring seirama...
Kami tidak hanya hidup di dalam
IMM Komisariat Psikologi saja. Kami tidak mau bagaikan katak dalam tempurung.
Silaturahmi dengan komisariat lain pun intens kami lakukan. Juga dengan
pengurus IMM di level atas, seperti di tingkat korkom, dan cabang.
Konsolidasi gerakan pun intens
kami lakukan, termasuk menjalin keakraban diantara mereka. Meski friksi tetap terjadi. Sinergi antara
pimpinan di komisariat, korkom dan cabang tentu sangat diperlukan untuk
mencapai tujuan IMM yaitu Mengusahakan terbentuknya Akademisi Islam
yang Berakhlak Mulia dalam rangka mencapai Tujuan Muhammadiyah.
Mbak Inung, Mbak Atis, Aku, Mas Rofiq, Rino (alm), Iswanto, ?, Syahna
MUSYKOM
XI IMM KOMISARIAT PSIKOLOGI
Pergantian kepemimpinan untuk
melanjutkan perjuangan dalam berfastabiqul
khoirot adalah suatu proses yang harus dilakukan untuk memilih pemimpin
yang terbaik yang akan membawa IMM Komisariat Psikologi menjadi lebih maju dan
berkinerja maksimal.
Bertempat di aula BAU Kampus 3
UMM yang sekaligus menjadi saksi sejarah diserahkannya tongkat estafet
kepemimpinan di Komisariat Psikologi tahun 1999. LPJ (Laporan
Pertanggungjawaban) dari berbagai program kerja yang menjadi tanggung jawab
kami diterima oleh para seluruh anggota ikatan.
![]() |
Wiwik, Jono, Uul, Retno, Aku, Ririn |
![]() |
Mas Edi, Iin, Ririn, Aku, Sofie, Retno, Tuti, Ina |
Abadi Perjuangan Kami...
Masih panjang perjalanan IMM ini
untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan mulianya. Seringkali IMM disibukkan pada
permasalahan internal organisasi yang tak kunjung usai. Konflik antar kader
masih sering ditemui, sehingga menghambat laju pergerakan ikatan.
Jangankan untuk merambah pada
tataran praksis gerakan nyata di tiga ranah dalam Trilogi IMM yakni keislaman, kemahasiswaan dan kemasyarakatan,
gerakan IMM yang belum bisa mandiri dengan sepenuhnya dan masih sebatas
wacana intelektual semata masih menjadi PR besar yang memerlukan
langkah-langkah strategis.
Tapi kita harus selalu optimis
bahwa semakin hari IMM semakin diakui dengan kualitas kader-kader yang ada di
dalamnya. Merekalah yang akan meneruskan tampuk kepemimpinan Muhammadiyah.
JAYALAH IMM...JAYA
Wih tau dadi ketua Yo...hehe
BalasHapusWih tau dadi ketua Yo...hehe
BalasHapusWih tau dadi ketua Yo...hehe
BalasHapuswkwkwkwk...komen e sampek triple ngono mas
HapusMasya Allah.. perjalanannya di IMM luar biasa Ayunda yang satu ini. Pantas saja sekarang mb Reni juga luar biasa sebagai ibu, guru, dan peran-peran lain yang diemban.
BalasHapusBangga bisa mengenal Mbak Reni 😍
Assalamu'alaikum mbakyuku tercinta, ada yg perlu sy luruskan, disana dijelaskan bahwa cak Lukman Ngawi menjadi Kabid organisasi saat sy jd ketua komisariat, itu kebalik mbak hehe... Mas Lukman senior sy 1998 sedangkan sy 1999, sy yg jd kabid organisasi saat mas Lukman jd ketua Komisariat hehe..., saya bangga dan bersyukur mengenal mbak Reni yg luar biasa, salut sukses dan bahagia selalu ya mbak
BalasHapus